Resensi Buku: The Book of Lost Things



Penulis             : John Conolly
Penerjemah    : Tanti Lesmana
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    : Cetakan ke 4, April 2010
Halaman          : 472

Setelah kematian ibunya, David dihantui mimpi-mimpi aneh. Ia juga mulai mendengar suara-suara asing dari buku-buku cerita di kamarnya. Buku-buku itu bahkan bisa berbicara kepadanya!

Awalnya, David mengira itu akibat kesedihan sepeninggal ibunya. David tidak pernah menceritakan keajdian aneh itu pada ayahnya, yang setelah ditinggal istrinya, menikah lagi dan pindah dari London ke pedesaan. Saat itu, tengah berkecamuk perang. Menurut ayah David, rumah istirinya di desa lebih aman bagi David dan keluarga barunya.

Di rumah Rose, ibu baru David, ia ditempatkan di kamar milik pamannya, Jonathan Tulvey, yang menghilang ketika berumur 14 tahun bersama seorang gadis kecil bernama Anna. Mereka tidak pernah kembali, namun kamar Jonathan tetap dijaga seperti saat ia pergi. Kini, David yang menempati kamar itu karena Rose menganggap David dan pamannya sama-sama menyukai buku, dan kamar itu terasa cocok untuknya.

Buku-buku di kamar baru David juga bisa berbicara. Tapi kali ini David sudah terbiasa dengan kondisi itu.
Mimpi-mimpi aneh itu juga masih menghantui David. Ia bahkan seperti mendengar suara ibunya memanggil-manggil dan mengatakan kalau dia belum meninggal.

Pada suatu hari, David sedang berjalan-jalan di ceruk sebuah kebun. Lalu ia masuk ke dalam sebuah lubang besar di batang pohon yang mengantarkannya pada suatu dunia yang aneh dan asing. Di dunia itu, bunga-bunga seperti memiliki wajah yang sendu dan manusia serigala berkomplot melawan sang Raja untuk menggulingkannya dari tahta.

David dibantu oleh si Tukang Kayu, manusia pertama yang ia temui di dunia itu. David yakin ibunya masih ada di suatu tempat di dunia itu, dan ia harus menemukannya. Sayangnya, jalan pulang di batang pohon yang sudah ditandai si Tukang Kayu dijaili oleh Lelaki Bungkuk.

Satu-satunya cara agar David bisa kembali pulang adalah menghadap sang Raja. Konon katanya, Raja memiliki sebuah kitab sakti yang bisa membawa David kembali pulang ke dunia asalnya. Kitab Tentang yang Telah Hilang.



The Book of Lost Things merupakan sebuah cerita dongeng, Namun dongeng yang gelap dan penuh darah, meskipun tokoh utama cerita itu baru berusia belasan tahun. Mungkin itulah sebabnya penerbit Gramedia memberikan label Novel Dewasa di bagian belakang bukunya.

Kisah ini menceritakan perjalanan David di negeri antah berantah untuk mencari ibunya (yang ia percaya belum mati) dan bertemu Raja agar ia bisa kembali ke Inggris, dunia asalnya. 

Namun, perjalanan David bukanlah perjalanan menyenangkan ala kisah dongeng yang sering kita dengar. Di sana ia bertemu dengan Snow White yang rakus, Putri Tidur yang kejam, dan Gadis Tudung Merah yang mencintai serigala. Ia pun harus menghadapi manusia serigala, troll, harpy, dan makhluk raksasa aneh yang memakan segala.

Benar-benar cerita yang gelap dan penuh darah. Walaupun sebenarnya ada pelajaran moral yang bisa diambil dari cerita ini. Tentang keberanian, keteguhan hati, dan kesetiaan pada keluarga. Sayangnya buku ini lebih cocok dibaca untuk usia 16-17 ke atas, karena hal-hal seram yang digambarkan di dalam cerita. Saya sendiri sampai takut bermimpi buruk setelah tamat membaca buku ini.

Meskipun pada awalnya agak membosankan, tapi setelah sampai pada petualangan David, rasanya sulit untuk meninggalkan cerita ini. Saya dibuat penasaran setengah mati seperti apa Buku Tentang yang Telah Hilang yang konon katanya sakti itu, dan apakah cerita ini berakhir bahagia, mengingat dongeng ini bukanlah dongeng biasa.


Komentar