Resensi Buku: Walking After You



Penulis             : Windry Ramadhina
Penerbit           : Gagas Media
Tahun terbit     : Cetakan kedua, 2015
Halaman          : 318



An sangat menyukai masakan Italia, dan tentu saja pandai membuatnya. Ia bahkan bermimpi untuk memiliki restoran Italia sendiri suatu hari nanti. Namun, di sinilah kini ia berada. Menjadi seorang koki kue di Afternoon Tea. Sebuah toko kue kecil yang manis milik sepupunya, Galuh.

Menjadi koki kue, An lakukan semata-mata demi Arlet. Demi menebus kesalahannya pada Arlet. Demi mewujudkan mimpi Arlet. Saudara kembarnya.

Sayangnya, An tidak semahir Arlet dalam membuat kue-kue manis. Ia seringkali gagal dan ceroboh, hingga selalu menjadi sasaran kemarahan Julian, koki kue di Afternoon Tea. 

Julian lelaki yang dingin dan serius. Sangat menyukai keteraturan dan kesempurnaan. Dan tentu saja, kue buatannya sangat enak. Julian selalu mengingatkan An pada Arlet. Pada kenangan manis saat mereka masih bersama-sama. Pada saat mereka masih baik-baik saja. Sebelum mereka jatuh cinta pada satu laki-laki yang sama.


Satu lagi karya manis dari Windry Ramadhina. Di Walking After You kalian akan bertemu dengan makanan-makanan lezat yang menggugah selera, soufflé, tiramisu, ravioli, dan juga segala hal yang berbau masakan Italia dan kue-kue manis.

Walking After You bercerita tentang An. Tentang penyesalannya, tentang impiannya, tentang kenangannya bersama Arlet, tentang hubungannya dengan Julian, tentang laki-laki yang ia cintai di masa lalu. Dan satu lagi, tentang Gadis Pembawa Hujan. Jika sebelumnya pernah membaca London: Angel karya Windry, pasti langsung ingat dengan Gilang dan Ayu, dua tokoh yang kembali muncul di Walking After You, meski bukan menjadi tokoh utama.

Saya menyukai karya Windry hampir sama seperti saya menyukai karya Prisca. Keduanya mampu menyajikan sebuah cerita yang manis, penuh makna, dengan berbagai wawasan yang menambah pengetahuan. Kali ini, di Walking After You, Windry menyodorkan dunia masak-memasak. Sesuatu yang sangat awam buat saya, tapi tetap saja saya suka membacanya. Membayangkan soufflé yang dibuat Julian, atau ravioli yang dibuat An, sudah mampu membuat saya tergiur.

Saya juga suka dengan konflik yang dialami An. Bagaimana pertentangan batin yang dia alami, antara ingin mewujudkan mimpinya sendiri atau mewujudkan mimpi saudaranya karena ia merasa bersalah. Saya juga dibuat penasaran dengan apa yang terjadi pada Arlet. Dari awal membaca, yang diceritakan dari sudut pandang An, saya tahu Arlet sudah tidak bersama An lagi. Tapi apa yang terjadi dan kenapa itu terjadi, baru diceritakan di belakang oleh Windry. Secara pelan-pelan tentu saja.

Satu lagi, saya juga penasaran dengan Ayu, si Gadis Pembawa Hujan. Rasanya kisah tentang Ayu di novel ini masih bikin penasaran. Saya harap, Windry mau menulis novel lagi, yang kali ini khusus tentang Ayu, hehehe…

Yang jelas, novel ini sangat cocok untuk kita yang masih belum memaafkan diri sendiri karena masa lalu yang pernah kita alami. Juga bagi mereka yang menyukai cerita dengan latar kue-kue dan makanan lezat.

Oya, hampir ketinggalan, saya juga suka dengan ilustrasi-ilustrasi kecil di tiap awal bab, maniiis….





Komentar