Resensi Buku: Cinder (The Lunar Chronicles)



Penulis             : Marissa Meyer
Penerjemah     : Yudith Listiandri
Penyunting      : Selsa Chintya
Penerbit           : Spring
Tahun Terbit   : Januari 2016
Halaman           : 384


Selamat datang di generasi Third Era. Di mana Bumi tidak hanya dihuni oleh manusia, tetapi juga cyborg dan android. Di salah satu bagian Bumi, tepatnya di kota New Beijing, Persemakmuran Timur, hiduplah seorang gadis yang juga cyborg bernama Linh Cinder.

Cinder, begitu ia biasa dipanggil, tinggal bersama Adri, ibu tiri yang tak pernah menyukainya, serta dua saudara tirinya, Pearl dan Peony. Sehari-hari, Cinder bekerja sebagai mekanik di toko kecilnya, ditemani Iko, android pribadi yang sudah seperti sahabat bagi Cinder.

Suatu hari, tanpa disangka-sangka, Pangeran Kaito, putra Kaisar Persemakmuran Timur datang ke toko Cinder dan memintanya memperbaiki Nainsi, android pribadi milik pangeran. Di saat yang sama, saat itu Bumi tengah dilanda wabah letumosis yang mematikan serta berada dalam ancaman serangan Kerajaan Bulan. 

Pada awalnya, Cinder hanya mekanik biasa dan anak tiri yang tak dianggap. Namun kedatangan Pangeran Kai di tokonya menjadi awal dari keterlibatan Cinder dengan penyakit letumosis dan hubungan Bumi dengan Kerajaan Bulan. Apa yang selanjutnya terjadi pada Cinder? Akankah ia mengetahui masa lalunya yang selama ini seolah terhapus begitu saja? Mungkinkah ia bisa menyelamatkan bumi dari wabah letumosis dan ancaman Kerajaan Bulan?


Honestly, ini novel fantasy masa depan pertama yang saya baca. (Bener nggak sih ini masuk genre fantasy? atau sci-fi? CMIIW)

Jadi sewaktu Penerbit Spring menawarkan untuk berpartisipasi dalam Chain Review Cinder saya amat tertarik. Apalagi The Lunar Chronicles karya Marissa Meyer cukup sering dibicarakan di dunia maya. 

Bagaimana kesan saya setelah membaca seri pertamanya, Cinder?

Yang pertama adalah latar waktu dan tempatnya unik dan menarik! Novel ini bercerita tentang Bumi di masa depan, bahkan sudah ada Perang Dunia Keempat! Negara-negara di Bumi masa ini sudah bergabung, hingga hanya ada enam negara besar. Selain itu, Bulan juga sudah dihuni oleh orang-orang Bulan, dan memiliki sebuah kerajaan.

Latar seperti itu memang unik dan menarik, dan Meyer juga menggambarkannya dengan baik, sehingga saya bisa membayangkan seperti apa keadaan Bumi saat itu. Sayangnya, yang kurang adalah penjelasan lengkap kenapa Bumi dan Bulan seperti itu. Pasti semakin seru jika kita tahu asal muasalnya. Namun, karena saya baru baca seri pertama, mungkin di seri-seri selanjutnya akan dijelaskan sedikit demi sedikit sejarah Bumi dan Bulan-nya Marissa Meyer, ya…

Lalu, tentang plot ceritanya. Menurut saya cukup menarik. Jika dilihat dari judulnya saja, pembaca pasti sudah bisa menebak kalau ini adalah re-telling dari dongeng Cinderella. Hanya saja Cinderella yang ini bukan gadis cantik biasa, melainan cyborg. Dan kalau di dongeng Cinderellah yang saya tahu, ibu tirinya itu kejam banget. Sepertinya di cerita ini, Adri tidak terlalu kejam pada Cinder. Memang sih menyebalkan, tapi nggak kejam-kejam amat.

Yang saya suka dari cerita ini adalah hubungan Cinder dengan saudara tirinya, Peony. Walaupun Cinder dan Adri sama-sama saling benci, tapi tidak begitu hubungan Cinder dengan Peony. Mereka benar-benar seperti adik-kakak, saudara, dan juga sahabat. 

Saya juga suka dengan konflik yang rumit antara Bumi, wabah letumosis, dan Ratu Bulan, Levana yang kejam dan menyebalkan. Pokoknya saya suka jalan ceritanya. Bikin penasaran!
Namun, entah kenapa, saya tidak terlalu tergugah dengan hubungan Cinder dan Pangeran Kai. Saya seperti kurang mendapat feel-nya. Saya sih lebih suka perseteruan, misteri, terkuaknya berbagai rahasia, dan hal-hal seperti itu. Seru!

Setelah membaca Cinder, saya jadi penasaran dengan The Lunar Chronicles selanjutnya. Saya penasaran dengan bagaimana nasib Bumi dan Bulan selanjutnya, hehehehe…

Oiya, mengenai terjemahan, setelah membaca dua buku terbitan Spring, Cinder dan Landline, saya rasa Penerbit Spring adalah salah satu penerbit yang kualitas terjemahannya tidak perlu kamu ragukan lagi. Sebagai pembaca yang cukup sering membaca buku terjemahan, saya amat peduli dengan kualitas terjemahan suatu penerbit. Kalau terjemahannya bagus, saya nggak akan ragu untuk membaca buku-buku lainnya. (*kode: berharap ada yang ngasih Fangirl terbitan Spring, hehehe)

Nah, seperti yang saya sempat katakan di awal, review ini adalah chain review alias resensi berantai. Ada blogger-blogger lain yang juga meresensi Cinder yang bisa kalian kunjungi. Di setiap blog, ada puzzle-puzzle yang berserakan, dan kalian bisa mengumpulkannya untuk disatukan dan diunggah di Instagram. Batas akhir pengunggahan gambar tanggal 27 Juli 2016. Jangan lupa mention Penerbit Spring, ya! Bagi yang beruntung akan mendapat paket buku menarik dari Penerbit Spring. Selamat mengikuti!













Mengenai cara menggabungkan puzzle, kalian bisa berkreasi dengan Paint atau software lainnya, atau melihat tutorial ini:

Komentar

  1. keren ratih reviewnya :D Suka :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih hana...
      hana reviewnya lengkap banget, ada playlistnya juga. kece!

      Hapus

Posting Komentar