Resensi Buku: Priceless Moment



Penulis             : Prisca Primasari
Penerbit           : Gagas Media
Tahun Terbit    : 2014
Halaman          : 286


Hari-hari Yanuar masih dibayang-bayangi Esther, istrinya yang baru saja meninggal. Bahkan memasak untuk anak-anaknya saja terasa berat bagi Yanuar. Baginya, itu seperti mengiyakan kalau istrinya benar-benar telah tiada. Bahwa Esther tidak akan kembali. Hanya karena Hafsha dan Feru, anak-anaknya yang masih kecil, Yanuar mampu bertahan.

Jauh di dalam hatinya, Yanuar merasa begitu menyesal. Baru setelah Esther meninggal, ia menyadari kalau selama ini ia tak pernah memiliki waktu untuk anak-anaknya. Hari-harinya dihabiskan untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Tidak pernah terlintas dalam benaknya, bahwa untuk menyadari itu semua, harus dengan kepergian Esther.

Hari-hari tanpa Esther dilalui oleh Yanuar dengan berusaha sekuat tenaga menjadi ayah yang baik bagi kedua anaknya. Ayah yang selalu ada untuk mereka dan tidak lagi melulu mengurus pekerjaan. 

Di saat yang sama, kantor Yanuar kedatangan karyawan baru. Gadis cantik namun penyendiri bernama Lieselotte. Ada perasaan yang aneh setiap kali Yanuar melihat gadis itu. Namun, Yanuar tidak berani memutuskan apa-apa. Ia masih belum yakin, dan juga belum rela, mengganti Esther dengan yang lain. Lagipula, ia juga harus memikirkan perasaan Hafsha dan Feru, bukan?


Akhirnya, saya baca juga karya Prisca Primasari yang satu ini. Kali ini, Prisca mengangkat tema keluarga. Tentang kehidupan seorang suami, seorang ayah, yang baru saja ditinggal istrinya.

Selama membaca Priceless Moment, saya ikut memahami penyesalan Yanuar yang merasa bersalah karena jarang menghabiskan waktu bersama anak-anaknya. Sampai-sampai, saya membuat mental note, pokoknya nanti kalau sudah berkeluarga, tidak boleh seperti itu, hehehe.

Berbeda dengan kisah-kisah Prisca sebelumnya, yang biasanya bernuansa manis dan romantis, Priceless Moment tidak terlalu banyak mengumbar kisah cinta. Hubungan Yanuar dengan Lieselotte bukanlah tipikal hubungan yang penuh kata-kata mesra. Wajar sih, di sini kan tokoh-tokohnya usia 30an, bukan anak muda usia 20an yang masih labil dan galau, hehehe…

Hal yang saya suka dari novel ini, sepertinya sama dengan buku-buku Prisca lainnya. Penggambaran detil-detil yang manis, munculnya nama-nama tokoh seni, nama-nama tempat dan kegiatan di luar negeri (kali ini negara yang sering disebut adalah Jerman), dongeng, lagu, kue, hal-hal kecil yang membuat saya senang tiap membacanya. Karena hal itu membuat saya mendapat wawasan dan info baru. 

Sebenarnya sih saya berharap, di novel Priceless Moment ada potongan dongeng buatan Lieselotte atau tambahan ilustrasi yang menggambarkan desain kamar buatan Lieselotte. Biar lebih semarak saja bukunya, hehehe...

Komentar