Resensi Buku: Lolita


Penulis            : Vladimir Nabokov
Penerjemah    : Anton Kurnia
Penerbit           : Serambi
Tahun Terbit    : Maret 2008
Halaman         : 525



“Lolita. Cahaya hidupku, api sulbiku. Dosaku, sukmaku. Lo-li-ta: ujung lidah mengeja tiga suku kata, menyentuh langit-langit mulut, dan pada kali ketiga menyentuh deretan gigi. Lo. Li. Ta.”

Dibuka dengan kalimat awal yang tidak biasa, novel Lolita menyajikan cerita yang tidak biasa pula. Dianggap sebagai salah satu karya sastra paling berpengaruh di dunia, dan meskipun penulisnya menerbitkan beberapa novel lain, tapi Nabokov hampir selalu diidentikkan dengan Lolita.

Bercerita tentang seorang professor bernama Humbert Humbert, pria Eropa yang tinggal di Amerika, dan terobsesi pada gadis-gadis belasan tahun, yang disebutnya peri asmara. Tidak semua gadis belasan tahun sebenarnya, tapi hanya yang memiliki kriteria fisik tertentu yang dianggapnya layak dijuluki peri asmara.

Obsesi itu bukan tanpa sebab musabab. Dulu, ketilka dia masih belasan tahun juga, Humbert pernah jatuh cinta pada seorang anak perempuan sebayanya, bernama Annabel Leigh, yang akhirnya terpisah darinya dan meninggal. Ketika dewasa, bayang-bayang dan cintanya pada sosok mungil Annabel tetap ada, dan membuatnya suka memperhatikan gadis-gadis kecil. Mencari yang sosok yang layak disebut peri asmara.

Humbert membangun keluarga, namun tidak bahagia. Istrinya selingkuh dan akhirnya mereka bercerai. Professor itu tertekan dan masuk rumah sakit jiwa. Selepas dari masa pengobatannya, ia pergi ke New England, Amerika. Tinggal di sebuah penginapan di daerah Ramsdale, di mana ia akhirnya bertemu Lolita. Peri asmara yang begitu ia cintai.

Pada saat pertama kali bertemu, Lolita hanyalah anak perempuan berusia 12 tahun. Nama aslinya Dolores Haze, sering dipanggil Dolly atau Lo. Tapi Humbert memanggilnya Lolita, panggilan kesayangan. Setelah beberapa bulan tinggal di penginapan milik ibu Lolita, Charlotte Haze, diketahuilah kalau perempuan janda itu menyukai Humbert. Lewat surat, Charlotte meminta agar Humbert meninggalkan penginapan itu, atau menikahinya. Humbert memilih menikah, bukan karena ia juga mencintai Charlotte. Tapi karena ia ingin tetap dekat dengan Lolita.

Bagaimanapun terobsesinya Humbert terhadap Lolita, ia tak pernah sekalipun berhasil menyentuh gadis kecil itu. Semua perasaan dan kegilaannya ia tuangkan dalam catatan-catatan, yang pada suatu hari dibaca oleh Charlotte. Patah hati dan marah, Charlotte berjalan terburu-buru dan tertabrak truk di jalan depan rumahnya. Saat itu, Lolita sedang mengikuti perkemahan musim panas. Kecelakaan itu tidaklah membuat Humbert sedih, ia justru girang sekali karena akhirnya memiliki Lolita seutuhnya.

Dan setelah Charlotte pergi, dimulailah petualangan Humbert Humbert, sosok yang penuh cinta tapi tertekan, bersama anak tirinya, Lolita, yang cantik, menarik, tapi suka semaunya.

Tokoh utama, si Humbert, menurutku memang tokoh dengan kepribadian paling aneh yang pernah kutemui dalam novel-novel yang pernah kubaca. Bahasanya indah, detil, dan terlihat seperti sosok yang sangat tulus dalam mencintai. Tapi di lain sisi, dia adalah sosok pencemas, posesif, suka berprasangka buruk, tak jarang merencanakan hal buruk juga dalam pikirannya, tapi hanya sampai di pikiran. Tapi dengan segala keanehannya, malah membuatku simpati.

Sedangkan Lolita, yang digambarkan cantik dan menarik itu, tapi suka marah-marah, manja, dan juga centil, malah membuatku tidak simpati, meskipun mungkin ia berada dalam posisi yang tertindas. Terampas masa remajanya oleh ayah tirinya sendiri. Mungkin itu karena di kepala aku yang terbayang adalah sosok remaja tanggung, gadis ABG, yang cantik tapi songong kali ya? Jadinya yang ada, ya pokoknya nyebelin aja.

Tapi, yang paling penting, Nabokov keren banget bisa menciptakan tokoh dengan karakter yang sangat kuat dan unik itu. Terutama tokoh Humbert, karena semua alurnya, diceritakan dari sudut pandang dia. Kalimat-kalimatnya juga indah, meski nggak sedikit yang cukup sulit untuk kupahami. Dan ketika Time mengatakan Lolita adalah salah satu novel paling berpengaruh di dunia, bagiku itu tidak berlebihan.




Komentar