How to be an Explorer of the World (Panduan Kreatif Menjelajahi Kehidupan)


Penulis: Keri Smith
Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono Widodo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2011
Halaman: 210
ISBN: 978-602-03-0578-3



“Pada titik tertentu di kehidupan kita, tidak peduli di mana pun Anda berada, ada ratusan benda di sekitar Anda yang menarik dan layak didokumentasikan.”

Buku ini saya beli bersamaan dengan Dunia Ajaib Chloe saat Gramedia Fair di Gramedia Depok beberapa waktu lalu. Harganya yang murah (sekitar 20 atau 30 ribu rupiah) dan nama Keri Smith membuat saya memilih membawa pulang buku ini bersama buku-buku yang lain.

Dari segi tata letak, buku ini sangat menarik. Tempat teks berubah-ubah sesuai pembahasan dan semua kalimatnya menggunakan huruf kapital. Inti dari buku ini? Sesuai judulnya, mengajak pembaca untuk banyak mengekplorasi lingkungan sekitar.

“Seniman dan ilmuwan melakukan analisis terhadap dunia di sekitar mereka dengan cara-cara yang ternyata sama; Mengamati, Mengumpulkan, Menganalisis, Memperbandingkan, dan Memperhatikan Pola.”

Sayangnya, entah saya yang memang kurang kreatif dan imajinatif atau mungkin terlalu ‘dewasa’ (dalam konotasi negatif) untuk hal-hal ‘kurang kerjaan’ semacam ini. Lihat ke kanan dan ke kiri, mengumpulkan ranting dan batu, mengenali suara-suara, mengoleksi benda-benda liar di luar ruangan. Hahaha, no offend, ya.

Buku ini mungkin memang tidak cocok untuk saya yang terlalu serius dengan dunia dan selalu tergesa-gesa karena takut tertinggal dengan yang lainnya. Yang berpikir, “Haduuh, ngapain sih ngumpulin benda-benda nggak penting macam batu berpola atau ranting berbentuk tongkat? Menuh-menuhin rumah aja.”  “Haduuh, nggak sempet deh merhatiin suara-suara di sekitar, yang penting apa yang gue omongin kedengeran.”

Orang dewasa yang menyebalkan begitu nggak, sih, cara berpikirnya? Kalau iya, saya termasuk orang dewasa yang menyebalkan dong, ya? Hehehe.

Apa lagi akhir-akhir ini tren minimalis makin marak, ya. Sepertinya, jadi kontra banget dengan kegiatan ngumpulin  ‘barang-barang bekas’ di jalan untuk diekplorasi. Tetapi, balik lagi ke pribadi masing-masing, kalau benda-benda itu menimbulkan kebahagiaan, silakan dikoleksi. Begitu juga dengan kegiatan berjalan-jalan, mengamati, mengeksplorasi dunia sekitar. Kadang, kegiatan seperti itu memang perlu kita lakukan sekali-kali supaya sadar dengan dunia nyata atau mungkin saat sedang suntuk banget dan merasa tidak punya tujuan hidup. Siapa tahu dari kegiatan eksplorasi tersebut memancing ide-ide jenius keluar.

Kalau melihat daftar kegiatan eksplorasi di buku ini memang banyak sekali dan seolah-olah membuat kita merasa seperti orang kurang kerjaan jika mengerjakannya setiap hari. Akan tetapi, mungkin jika setiap poin dikerjakan –katakanlah- sebulan sekali atau dua minggu sekali, bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menyegarkan di akhir pekan.

Akhir kata, secara keseluruhan buku ini menarik tetapi tidak terlalu cocok untuk saya. Namun, saya berniat mencoba salah satu dari kegiatan eksplorasi yang ada di buku ini kapan-kapan (heee). Dan saya rasa buku ini akan sangat cocok untuk anak usia belasan (11-15 tahun) yang sedang libur sekolah untuk mengisi hari-hari kosong mereka. Anak-anak usia segitu kan biasanya suka petualangan, ya? (atau sekarang sudah berubah jadi suka-sukaan?)

Komentar