Penulis : Prisca Primasari
Penyunting : Nur Aini & Elly Putri
Penerbit : Self Publishing by Author
Tahun
Terbit : 2015 & 2016
Halaman : 190 & 238
Frea
Rinata sengaja mengambil cuti kuliah dari kampusnya, karena merasa kehidupannya
sebagai mahasiswa jurusan musik sangat payah. Permainan biolanya standar saja,
dan kemungkinan besar ia akan gagal di ujian resital. Namun Frea bersyukur
karena ia masih memiliki kehidupan lain di samping sebagai mahasiswa, yaitu
pencuri.
Ya,
Frea memang seorang anggota sindikat gelap yang dipimpin pamannya sendiri,
Paman Vito. Kelompok mereka khusus mencuri barang-barang mewah dari para orang
kaya, dan hasil curiannya dibagikan kepada orang yang lebih membutuhkan.
Mirip-mirip dengan misi Robin Hood.
Di
dalam sindikat itu, Frea akrab dengan dua pencuri lainnya. Night dan Liquor.
Dua-duanya adalah nama samaran. Night adalah seorang pria Jepang yang lebih
pantas dikatakan cantik daripada tampan. Hewan kesukaannya adalah kupu-kupu.
Sedangkan Liquor adalah pemuda Indonesia, lumayan tampan, dan dari
penampilannya, Frea yakin Liquor adalah seorang blasteran. Hewan favoritnya
ngengat.
Kali
ini mereka mendapat tugas dari Paman Vito untuk mencuri kalung berlian merek
Tiffany and Co. milik seorang anak pengusaha batu bara bernama Coco
Kartikaningtias. Mencuri kalung dari gadis manja yang suka berfoya-foya
bukanlah perkara sulit. Apalagi dengan kemampuan mengalihkan perhatian yang
dimiliki Liquor, kalung itu segera saja berpindah tangan.
Frea
kira, setelah kalung itu dicuri, urusannya dengan Coco yang juga pernah satu
SMA dengannya, sudah selesai. Nyatanya, saat mengetahui kalungnya hilang, gadis
itu langsung memasang iklan besar-besaran demi mendapatkan kembali kalungnya.
Coco bahkan tak tanggung-tanggung memberi hadiah yang begitu besar bagi siapa
saja yang bisa menemukan atau mengembalikan kalungnya.
Frea
tahu kalung berlian itu memang mahal, tapi untuk orang sekaya ayah Coco,
sepertinya mudah saja membeli berlian baru sebagai penggantinya. Namun setelah
mendengar kalau kalung itu adalah kalung hadiah pemberian ibu Coco yang sudah
meninggal, pemikiran Frea terhadap Coco pun berubah. Pasti ada sesuatu yang
spesial dengan kalung itu sehingga gadis manja seperti Coco rela mati-matian
mendapatkan kembali kalungnya. Sesuatu yang sentimental mungkin?
Yang
jelas, kehidupan Frea, Liquor, Night dan sindikat yang dipimpin Paman Vito
berubah setelah kasus pencurian kalung Coco. Ternyata apa yang mereka pikir
pencurian biasa, seperti yang selama ini terjadi, membawa banyak tanda tanya
dan mungkin memancing bahaya bagi mereka semua. Dan dari kasus itu pula, Frea
menjadi semakin mengenal sosok Night, Liquor, bahkan Coco, korbannya.
Oke,
sudah cukup ulasan singkatnya. Mudah-mudahan nggak kepanjangan dan nggak
spoiler.
Jadi,
Love Theft ini terbagi menjadi dua buku. Tapi saya gabung reviewnya menjadi
satu, karena….. malas, hehehe…
Love
Theft tidak hanya bercerita tentang kasus pencurian, tetapi juga kehidupan dan
hubungan personal antar anggota sindikat Paman Vito. Setiap anggota memiliki
alasan masing-masing kenapa memutuskan begabung dan menjalani kehidupan sebagai
pencuri. Namun alasan Liquor dan Night-lah yang membuat Frea begitu penasaran.
Konon kabarnya mereka sama-sama menjadi pencuri karena wanita.
Ini
bukan kisah cinta segitiga antara Frea, Night, dan Liquor. Karena Night sudah
punya istri di tanah airnya, Jepang. Hanya saja Frea tidak tahu apa yang
terjadi di antara Night dan istrinya. Sedangkan Liquor, Frea memang memiliki
perasaan khusus terhadap pemuda misterius itu. Namun tingkah Liquor yang dingin
kepadanya, tetapi hangat kepada wanita-wanita lain membuat Frea tak banyak
berharap.
Ketika
membaca buku pertama, jujur saja saya sempat bosan dan merasa ceritanya
begitu-begitu saja. Di buku pertama memang lebih banyak diceritakan tentang
saat-saat mereka mencuri, baik mencuri kalung Coco atau mencuri dari korban
lainnya. Saya sempat berpikir untuk tidak meneruskan membeli buku kedua. Namun,
saat Prisca mengeluarkan Purple Eyes, entah mengapa saya merasa sayang kalau
koleksi Love Theft saya hanya setengah. Jadilah saya memesan Purple Eyes dan
Love Theft 2.
Di
Love Theft 2, baru terasa keseruan-keseruannya. Hal-hal yang terjadi di buku 1,
baru muncul titik terang dan bikin penasaran di buku 2. Dan di bagian-bagian
akhir, banyak hal menegangkan yang membuat saya salah terus menebak akan
seperti apa akhir ceritanya. Dan yah, ada sedikit twist juga di akhir cerita.
Oiya,
untuk cerita yang satu ini latarnya di Jakarta, bukan di luar negeri seperti
novel-novel Prisca yang lain. Selain itu, ini juga diterbitkan secara pribadi
oleh penulis. Kalau melihat desain covernya memang sederhana, dan saya belum
bisa menemukan hubungan isi cerita dari si cover. Tapi untuk dikoleksi, warna
pink pucatnya lumayan lucu lah… hehehe…
Komentar
Posting Komentar