Resensi Buku: A Tale Dark and Grimm



Penulis             : Adam Gidwitz
Penerjemah      : Khairi Rumantati
Penerbit           : Atria
Tahun Terbit    : 2011
Halaman          : 226


Pada zaman dahulu kala, di Kerajaan Grimm, hiduplah seorang Raja yang sudah tua, dan memiliki pelayan yang setia bernama Johannes. Johannes ini telah mengabdi kepada ayah dan kakek sang Raja, dan ia akan terus mengabdi kepada anak Raja, yaitu sang Pangeran.

Sebelum meninggal, sang Raja mewasiatkan kepada Johannes untuk melarang anaknya melihat lukisan gadis cantik di sebuah ruangan. Itu adalah lukisan Putri Emas yang cantik jelita. Sayangnya, meskipun cantik, siapapun yang menikah dengan Putri Emas akan meninggal. Sang Raja takut, kalau Pangeran melihat lukisan itu, Pangeran akan jatuh cinta dan ingin menikahi sang Putri.

Namun, sang Pangeran malah penasaran dan memaksa Johannes untuk membuka ruangan itu. Pangeran bahkan jatuh pingsan saat melihat wajah cantik sang Putri, dan akhirnya memaksa Johannes untuk mengantarkannya ke istana sang Putri. Karena Johannes telah berjanji kepada sang Raja untuk selalu menyokong Pangeran, maka ia pun menuruti keinginan Pangeran.

Mereka melakukan perjalanan menuju Istana Emas dengan sebuah kapal. Saat berlayar, Johannes mendengar percakapan tiga burung gagak tentang takdir sang Putri dan Pangeran. Berdasarkan percakapan itu, Putri dan Pangeran bisa selamat dari maut, asalkan ada seseorang yang melakukan tiga hal, yaitu membunuh kuda tunggangan Pangeran, membakar gaun pengantin Putri, dan mengigit bibir ratu baru hingga berdarah. Jika ia melakukan itu, maka Pangeran dan Putri akan selamat, namun orang itu akan berubah menjadi batu.

Karena ia telah berjanji untuk selalu menyokong Raja dan keturunannya, maka Johannes pun berpikir untuk melakukan hal yang diceritakan tiga burung gagak tadi, meskipun itu akan mengakhirinya menjadi batu. Tapi dongeng gelap tentang Kerajaan Grimm belum berakhir.

Sesungguhnya, kisah utama  A Tale Dark and Grimm ini adalah tentang Hansel dan Gretel. Sepasang anak yang pergi ke hutan dan menemukan rumah kue dan penyihir yang suka makan anak-anak. Tapi dalam buku ini, Hansel dan Gretel tidak muncul begitu saja, dan mereka menyimpan alasan rahasia mengapa mereka pergi ke hutan.

My Review

Seperti yang telah diperingatkan di awal, dongeng ini bukanlah dongeng indah bertabur keajaiban. Dongeng ini mengisahkan perjalanan yang panjang, gelap, dan penuh darah. Banyak adegan-adegan sadis yang terjadi di dalamnya, yang sangat tidak cocok untuk anak-anak. Tentu saja, buku ini memang tidak diperuntukkan untuk anak-anak.

Aku suka dongeng, tapi aku nggak suka cerita yang penuh darah. Tapi melihat beberapa review yang diberikan untuk buku ini, dan itu bagus-bagus, maka aku pun penasaran untuk membelinya.
Setelah dibaca, adegan sadisnya memang bikin bergidik ngeri, tapi nggak bener-bener secara vulgar kok diceritainnya. Jadi, yah, cukup dengan membaca bagian ‘serem’nya cepet-cepet, hehe…

Yang paling aku suka dari buku ini adalah kalimat-kalimat pengantar dan komentar dari sang penulis, yang bertindak sebagai juru dongeng di buku ini. Kocak banget! Tulisannya pun bertutur banget, seolah-olah memang sedang mendongeng.

Aku belum pernah baca dongeng Grimm yang asli, yang kata penulis buku ini, jauh lebih suram daripada dongeng Grimm yang terkenal sekarang. Jadi, kalau memang apa yang ia tulis adalah kisah Grimm yang sebenarnya, aku percaya saja. Toh, itu tetap dongeng :D

[Review ini diikutsertakan dalam Lucky No.14 Reading Challenge kategori Not My Cup of Tea]

Komentar