Penulis : Jostein Gaarder
Penerjemah : Yuliani Liputo
Penerbit : Mizan
Tahun terbit :Cetakan I, Edisi Gold, Juli 2011
Georg Røed, anak lelaki Norwegia,
berumur 15 tahun yang tiba-tiba mendapat surat dari ayahnya yang sudah meninggal
11 tahun yang lalu. Surat itu ditemukan neneknya, di pelapis kereta dorong
milik Georg yang telah lama disimpan.
Surat itu ditulis ketika George masih
berusia tiga tahun. Melalui surat itu, ayah Georg menceritakan dan menanyakan
banyak hal. Tapi yang paling utama adalah kisah cintanya dengan seorang gadis
misterius yang dia juluki Gadis Jeruk. Ayah juga menceritakan beberapa hal yang
dilakukan Georg ketika masih kecil. Sesuatu yang sulit sekali diingat Georg
meskipun dia telah berusaha keras.
Ayah juga menulis tentang Teleskop
Hubble, galaksi, bintang, alam semesta, serta kecepatan terbang seekor tawon
kumbang. Membaca surat ayah, membuat perasaan Georg berkecamuk. Banyak hal yang
baru disadarinya setelah membaca surat itu.
Secara keseluruhan, kisah Gadis Jeruk
ini terasa menyenangkan untuk dibaca. Kalimatnya tidak terlalu rumit. Dari segi
penerjemahan juga bagus. Dan jika buku ini, seperti yang dikatakan, membahas
hal yang berbau filsafat, maka mungkin ini bukanlah filsafat yang memusingkan.
Tapi, karena aku bukan orang yang mengerti dan mendalami filsafat, maka kelebihan
itu bukan hal terlalu menarik bagiku.
Bagiku, yang benar-benar menarik
memang kisah si Gadis Jeruk itu. Ayah Georg seolah menghinoptisku juga dengan
membuatku ikut membayangkan yang aneh-aneh tentang siapa sebenarnya si Gadis
Jeruk. Sekaligus penasaran, dari sekian banyak sangkaan ayah Georg tentang
Gadis Jeruk, yang manakah yang tepat. Atau setidaknya, yang hampir tepat.
Kisah Gadis Jeruk itu juga membuatku
berpikir. Kalau kita menemukan orang yang kita sukai, sekecil apapun hal yang
kita putuskan, memiliki pengaruh yang besar untuk jalan hidup kita selanjutnya.
Mungkin jalan hidup kita akan berbeda seratus persen, jika kita memilih pilihan
yang satunya. Who knows?
Komentar
Posting Komentar