Penulis :
Joanne Harris
Penerjemah :
Ibnu Setiawan
Penerbit :
Bentang Pustaka
Tahun Terbit :
Cetakan 1, Oktober 2007
Halaman :
374
Vianne Rocher adalah
seorang pengembara. Bersama ibunya, mereka berpindah-pindah dari satu kota ke
kota lain. Dari satu negara ke negara lain. Setelah ibunya meninggal, ia
melanjutkan pengembaraan itu bersama anak perempuannya, Anouk.
Kisah ini dimulai
ketika Vianne dan Anouk berhenti di kota kecil bernama Lansquenet-sous-Tannes.
Kota kecil dengan penduduk yang dingin,
tak acuh, tapi memendam rasa ingin tahu sekaligus curiga pada orang asing.
Ketika sampai di kota itu, Vianne tahu ia harus menetap di sana.
Vianne menyewa sebuah
rumah bekas toko roti yang sudah tua, berantakan, namun tetap bisa ditinggali.
Bersama Anouk, ia membangun kembali rumah bobrok itu menjadi tempat tinggal
yang nyaman dan toko cokelat yang menggoda, La Celeste Praline namanya.
Keberadaan Vianne dan
toko cokelatnya sangat mengusik rasa ingin tahu penduduk Lansquenet. Bukan
hanya karena ia wanita asing dengan anak dan tanpa suami, tapi karena ia
membuka toko cokelat di minggu Paskah, di mana seharusnya mereka menahan diri
dengan berpuasa.
Kelakuan Vianne membuat
pastor setempat, Francis Reynaud mendatanginya. Sedikit berbasa-basi, sekaligus
mengajaknya untuk ke gereja tiap hari Minggu. Sayangnya, Vianne bukanlah orang
yang pergi ke gereja. Tanpa rasa bersalah, ia menolak ajakan pastor muda itu,
malahan menawarinya coklat.
Dalam tokonya yang
hangat dan indah, Vianne tidak hanya menawarkan coklat serta makanan manis
lainnya. Ia juga memberikan perubahan kepada para penduduk Lansquenet. Terutama
hal-hal yang dianggap Francis Reynaud menentang ajaran gereja.
Sebagai pastor di
Lansquenet, Francis sangat membenci kehadiran Vianne, yang datang seolah untuk melawan
kedudukannya. Francis berpikir keras, berusaha mencari cara untuk menggagalkan
apa yang ditawarkan Vianne pada penduduknya, coklat yang lezat menggoda serta
pandangan hidup yang terbuka.
Kisah yang diceritakan dalam
novel karya Joanne Harris ini mungkin lebih dari sekedar pertentangan antara
wanita muda dan toko cokelatnya dengan pastor dan ajaran gereja. Tapi,
mengingat aku bukanlah penganut Nasrani dan tidak memiliki ilmu apapun tentang
agama tersebut, maka aku akan mereview hal-hal yang berkenaan dengan ceritanya
saja. Hal-hal yang bersifat eksplisit, seperti gaya bahasa, terjemah, alur
cerita, deskripsi dan sebagainya.
Oke, yang pertama dari
deskripsi. Menurutku, Chocolat merupakan salah satu novel yang kaya akan
deskripsi detil. Suasana kota Lansquenet, para penduduk, bahkan coklat-coklat
yang dibuat Vianne. Selama membaca, aku bisa membayangkan suasana kota yang
masih agak kelabu –latar waktu cerita berlangsung selama Februari dan Maret-
yang kontras dengan La Praline yang hangat dan ceria. Baca buku ini, jadi
pengen banget masuk ke toko coklatnya Vianne dan nyobain coklat-coklat
buatannya.
Kedua, gaya bahasa dan
terjemahan. Menurutku mengalir dan nyaman dibaca. Hanya saja, kadang ada
kalimat yang sepertinya butuh koma, tapi nggak ada. Jadi aku harus baca dua
kali untuk benar-benar memahami maksudnya. Sayangnya, footnote yang disediakan
hanya untuk istilah-istilah Nasrani, sedangkan untuk coklat dan masakan lainnya
nggak ada. Iya sih, pastinya bakal jadi banyak banget footnote, tapi kan, untuk
orang yang awam dengan per-coklat-an sepertiku, aku jadi cuma bisa nebak-nebak
sendiri aja, itu coklat bentuknya kayak apa yaa… hehehe…
Ketiga, alur cerita dan
penokohan. Novel Chocolat diceritakan bergantian dari sisi Vianne dan Francis.
Hanya saja, tidak ada penanda ini bagiannya Vianne atau Francis. Setiap bab
baru diberi judul dengan tanggal kejadian. Awalnya, aku pikir, seluruhnya
diceritakan oleh Vianne. Apalagi, tidak setiap ganti bab berpindah POV. Kadang
dua atau tiga bab, masih diceritakan oleh Vianne, baru oleh Francis. Jadi
bacanya meski agak jeli.
Mengenai
tokoh-tokohnya, karena aku belum familiar dengan nama-nama Prancis, jadi, di
awal, aku belum hafal dengan setiap tokoh dan masalah mereka. Apalagi,
kebanyakan penduduk yang jadi tokoh di cerita ini, muncul hampir bersamaan.
Paling-paling, aku hanya mengingat tokoh utamanya saja, seperti Francis,
Vianne, dan Anouk. Namun, seiring berjalannya cerita, mulai kenal deh dengan
karakter tiap tokoh.
Keempat, dari segi
perwajahan. Covernya menarik dengan nuansa merah, dan cangkir yang di dalamnya
terlihat foto samar seorang wanita dengan anak kecil. Di bagian atas, terdapat
penghargaan yang didapat dari film Chocolat, yang diadaptasi dari novel ini. Aku
bersyukur sih, covernya tidak menggunakan cover filmnya, karena aku nggak suka
Johnny Depp, wkwkwk… (Oh ya, novel Chocolat aslinya diterbitkan tahun 1999, dan
diangkat menjadi film tahun 2000, diperankan oleh Johnny Depp dan Juliet
Binoche).
After all, merasa
beruntung banget nemuin novel ini di jajaran rak buku-buku murah di basement
Gramedia Depok. Waktu pertama kali lihat, aku langsung yakin harus beli buku
itu, sampai rela ngubek-ngubek ke tumpukan paling bawah, demi mendapat buku
yang kondisinya bagus, (karena buku yang ditaruh di paling atas, halaman sampulnya
udah jelek).
Pesanku, kalau kamu
baca buku ini, siapkanlah setidaknya sebatang coklat, atau segelas coklat
hangat, atau cemilan apapun yang berasa coklat, karena percayalah, kamu pasti
nggak tahan dengan coklat-coklat buatan Vianne :)
Komentar
Posting Komentar