Penulis : Wendy Mass
Penerjemah : Maria Lubis
Penyunting : Jia Effendie
Penerbit : Atria
Tahun
Terbit : Juli 2011
Halaman
: 556
Asosiasi
Pengusaha Gula-Gula kembali mengadakan kontes tahunan mereka. Tiga puluh dua
anak berumur dua belas tahun akan bertanding membuat permen terbaik dan permen
pemenang akan diproduksi secara massal di seluruh negeri. Setiap empat orang
anak akan belajar membuat permen di pabrik permen region masing-masing.
Pabrik
permen Life is Sweet adalah salah satu pabrik yang tergabung dalam kontes
permen tahunan. Empat orang peserta yang akan belajar di sana adalah Logan
Sweet, Miles O’Leary, Daisy Carpenter, dan Philip Ransford III. Keempatnya
sama-sama ingin memenangkan kontes. Hanya saja setiap orang memiliki alasan
yang berbeda. Salah satu dari mereka bahkan ingin mencuri Bahan Rahasia milik pabrik
Life Is Sweet. Siapakah dia??
Wow…wow…wow...
buku ini seru banget! Meskipun saya telaaaat banget bacanya, tapi nggak
menyesal sudah beli dan baca bukunya. Keren!
Inti
kisah The Candy Makers adalah tentang empat orang anak yang mengikuti kontes
permen tahunan. Uniknya, setiap anak memiliki karakter, latar belakang, dan
alasan masing-masing kenapa mereka ingin mengikuti dan memenangkan kontes
tersebut.
Salah
satunya Logan. Logan adalah anak laki-laki dari pemilik pabrik permen Life is
Sweet, Richard Sweet. Sebagai anak pemilik pabrik permen, tentu saja dia ingin
menang untuk menunjukkan kalau ia tidak kalah hebat dengan kakek dan ayahnya yang
pernah menjuarai kontes tersebut.
Sisanya
masih ada Miles, Daisy, dan Philip yang juga punya kisah masing-masing. Saya
tidak akan menuliskannya di sini karena takut menjadi spoiler. Saya hanya akan
menyebutkan apa saja yang membuat saya jatuh cinta dengan tokoh dan cerita The
Candy Makers.
The
Candy Makers diceritakan dari sudut pandang setiap anak. Tentu saja yang
pertama dimulai dari Logan. Saat pertama kali membaca bagiannya, saya merasa tidak
ada yang istimewa dengan Logan, kecuali gambaran kalau ia adalah anak yang
gugup, jarang bergaul dengan anak seumurannya, dan sangat mencintai permen.
Kehebatannya adalah pada indra pengecap. Setiap kali dia mencoba sebuah permen,
dia tahu bahan apa yang kurang, salah komposisi, dan sebagainya.
Saya
sempat merasa tidak nyaman membaca bagian Logan di bab-bab awal. Entah kenapa
bahasa terjemahannya terasa aneh atau memang penulisnya masih belum ‘masuk’ ke
dalam cerita. Namun karena deskripsi kehidupan di pabrik permen yang begitu
menggoda iman dan takwa, saya berhasil melanjutkan membaca bagian Logan sampai
selesai.
Setelah
Logan adalah Miles. Sebenarnya kejadian yang diceritakan sama saja, hanya saja
ini dari sudut pandang Miles. Di sini bagian menariknya dimulai. Saya baru
menyadari, ketika kita melihat tindakan seseorang, mungkin kita tidak banyak
tahu apa yang menyebabkan dia melakukan itu. Kita hanya bisa mengira-ngira
tanpa tahu pasti alasan di baliknya. Contohnya seperti yang dialami Miles.
Miles
memiliki alergi yang aneh. Dia alergi warna merah muda, perahu kayuh, komedi
putar, pretzel, dan lebah. Tidak ada yang mengerti mengapa Miles memiliki
alergi seaneh itu. Ia juga biasa berceletuk tentang ‘kehidupan berikutnya’ yang
tentu saja dianggap aneh oleh ketiga anak lainnya. Ketika cerita Miles dimulai,
perlahan-lahan saya mengetahui alasan di balik keanehan Miles. Ketika sampai di
Daisy dan Philip, wow! Benar-benar nggak menyangka apa yang terjadi sebenarnya.
Selain
gaya bercerita, saya juga suka, ah bukan, saya jatuh cinta dengan Logan! Entah
mengapa saat membaca bagian Logan, saya merasa anak itu biasa-biasa saja. Namun
saat kisah berlanjut pada Miles, Daisy, Philip, baru terasa betapa istimewanya
Logan.
Ketiganya
sama-sama melihat Logan sebagai anak yang istimewa, baik hati, dan semuanya
ingin akrab dan membela Logan. Seolah-olah Logan memiliki daya tarik khusus,
yang anehnya, tidak disadari sama sekali oleh Logan! Pandangan ketiganya kepada
Logan membuat saya sadar bahwa Logan memang benar-benar istimewa.
Ah,
beneran deh… saya nggak bisa menutup buku ini kemarin malam. Bukunya lumayan
tebal, awalnya saya pikir butuh berhari-hari untuk membacanya. Ternyata saya
salah kira. Banyak hal menarik, menyenangkan, dan penuh nilai di dalam kisah The
Candy Makers. Bahkan saya jadi berpikir tentang permen-permen yang beredar di
Indonesia.
Kenapa
ya, kok di sini permen-permen yang ada modelnya begitu-begitu saja? Permen
keras, permen kenyal, permen gummy, paling banter marshmallow. Nggak ada permen
yang terlalu aneh, yang benar-benar bisa merebut perhatian, apalagi kontes
membuat permen. Iya, kan??
Komentar
Posting Komentar