Penulis: Anne
Fortier
Penerjemah:
Linda Boentaran
Penerbit:
Qanita
Tahun Terbit:
Cetakan I, 2012
Halaman:
705
Percayakah kalau
kisah Romeo dan Juliet benar-benar pernah terjadi, dan bukan di Verona seperti
yang ditulis oleh sastrawan Inggris, William Shakespeare, tetapi di Siena? Dan
percayakah, kalau Shakespeare bukanlah orang pertama yang menulis cerita
tentang Romeo dan Juliet? Lalu, pertengkaran keluarga itu, bukan pertengkaran
antara kelarga Romeo dan Juliet, melainkan dengan sebuah keluarga lain.
Semuanya dikisahkan dengan indah dan menegangkan oleh Anne Fortier di dalam
bukunya, Juliet.
Bermula dari
seorang Juliet di abad 21, Julie Jacobs, yang mendapati ibu adopsinya, Bibi
Rose, meninggal, dan hanya meninggalkan secarik surat berisi pesan aneh
untuknya, dan rumah mewah untuk adik kembarnya, Janice. Pada awalnya, ia sangat
cemburu pada adiknya, yang dianggapnya tidak lebih berhak untuk mendapatkan
rumah mewah tersebut. namun, Umberto, pelayan, seklaigus lelaki kepercayaan
Bibi Rose, mengatakan padanya, bahwa surat dan pesan aneh itu, bisa saja jauh
lebih berharga dari rumah mewah untuk adiknya, semacam harta karun, dan ia
percaya. Maka terbanglah Julie, ke Italia.
Italia adalah
tempat di mana ia dan adik kembarnya berasal. Di sana juga keluarga ibunya, dan
seluruh kisah masa lalu mereka tersimpan. Dahulu, ibu Julie, Diane Tolomei,
sangat tergila-gila pada cerita Romeo dan Juliet-nya Shakespeare, dan percaya
kalau kisah itu nyata. Nayata terjadi pada leluhurnya berates tahun silam. Dan
ia meyakini, ada sebuah kutukan, yang akan menimpa kedua putrinya, yang
dianggapnya sebagai jelmaan Juliet masa lalu. Namun sayang, Diane harus mati
muda dan meninggalkan kedua gadis kecilnya, yang saat itu masih berumur tiga
tahun, bersama pesan misteriusnya.
Julie, memulai
petualangannya di Italia, dengan nama Giulietta Tolomei, nama asli miliknya.
Bertemu dengan wanita super ramah bernama Eva Maria Salimbeni, dan anak
baptisnya, Alessandro Santini. Di Italia, ia melakukan penelusuran pertama,
yaitu bertemu dengan penasihat keuangan bernama Francesco Maconi, yang
memberinya kotak milik ibunya, yang ia pikir adalah harta karun itu. namun,
Julie terpaksa menerima kekecewaan sekali lagi. Isi kotak itu bukan emas berlian
seperti yang ia pikirkan. Hanya bertumpuk-tumpuk kertas. Seperti surat-surat,
buku harian, dan buku Romeo dan Juliet karya Shakespeare, beserta sebuah kartu
indeks. Pada awalnya, semua itu terasa aneh baginya. Namun, satu persatu
kepingan puzzle mulai berada di tempatnya, dan ia menemukan banyak sekali hal,
tentang masa lalu, dan tentang dirinya sendiri.
Novel ini
panjang sekali. Rasanya, sulit sekali menulis ringkasannya di sini, kecuali
mengahbiskan lebih dari sepuluh halaman. Jadi saya hanya menulis kisah awalnya
saja. dan semua hal yang ditanyakan di paragraph awal tadi, bisa ditelisik
lebih jauh dengan membaca keseluruhan isi bukunya. (bilang aja males, hehehe…)
Meskipun buku
ini sangat tebal, tapi sama sekali tidak membosankan. Selain bahasa terjemahannya
yang mudah dipahami (untuk hal ini, saya pikir, Qanita adalah salah satu
penerbit yang sering menerjemahkan karya-karya asing dengan baik), setiap bab
nya memberi satu kenyataan baru, yang kadang menyesakkan dada. Atau malah,
mengundang pertanyaan yang begitu menyiksa, ‘apa yang terjadi selanjutnya’.
Maka begitulah, tebalnya buku ini seperti tak terasa lagi. Terlebih, alur
ceritanya yang berseling, antara kejadia di abad 21, dan kejadian di abad 14.
Satu lagi, dengan buku ini, pembaca seperti diajak untuk berwisata di Italia.
Penulis beigut piawai menceritakan detil setiap tempat, juga segala sesuatu
yang berkenaan dengan sejarah dan adat istiadat Italia, terutama Siena.
Hal ini, sedikit
banyak membuat saya tertarik dengan sejarah dan kebudayaan Italia, dan
berharap, bisa sekali saja mengunjunginya, hehehe… Btw, saya sendiri belum
pernah membaca kisah Romeo dan Juliet karya Shakespeare, ataupun menonton film
yang terinspirasi karya tersebut. Tapi, tetap bisa nyambung dengan novel itu
kok.
Oya, saya
membaca buku ini seharian penuh, ketika saya diharuskan bedrest karena
terjangkit typhus. Karena tidak ada lagi yang bisa (boleh) dikerjakan, maka
yang saya lakukan hanya membaca buku di atas kasur. Tidak bisa makan makanan
yang menyenangkan. Tidak boleh pergi ke mana-mana, dan tidak ada tidur larut
malam. (kenapa jadi curhat? :p)
Oya, terima
kasih banyak buat temen baik saya, Awwa, yang sudah berbaik hati meminjamkan
buku Juliet-nya pada saya. Maaf, nginep di rumah terlalu lama. Hope you have a
fun holiday! Surely, I miss you…
I miss you too Ratih..:)
BalasHapusKeren kan bukunya..hhe syukur deh buku julietnya bisa gantiin aku nemenin kamu di saat sakit.