Resensi Buku: For One More Day (Sehari Bersamamu)


Penulis                : Mitch Albom
Penerjemah         : Olivia Gerungan
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit       : Desember 2007
Halaman             : 245

Satu lagi buku yang berhasil saya bawa pulang dari Jakarta Bookfair adalah novel Mitch Albom ini. Sama seperti novel Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan, saya sudah lama menginginkan bukunya Mitch Albom, terutama yang berjudul Five People You Meet in Heaven. Tapi, ternyata judul itu tidak ada, maka beli yang ada dulu lah, hehehe…

Satu Hari Bersamamu mengisahkan Charley Benetto, mantan pemain bisbol yang gagal dalam rumah tangganya, dan tidak diundang di pernikahan putri semata wayangnya. Kenyataan itu semakin menghempaskan Charley, membuatnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya yang sia-sia. Ya, semenjak bercerai, Charley menghabiskan hari-harinya dengan minuman keras.

Pada malam gerimis, ia meninggalkan tempat tinggalnya dengan membawa sepucuk pistol. Mobilnya ia lajukan, dan tanpa ia sangka, sebuah truk menabraknya, membuatnya terpelanting, jatuh, tidak sadarkan diri, dan mengira Tuhan telah mengabulkan keinginannya. Tapi Charley ternyata tidak mati. Ia kembali ke lapangan bisbol, di kota masa kecilnya, di pagi yang cerah, dan melihat ibunya, yang telah meninggal delapan tahun silam!

Pada awalnya, Charley tak percaya. semuanya terasa begitu nyata. Ia kembali lagi ke rumah lamanya, rumah ibunya, dan menemukan semuanya tampak seperti sedia kala. Suasananya sama seperti dulu, pagi saat ia hendak berangkat sekolah dan ibunya memasak di dapur. Ibunya memasakkannya makanan, dan meminta kesediaan Charley untuk bersamanya sehari saja.

Kejadian selanjutnya, semakin membingungkan Charley. Setelah menyelesaikan sarapannya, Charley diajak ibunya ke rumah salah seorang temannya, Rose. Memperhatikan ibunya mengurus penampilan seorang nenek tua yang sebaya dengan umur ibunya. Lalu kunjungan selanjutnya, seorang pembantu rumah tangga yang pernah bekerja di rumah Charley saat ia masih kanak-kanak, Miss Thelma. Tubuh yang dulu sigap mengerjakan pekerjaan rumah itu kini telah lemah tak berdaya, namun tetap ceria saat ibu Charley mendandaninya. Ya, dulunya, ibu Charley adalah seorang juru rias.

Buku ini mengisahkan tiga kunjungan yang dilakukan Charley bersama ibunya. Kunjungan yang disertai obrolan dan kisah yang tak pernah diketahui Charley tentang ibunya. Beserta penyesalannya karena banyak hal yang tak sempat dilakukan Charley untuk ibunya.

Selain bercerita tentang kunjungan aneh, novel ini juga menceritakan kilas balik mengenai seorang Charley Benetto, sejak ia kecil sampai kecelakaan itu berlangsung. Juga ada potongan-potongan kisah yang berjudul ‘Saat Ibu Membelaku’ dan ‘Saat Aku Tidak Membela Ibu’ milik Charley.

Novel ini, seolah mengingatkan kepada kita, bahwa waktu yang kita miliki bersama orang yang kita cintai, tak pernah kita tahu sampai mana batasnya. Kadang berakhir, di saat yang begitu tak terduga, menyisakan kepedihan dan penyesalan atas banyak hal yang belum sempat kita lakukan.
Selain itu, tentu saja, tentang cinta seorang ibu, yang hadir dalam beribu bentuk, yang kadang tidak kita sadari, tidak kita ketahui. Cinta yang apa adanya, mencintai dengan tulus apapun keadaan anaknya, dan selalu mengusahakan yang terbaik.

Lewat For One More Day, Mitch Albom mengingatkan kita, agar menghargai waktu dan hidup yang kita miliki, terutama waktu bersama dengan orang-orang yang kita cintai, terlebih bersama wanita yang telah membawa kita ke dunia. Karena satu hari bersamanya setelah ia pergi, mungkin tak pernah benar-benar ada.

Komentar