Penulis: Akaigita
Penyunting: Miranda Malonka
Desain Sampul: Bella Ansori
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2018
Halaman: 264
Sekolah Baswara kedatangan murid pindahan baru bernama Pasha, kepanjangan dari Paris Shahin. Pasha masuk ke kelas 11 Antasari yang di dalamnya, satu-satunya bangku kosong yang belum terisi adalah di samping Sella.
Sebagai teman sebangku, Sella mau tidak mau ingin tahu lebih banyak tentang kawan barunya. Seperti; kenapa Pasha pindah sekolah, dari sekolah Adiguna ke sekolah Baswara? Pindah atau dikeluarkan? Kenapa Pasha punya kebiasaan sehari masuk sekolah, sehari bolos? Kenapa Pasha nggak main baseball lagi, padahal dulu (katanya) dia pemain baseball yang hebat di Adiguna? Dan masih ada sederet pertanyaan lagi yang menunggu jawaban dari murid baru nan misterius itu.
Entah karena Pasha adalah teman sebangkunya atau karena Sella memang suka teka-teki (hobinya ngisi TTS), dia jadi mencari lebih jauh tentang siapa itu Pasha. Hal itu beriringan dengan peristiwa yang terjadi di SMA Baswara, khususnya pada grup baseball yang dilatih Pasha, yang pada akhirnya juga ikut menyeret Sella, bahkan sampai membuka tabir masa lalu milik gadis itu yang telah lama dikubur dalam-dalam di tempat tersembunyi.
My Review
Saya baca Enigma Pasha setelah membaca Ephemera. Ketagihan novelnya Akaigita rupanya. Sempat khawatir kalau tokoh-tokoh di cerita Enigma Pasha bakal se'sakit' di cerita Ephemera. Eh, ternyata malah sakit beneran.
Cerita Enigma Pasha lebih kental dengan nuansa persekolahan dan kehidupan remaja-remaja di dalamnya. Konfliknya pun, menurut saya, nggak seberat Ephemera. Di sini tema utama lebih menyorot kehidupan Pasha yang penuh teka-teki (iyalah, judulnya aja Enigma Pasha!) dari kacamata seorang Selene atau biasa dipanggil Sella.
Sella ini tokoh yang menarik. Komentar-komentarnya (terhadap apa pun) sangat menarik dan penuh sindiran halus, tetapi tetap kocak ala remaja. Ya, pokoknya dia tokoh utama yang lovable-lah menurut saya. Tapiii..., jujur saja, di cerita ini saya memfavoritkan Priska dan Dikra. Why?
Entah kenapa ya, saya suka banget dengan karakternya Priska di cerita ini. Mungkin karena saya berharap punya sahabat seperti Priska yang perhatian, lemah lembut, dan senang berbagi informasi.
Sementara itu, tokoh Dikra di cerita ini mungkin hanya pemeran tambahan, juga agak kontroversial mengingat dia dari sudut pandang Sella bukan yang favorit. Tapi saya suka dengan karakter Dikra (dan jin botolnya, Irfan) karena walaupun kesannya menyebalkan, tapi orang-orang seperti Dikra itu sebenarnya dibutuhkan dalam pergaulan dan organisasi karena dia tipe orang yang bertanggung jawab dan cepat tanggap.
Andaikan penulis bikin spinn off dari universe murid-murid sekolah Baswara, saya berharap banget suatu hari Priska dan Dikra kebagian jadi tokoh utama. Please, Mbak Git... Hehehe....
Apa lagi ya? Hmmm... Sebenarnya ada beberapa hal yang masih mengganjal sih sehabis membaca buku ini. Seperti, saya penasaran banget dengan latar belakang keluarga Pasha, dr. Salman, dan Kak Nis. Rasanya, latar belakang Pasha ini memang masih banyak yang bisa dikulik dan diungkapkan. Tapi, yah, mungkin memang dibiarkan seperti itu karena judulnya saja Enigma Pasha. Ya kaaann?
Well, honorable mention buat kebun mini di rumahnya Sella. Ingin rasanya main-main ke rumah Sella dan menikmati kebun milik dia dan ibunya :)
Karya penulis yang sudah dibaca baru satu, novel Ephemera. Dan kesannya cukup bagus. Saya jadi penasaran dengan bukunya yang ini, akan seseru apa ceritanya karena jujur saja membaca ulasan ini, novelnya mengingatkan saya pada novel Orizuka yang ceritanya remaja dan anak sekolah SMA gitu.
BalasHapusKalau seru, mungkin lebih seru Ephemera (lebih ngeselin tepatnya, hehe), tapi Enigma Pasha menarik juga utk dibaca. Dari segi konflik, lebih ringan yg ini.
Hapus