Penulis :
John Stephens
Penerjemah :
Poppy D. Chusfani
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :
Juli 2011
Halaman :
477
Malam Natal itu, Kate terakhir kali melihat kedua
orang tuanya. Masih dalam kondisi mengantuk, ia dan kedua adiknya, Michael dan
Emma, dibawa pergi meninggalkan rumah dan berpisah dari kedua orang tua mereka.
Sepuluh tahun kemudian, tiga bersaudara itu pindah
dari satu panti asuhan ke panti asuhan lain, tanpa pernah mengetahui kabar
orang tua mereka. Namun Kate percaya, suatu hari nanti, mereka sekeluarga akan
berkumpul lagi, dan sekarang tugas Kate adalah menjaga adik-adiknya seperti
pesan ibunya di malam terakhir.
Suatu hari, Miss Crumley, pengasuh di panti terakhir
mereka mengatakan kalau ada seseorang yang mau mengangkat mereka menjadi anak,
di daerah Cambridge Falls, Westport. Tempat itu bukan wilayah yang
menyenangkan, setidaknya begitulah yang mereka pikir. Wilayah itu sepi, gelap,
berkabut, dengan danau dan pegunungan. Satu hal yang paling aneh, tidak ada
anak-anak di sana.
Di Cambridge Falls, ketiga bersaudara tinggal di
rumah besar milik Dr. Pym. Ada pengurus rumah tangga bernama Miss Sallow dan
Abraham yang membantu anak-anak. Selebihnya, tidak ada siapa-siapa lagi yang
tinggal di rumah itu.
Suatu hari, Kate, Michael, dan Emma berjalan-jalan
menelusuri rumah. Mereka menemukan sebuah ruang kerja dan buku kosong. Ajaibnya,
buku itu mampu membawa mereka ke masa lalu. Masa di mana masih terdapat
anak-anak di Cambridge Falls. Masa di mana sang Countess yang cantik dan jahat
berkuasa, dan menginginkan sebuah buku sihir bernama Atlas
.
Baik Kate, Michael, maupun Emma, tak mengerti
mengapa mereka ada di sana. Dan yang lebih parahnya lagi, mendapati diri mereka
sebagai anak-anak terpilih yang bisa menemukan Atlas dan menyelamatkan Cambridge
Falls dari kekejaman sang Countess.
Inti cerita dari Emerald Atlas ini adalah tentang
buku-buku permulaan yang dulu dibuat oleh para penyihir, buku-buku yang bisa
menjadi alat untuk menguasai dunia. Konon, dahulu kala, para penyihir dan
manusia biasa hidup berdampingan. Namun, semakin lama, kedudukan penyihir makin
tersisih hingga akhirnya terlupakan. Keberadaan buku-buku tersebut pun menjadi
misteri.
Sang Countess, menginginkan buku-buku itu menjadi
miliknya. Menurut kabar burung yang beredar, salah satu buku tersimpan di tanah
Cambridge Falls. Karena itulah dia memaksa para penduduk Cambridge Falls untuk
menggali.
Seperti dongeng-dongeng, ada sebuah ramalan yang
menyatakan bahwa ketiga buku tersebut dapat ditemukan oleh ketiga anak. Dan anak-anak
itu adalah Kate, Michael, dan Emma. Hanya mereka-lah yang dapat mengakses
keberadaan ketiga buku tersebut. Di buku Emerald Atlas, Kate-lah yang menemukan
salah satu buku pertama. Berarti masih ada dua buku yang menunggu untuk
ditemukan.
Cerita Emerald Atlas sendiri, menurut saya seru banget.
Menegangkan dan menyentuh. Terutama dengan ikatan yang terjalin antara Kate,
Michael, dan Emma. Tumbuh sendirian tanpa orang tua, membentuk mereka bertiga
menjadi pribadi yang berbeda-beda.
Kate, sebagai yang tertua, merasa paling bertanggung
jawab terhadap adik-adiknya. Michael, kurus kecil, sangat suka memotret,
mencatat di notes, dan terobsesi pada kisah kurcaci. Sedangkan Emma, terkenal
galak dan suka memberontak. Walau bagaimanapun, ketiganya saling menjaga dan
menyayangi. Suka terharu sendiri jika membaca bagian di mana ketiganya berusaha
menyelamatkan saudara-saudara mereka.
Saya juga suka dengan hubungan Emma dan Gabriel.
Gabriel ini seorang lelaki yang menyelamatkan mereka bertiga, di Cambridge
Falls masa lalu. Di antara mereka, Emma-lah yang paling dekat dengan Gabriel. Dan saya sukaaaa…. banget, cara Emma dan Gabriel menjaga satu sama lain. Walaupun galak,
Emma sangat menyayangi Gabriel, begitupun dengan Gabriel, sudah menganggap Emma
seperti putrinya sendiri.
Waktu pertama kali lihat buku ini, saya sempat
tertukar dengan cerita Cloud Atlas-nya David Mitchell. Tapi, setelah membaca
bukunya, saya merasa beruntung menemukan buku yang keren dan seru ini. Saya nggak
sabar mau baca kelanjutan ceritanya, yaitu The Fire Chronicles dan The Black
Reckoning.
Komentar
Posting Komentar