Resensi Buku: The Tide Knot (Simpul Ombak)



Penulis             : Helen Dunmore
Penerjemah     : Rosemary Kesauly
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Halaman          : 320
Tahun  Terbit   : Cetakan Ketiga, Desember 2013


Setelah hilangnya Dad di laut, Sapphire dan Connor pindah bersama Mum ke St. Pirans. Sebuah kota tepi pantai yang ramai dengan wisatawan. Di liburan musim panas ini, Mum sibuk dengan pekerjaannya sebagai pelayan restoran, sedangkan Sapphire dan Connor melanjutkan petualangan mereka di dunia bawah laut, Ingo.

Suatu hari, ada lumba-lumba yang terdampar dan sekarat di tepi pantai. Sapphire dan Connor ikut datang dan membantu menyelamatkan si lumba-lumba. Sapphire, yang mengerti bahasa Mer, menyadari bahwa lumba-lumba itu mengisyaratkan sesuatu. Ada sesuatu yang buruk yang terjadi di laut. Sapphire berusaha memahami isyarat dari si lumba-lumba tapi tidak berhasil.

Kejadian itu membuat Sapphire dan Connor memutuskan untuk mencari Faro dan masuk kembali ke Ingo. Ada sesuatu yang berbahaya, sesuatu yang bisa menimbulkan peristiwa buruk, dan itu berhubungan dengan dunia Ingo. Sapphire dan Connor berusaha mencari tahu, dan berharap sesuatu yang buruk itu dapat dicegah. Sayang, mereka belum tahu apa yang menanti di depan mereka.


Sejujurnya, The Tide Knot berjalan lebih seru ketimbang seri pertamanya, Ingo. Petualangan Sapphire dan Connor di Ingo masih berlanjut. Ada sesuatu yang harus mereka lakukan demi menjaga keseimbangan antara dunia tanah dan Ingo. Hal itu yang membuat seri ini jauh lebih seru dan menarik ketimbang seri sebelumnya.

Di seri ini, Sapphire dan Connor juga masih berusaha mencari tahu tentang Dad. Bedanya, Connor sudah mulai bisa menerima kehidupan tanpa ayahnya, dan mulai menjalani kehidupannya di St. Pirans. Sedangkan Sapphire masih terbius dengan dunia Ingo, masih bertanya-tanya tentang Dad, dan membenci Roger, pacar baru Mum. Walaupun di sepanjang cerita terdapat perubahan yang cukup signifikan pada hubungan Sapphire dan Roger.

Aku sendiri cukup menyukai tokoh Roger. Ia bisa mengerti perasaan Sapphire dan bertindak bijak menghadapinya. Kalau bisa dibilang, yang menyebalkan di cerita ini malah Faro. Aku juga suka dengan tokoh Connor yang bisa beradaptasi dan sanggup menerima kenyataan. Tapi tidak juga mengabaikan fakta tentang misteri hilangnya ayahnya, atau kondisi dunia Ingo.

After all, setelah membaca The Tide Knot, sebenarnya saya merasa seri ini bisa saja sudah selesai. Tidak ada suatu hal yang baru muncul di tengah cerita dan belum ada penyelesaiannya. Namun, karena masih ada tiga buku lagi, berarti memang masih ada yang perlu diceritakan dari petualangan Sapphire dan Connor di Ingo.

Beberapa kutipan yang saya garis bawahi di The Tide Knot:

“Kau tidak bisa memutar waktu kecuali dengan menjadi buta. Maju terus, Nak. Di depan sana ada hal-hal baik dan buruk yang takkan bisa diubah dengan menengok ke belakang.”

“Semua orang akan mati suatu hari nanti, dan cinta serta kesedihan ikut mati bersama kita. Masalah pribadi kita, tidak sepenting yang kita kira. Kita tidak sepenting yang kita kira.”

“Kadang ada satu-dua kejadian dalam hidup yang tak bisa dijelaskan. Tak ada penjelasan yang masuk akal karena sebagian besar masih… misteri.”

“Kita pasti bisa menata hidup kita lagi, adik kecil. Kau tahu, kita saling memiliki. Apa pun yang diperbuat ombak, itu tak akan mengubah siapa kita.”

Komentar