Resensi Buku: Cinta Laki-Laki Biasa



Penulis            : Asma Nadia, dkk.

Penerbit          : Asma Nadia Publishing House

Tahun Terbit    : Cetakan Keenam, November 2016

Halaman         : 264



Sepertinya sudah lama sekali tidak membaca kumcer. Terakhir kali saya membaca kumcer milik Bernard Batubara, Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri. Kali ini, saya akan mengulas kumcer milik Asma Nadia dan para pemenang Lomba Menulis Cinta dalam Aksara.


Cerita pertama yang juga diangkat menjadi judul buku adalah Cinta Laki-Laki Biasa. Bercerita tentang Nania, seorang gadis cantik, cerdas, dan lahir dari keluarga berada dan berpendidikan, memilih menikah dengan seorang laki-laki yang teramat biasa bernama Rafli. Kakak-kakak Nania berusaha menghalangi Nania menikah dengan Rafli. Ibunda Nania membujuknya supaya menikah dengan Tyo, seorang dokter muda, anak teman ibunya. Ayah Nania jelas tak setuju putri bungsu mereka menikah dengan laki-laki yang tak sama dengan status mereka.


Namun, Nania tak peduli. Nania melihat sesuatu yang lain dari Rafli. Cinta luar biasa yang membuatnya yakin untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan Rafli. Akhirnya, Nania tetap menikah dengan Rafli. Bahkan memiliki tiga anak dari hasil pernikahannya. Hanya saja musibah menimpa Nania saat melahirkan anak ketiganya. Nania lumpuh.


***


Dahulu kala, entah kapan, saya pernah membaca cerpen Laki-Laki Biasa di buku kumcer Asma Nadia yang lain. Ya, cerita pendek ini memang sudah lama ditulis, tetapi saya lupa apakah ada perubahan dari segi tulisan. Yang saya ingat, alur ceritanya tetap sama, akhirnya ceritanya pun tidak berubah.


Selesai membaca Cinta Laki-Laki Biasa, entah karena dulu saya pernah membacanya atau ada alasan lain, saya merasa ceritanya biasa-biasa saja. Padahal, waktu saya pertama kali membaca cerpen tersebut, saya cukup suka dengan ceritanya, dan bisa dibilang, termasuk cerpen Asma Nadia yang masih saya ingat sampai sekarang. 


Cerita-cerita selanjutnya, hampir semuanya saya suka. Mengangkat tema tentang cinta, dengan gaya bahasa dan ide cerita yang berbeda-beda, saya melihat kumcer ini begitu variatif dan kaya. Menurut saya, setiap penulis berhasil menyajikan cerpen-cerpennya dengan baik dan memuaskan. Walau bagaimanapun, dari  18 cerpen yang disajikan, saya paling suka dengan cerpen-cerpen yang berakhir bahagia. Yah, karena saya memang kurang suka dengan cerita-cerita sad ending.


Beberapa yang saya suka seperti; Melihat Cinta, Batu Cinta, Telur Dadar, dan Kamu adalah Surgaku.  Dari empat cerita itu, yang menurut saya ide ceritanya paling unik adalah Telur Dadar. Seperti apa ceritanya, lebih baik dibaca sendiri.



Terakhir, terlepas dari cerpen Laki-Laki Biasa yang menurut saya biasa-biasa saja, dan kisahnya yang sudah diangkat ke layar lebar, cerpen-cerpen lainnya sangat menarik untuk dibaca. 

Di buku ini juga ada tambahan semacam testimoni atau komentar tentang cinta dari artis dan kru film Cinta Laki-Laki Biasa. Saya sendiri belum menonton film Cinta Laki-Laki Biasa. Hanya saja jika melihat dari trailer-nya, sepertinya alur cerita di cerpen dan di film berbeda, dan itu adalah hal yang sangat biasa di dunia adaptasi tulisan ke film. 

------------------------------------------------------


Komentar