Resensi Buku: The Yearling (Jody dan Anak Rusa)



Penulis: Marjorie Kinnan Rawlings
Penerjemah: Rosemary Kesauly
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Maret 2011
Halaman: 500



Ini adalah kisah setahun penuh dari seorang anak laki-laki bernama Jody, yang tinggal di tanah pertanian Florida pada akhir tahun 1800an. Jody dan kedua orangtuanya, Penny Baxter dan Ma Baxter, tinggal di Pulau Baxter, sebuah tanah yang cukup jauh dari keramaian penduduk dan juga sumber air.

Selama setahun, Jody melewati banyak hal, mulai dari menyiangi jagung, menemukan anak rusa, pergi barter bersama ayahnya, kehilangan sahabat, berhadapan dengan ular derik, terlibat perkelahian, berburu beruang tua, hingga merasakan pedihnya kelaparan di tengah sungai. Tapi yang teristimewa, tentu saja saat Jody menemukan seekor anak rusa kecil yang ditinggal mati induknya.

Saat itu, ayah Jody, Penny Baxter sedang berjalan di semak dan diserang ular derik. Penny bergerak cepat. Ia menembak seekor induk rusa dan mengambil hatinya, untuk kemudian dia tempelkan di tempat gigitan ular, agar racunnya terhisap. Induk itu meninggalkan seekor anak rusa jantan kecil, yang kemudian dibawa pulang oleh Jody.

Anak rusa itu dirawat oleh Jody dengan penuh kasih sayang. Selama ini, ia sangat menginginkan seekor peliharaan yang bisa dia rawat dan senang membuntutinya. Sayangnya, Ma Baxter tak pernah mengizinkan ia memiliki hewan peliharaan karena kehidupan keluarga mereka yang sudah sulit.

Namun, anak rusa itu perkara lain. Penny Baxter mengizinkan Jody memelihara anak rusa sebagai balasan karena induknya dibunuh untuk menyelamatkan Penny. Anak rusa yang terus tumbuh itu pun diberi nama Flag, nama yang diberikan FodderWing, sahabat Jody.

My Review

Novel ini adalah novel yang sangat panjang. Benar-benar menceritakan kehidupan setahun keluarga Baxter. Kalau dilihat dari alur cerita, mungkin rasanya membosankan. Tidak ada konflik utama, atau permasalahan besar yang harus diselesaikan yang menjadi benang merah cerita. Namun, deksripsi yang sangat mendetail tentang bagaimana keluarga Baxter menjalani hidup benar-benar menarik.

Aku sendiri, meskipun capek (karena saking tebal bukunya), tapi senang membaca buku ini. Karena benar-benar bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup di zaman dan tempat seperti itu. Tinggal jauh dari keramaian manusia, dekat dengan hutan dan hewan liar. Pekerjaan sehari-hari bertani, berburu, dan mengurusi hasil tani dan hasil buruan. Belum ada listrik, belum ada benda-benda elektronik, bahkan sistem barter masih berlaku.

Karakter Jody dan Penny Baxter juga sangat lovable. Terutama Jody, yang digambarkan sebagai anak laki-laki yang polos, penuh kasih sayang, selalu kelaparan, tidak fokus, dan suka meninggalkan pekerjaannya di pertanian. Di cerita itu, tidak dijelaskan berapa umur Jody, tapi kalau dikira-kira mungkin sekitar 10-12 tahun.

Selain nilai-nilai moral dan kehidupan yang terselip dalam cerita ini, membaca The Yearling juga mengajarkan kesabaran dan kesetiaan untuk menyelesaikan sebuah buku. ^^

Komentar