Resensi Buku: Le Petit Prince (Pangeran Cilik)



Penulis: Antoine de Saint-Exupery

Penerjemah: Henri Chambert-Loir

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: Cetakan Ketiga, Desember 2015

Halaman: 120



Le Petit Prince atau Pangeran Cilik adalah kisan tentang seorang penerbang yang bertemu dengan Pangeran Kecil dari planet luar angkasa. Namun, sebelum bertemu dengan si Pangeran Cilik, si penerbang membuka ceritanya dengan pengalaman masa kecilnya saat ia menggambar ular sanca yang memakan gajah dan akhir yang mengecewakan tentang sikap orang dewasa yang harus dimengerti anak-anak.


Si penerbang bertemu dengan Pangeran Cilik saat pesawatnya jatuh, di gurun tandus tanpa siapa pun kecuali Pangeran Cilik yang tiba-tiba menghampirinya dan memintannya menggambar domba. Selanjutnya, si penerbang bercerita tentang kehidupan Pangeran Cilik, berdasarkan cerita dari Pangeran Cilik itu sendiri. Tentang mawar yang dia miliki, tiga gunung berapi, dan planet-planet lain yang pernah dikunjungi Pangeran Cilik.


Jika hanya membaca judul dan melihat ilustrasi sampul, buku ini tampak seperti buku cerita untuk anak-anak. Akan tetapi, sejak awal, di bagian pembuka sang penulis mengungkapkan bahwa buku ini adalah untuk orang dewasa. Dan ketika selesai membaca seluruh isinya, barulah kita mengerti bahwa buku ini benar-benar buku untuk orang dewasa. 


Le Petit Prince adalah buku yang penuh sindiran untuk orang dewasa. Lewat ceritanya yang sederhana dan menyentuh, juga sedikit aneh, penulis menyampaikan pemikirannya tentang ‘keajaiban’ orang dewasa. Bahwa orang dewasa lebih menyukai angka-angka ketimbang fakta-fakta yang berhubungan dengan perasaan. Bahwa orang dewasa selalu menganggap diri mereka penting dan masih banyak pesan-pesan yang disampaikan secara tersirat yang semuanya dialamatkan untuk orang dewasa.


Le Petit Prince adalah kisah yang indah. Saya rasa siapa pun yang membacanya akan jatuh cinta pada Pangeran Cilik dan kemurnian hati yang dimilikinya. Indah sekali cara penulis menyampaikan perasaan sang Pangeran Cilik pada mawar kesayangannya, planet yang ditinggalinya, dan kesedihan yang dialami Pangeran saat melihat matahari terbenam. Tidak heran karya ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.

Komentar