Resensi Buku: And The Mountains Echoed



Penulis             : Khaled Hosseini
Penerjemah      : Berliani Nugrahani
Penerbit           : Qanita
Tahun Terbit    : Cetakan 2, Oktober 2013
Halaman          : 509

Abdullah sangat menyayangi Pari, adik perempuan satu-satunya. Pari yang cantik, Pari yang seperti namanya, peri dalam bahasa Farsi. Abdullah tinggal di desa Shadbagh, Afghanistan bersama ayahnya Saboor, dan ibu tirinya, Pawarna, serta adik tirinya Iqbal. Ibu Abdullah meninggal ketika melahirkan Pari. Dan sejak saat itu, Abdullah lah yang merawat Pari.

Suatu hari, ayah mereka mengajak Pari dan Abdullah ke Kabul, ke tempat Paman Nabi, adik Parwana, bekerja. Katanya ada pekerjaan untuk Saboor di rumah majikan Paman Nabi. Anak-anak juga diajak agar dapat menikmati Kabul.

Kabul pada tahun 1950an adalah kota yang indah. Penuh rumah-rumah mewah bernilai seni tinggi. Pasar-pasar ramai dengan orang dan mobil yang berlalu-lalang. Namun nyatanya, di sanalah kepedihan Abdullah bermula. Majikan Paman Nabi, Tuan dan Nyonya Wahdati mengambil Pari menjadi anak angkat mereka. Memisahkan ikatan cinta dan persaudaraan yang begitu kuat antara Pari dan Abdullah. Ketika Pari pergi, Abdullah berjanji akan menemukan Pari lagi, suatu hari nanti.


Ini novel ketiga Khaled Hosseini yang saya baca setelah The Kite Runner dan A Thousand Splendid Suns. Seperti novel sebelumnya, And The Mountains Echoed juga mengangkat latar dan tema kehidupan Afghanistan. Khususnya sebelum perang pecah hingga tahun 2010an.

Salah satu kelebihan Om Hosseini adalah penuturannya yang lancar mengalir. Baca tulisannya nggak pernah bingung atau pusing, dan kaya akan deskripsi tokoh, tempat, dan sebagainya. Baca satu paragraf, dijamin langsung nyambung terus sampai bab terakhir.

Untuk novelnya kali ini, kita tidak hanya diajak berjalan-jalan di Afghanistan, tapi juga ke Yunani dan Prancis. And The Mountains Echoed juga menggunakan Multiple POV, alias diceritakan dari berbagai sudut pandang. Nah, bagian ini nih yang agak mengecewakan bagi saya. Karena bagian Abdullah-nya sedikiiiit banget. Rasanya kurang puas gitu. Ingin tahu cerita dia lebih banyak.

Di novel ini memang tidak hanya mengisahkan hubungan antara Abdullah dan Pari. Tapi juga ada kisah tentang Paman Nabi dan Tuan Wahdati, Markos dan Thalia, Idris dan Roshi, Gholam dan Adel, Pari dan ibunya, yang sebenarnya mereka masih saling berhubungan satu sama lain. Dan kisah mereka pun memiliki benang merah yang sama yaitu penemuan jati diri. 

Well, tetap saja saya geregetan karena cerita Abdullah dan Pari-nya kurang banyaaak…

Yang jelas, kalau boleh membandingkan ketiga karyanya Om Hosseini, favorit saya masih tetap The Kite Runner. Hmm.. mungkin nanti saya baca ulang novel itu dan bikin reviewnya agar lebih detil kenapa The Kite Runner adalah novel yang bagus banget untuk dibaca.

Oya satu lagi, di setiap novelnya Om Hosseini, dipastikan kamu akan menemukan setidaknya satu bait puisi Rumi, hehehe.


Komentar