Penulis : Khaled Hosseini
Penerjemah : Berliani Nugrahani
Penerbit : Qanita
Tahun
Terbit : Cetakan 2, Oktober 2013
Abdullah
sangat menyayangi Pari, adik perempuan satu-satunya. Pari yang cantik, Pari
yang seperti namanya, peri dalam bahasa Farsi. Abdullah tinggal di desa
Shadbagh, Afghanistan bersama ayahnya Saboor, dan ibu tirinya, Pawarna, serta
adik tirinya Iqbal. Ibu Abdullah meninggal ketika melahirkan Pari. Dan sejak
saat itu, Abdullah lah yang merawat Pari.
Suatu
hari, ayah mereka mengajak Pari dan Abdullah ke Kabul, ke tempat Paman Nabi,
adik Parwana, bekerja. Katanya ada pekerjaan untuk Saboor di rumah majikan
Paman Nabi. Anak-anak juga diajak agar dapat menikmati Kabul.
Kabul
pada tahun 1950an adalah kota yang indah. Penuh rumah-rumah mewah bernilai seni
tinggi. Pasar-pasar ramai dengan orang dan mobil yang berlalu-lalang. Namun
nyatanya, di sanalah kepedihan Abdullah bermula. Majikan Paman Nabi, Tuan dan
Nyonya Wahdati mengambil Pari menjadi anak angkat mereka. Memisahkan ikatan
cinta dan persaudaraan yang begitu kuat antara Pari dan Abdullah. Ketika Pari
pergi, Abdullah berjanji akan menemukan Pari lagi, suatu hari nanti.
Ini
novel ketiga Khaled Hosseini yang saya baca setelah The Kite Runner dan A
Thousand Splendid Suns. Seperti novel sebelumnya, And The Mountains Echoed juga
mengangkat latar dan tema kehidupan Afghanistan. Khususnya sebelum perang pecah
hingga tahun 2010an.
Salah
satu kelebihan Om Hosseini adalah penuturannya yang lancar mengalir.
Baca tulisannya nggak pernah bingung atau pusing, dan kaya akan deskripsi
tokoh, tempat, dan sebagainya. Baca satu paragraf, dijamin langsung nyambung
terus sampai bab terakhir.
Untuk
novelnya kali ini, kita tidak hanya diajak berjalan-jalan di Afghanistan, tapi
juga ke Yunani dan Prancis. And The Mountains Echoed juga menggunakan Multiple
POV, alias diceritakan dari berbagai sudut pandang. Nah, bagian ini nih yang
agak mengecewakan bagi saya. Karena bagian Abdullah-nya sedikiiiit banget. Rasanya
kurang puas gitu. Ingin tahu cerita dia lebih banyak.
Di
novel ini memang tidak hanya mengisahkan hubungan antara Abdullah dan Pari.
Tapi juga ada kisah tentang Paman Nabi dan Tuan Wahdati, Markos dan Thalia,
Idris dan Roshi, Gholam dan Adel, Pari dan ibunya, yang sebenarnya mereka masih
saling berhubungan satu sama lain. Dan kisah mereka pun memiliki benang merah
yang sama yaitu penemuan jati diri.
Well,
tetap saja saya geregetan karena cerita Abdullah dan Pari-nya kurang banyaaak…
Yang
jelas, kalau boleh membandingkan ketiga karyanya Om Hosseini, favorit saya masih
tetap The Kite Runner. Hmm.. mungkin nanti saya baca ulang novel itu dan bikin
reviewnya agar lebih detil kenapa The Kite Runner adalah novel yang bagus
banget untuk dibaca.
Oya
satu lagi, di setiap novelnya Om Hosseini, dipastikan kamu akan menemukan
setidaknya satu bait puisi Rumi, hehehe.
Komentar
Posting Komentar