Resensi Buku: Sapta Siaga, Rahasia Jejak Bundar


Penulis             : Enid Blyton
Penerjemah      : Agus Setiadi
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit     : Cetakan Keempat, September 1982
Halaman          : 95
 

Mulanya, Sapta Siaga hanya bermain orang Indian di Hutan Semak. Semua anak berpura-pura menjadi orang Indian dengan muka dicoreng, kecuali Colin. Colin harus bersembunyi agar jangan sampai ditangkap oleh teman-temannya.

Tidak disangka, ketika sedang mengendap-ngendap mencari Colin, Peter berpapasan dengan seorang pria yang terengah-engah. Peter hanya melihatnya sebentar, karena pria itu langsung pergi menghilang. Ia sendiri agak heran mengapa ada pria di Hutan Semak.

Selain Peter, Colin pun melihat pria itu. Colin yang bersembunyi di atas pohon, melihat pria itu memanjat tembok tinggi Milton Manor, sebuah rumah besar di dekat Hutan Semak. Setelah berpapasan dengan Peter, pria itu bersembunyi di pohon yang sama dengan Colin. Untunglah, ia tidak naik terlalu tinggi, kalau tidak, keberadaan Colin pasti sudah diketahuinya.
Permainan Indian berlangsung cukup lama. Namun Colin belum juga ditemukan oleh teman-temannya. 

Bahkan meskipun mereka berteriak-teriak dan mengatakan kalau permainan sudah usai. Colin tentu saja tidak berani turun atau menyahut, jika pria itu masih ada di bawahnya. Pria itu baru pergi ketika Sapta Siaga meninggalkan Hutan Semak. Setelah dia pergi, barulah Colin turun dan menyusul teman-temannya.

Di gudang Sapta Siaga, Colin menceritakan pengalamannya kepada yang lain. Peter merasa kehadiran lelaki itu sangat ganjil, dan bisa menjadi petualangan yang menarik jika mereka selidiki. Sayangnya, mereka tidak memiliki informasi lain mengenai pria itu.

Sampai ketika malam, radio menyiarkan berita hilangnya kalung mutiara milik Lady Lucy, pemiliki Milton Manor. Peter dan anggota Sapta Siaga lainnya yakin sekali kalau lelaki itu pasti pencurinya. Tapi bagaimana mereka menemukannya? Peter hanya melihat wajahnya sekilas dan Colin hanya melihat kepala serta ubun-ubunnya. Sedangkan jejak-jejak yang ditinggalkan si pencuri di Milton Manor cukup sulit untuk diungkap.

Dibanding yang pertama, petualangan Sapta Siaga kali ini cukup rumit. Berkali-kali mereka menemukan jejak yang mengacu ke si pencuri, namun berkali-kali juga mereka salah menyimpulkan. Meski terkadang kesal dan putus asa, ketujuh anak itu tetap berusaha mencari tahu siapa pencuri kalung mutiara tersebut.

[Review ini diikuterstakan dalam Lucky No.14 Reading Challenge kategori Favorite Author]

Komentar