Resensi Buku: Just One Year (Satu Tahun Saja)

Penulis: Gayle Forman
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Penyunting: Barokah Ruziati
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2016
Halaman: 328


Just One Year adalah sekuel dari Just One Day. Jika JOD diceritakan dari POV Allyson/Lulu, maka JOY diceritakan dari sudut pandangan Willem.
 
Willem terbangun di rumah sakit. Di Paris. Wajahnya penuh luka. Tak banyak yang diingatnya kecuali bahwa ia seharusnya bersama seorang gadis. Menurut dokter, ia seperti baru saja berkelahi dan memiliki kemungkinan terkena gegar otak. Ia harus menjalani CT scan, tapi Willem tidak peduli. Ia harus segera pergi dari rumah sakit dan mencari gadis itu. Yang akhirnya Willem ingat, bernama Lulu. Namun Lulu pun bukan nama sebenarnya. Itu nama pemberian Willem, kepada seorang gadis Amerika yang menghabiskan waktu sehari bersamanya di Paris. Lalu Willem kehilangan gadis itu, dan tidak tahu harus mencarinya ke mana.

Willem sama sekali tidak memiliki identitas Lulu. Ia tidak tahu nama aslinya, alamatnya, no handphone-nya, atau alamat emailnya. Willem hampir putus asa, tidak tahu harus mencari Lulu ke mana. Dan akhirnya ia memutuskan kembali pulang ke Utrecht, daerah asalnya.

Just One Year menceritakan perjalanan Willem mencari Lulu dan perasaannya kepada gadis itu. diceritakan Willem adalah sosok pemuda yang dikelilingi banyak wanita. Namun, sejak mengenal Lulu, Willem seperti tak peduli dengan wanita lain. Satu-satunya yang ia inginkan hanya menemukan kembali Lulu.

Perjalanan Willem cukup seru juga. Ia mencari Lulu hingga ke Meksiko, teringat dengan cerita Lulu tentang liburan Natal keluarganya yang selalu dihabiskan di Cancun. Willem juga terbang ke India, bertemu ibunya yang kini menetap di sana setelah kematian ayahnya. Lalu pada akhirnya kembali ke Belanda.

Di cerita ini, tidak hanya menceritakan tentang perasaan Willem kepada Lulu dan usaha pencariannya. Tapi juga menceritakan tentang hubungan Willem dengan ibunya, Willem dengan keluarganya, juga bagaimana Willem memandang hidupnya secara berbeda setelah kepergian Lulu.

Saya cukup menyukai Just One Year. Saya jadi semakin mengenal sosok Willem, dan tahu apa yang terjadi padanya selama Lulu/Allyson menjalani hidupnya di Amerika. Waktu membaca Just One Day, saya sempat berpikir Willem tidak terlalu mengingat Lulu, karena menganggapnya gadis biasa saja. Ternyata di Just One Year, saya jadi tahu seberapa istimewanya Lulu di mata Willem.

Di bagian ending, sebenarnya saya sudah tahu  seperti apa akhirnya, karena sudah diceritakan juga di Just One Day. Hanya saja tetap penasaran, bagaimana pertemuan mereka terjadi di hari-harinya Willem. Dan ternyata, memang tidak terlalu mencengangkan. Tidak ada kejadian super heboh atau semacamnya. Sampai-sampai saya sempat berpikir, hanya begini saja?

Ya, memang begitu saja. Just One Year cukup menarik, tapi tidak sampai membuat saya merasa gimanaaaa gitu. Namun saya tetap penasaran dengan cerita terakhir mereka, semacam novella yang ditulis Forman untuk menutup kisah Willem dan Lulu, judulnya Just One Night. (dari judulnya saja, sepertinya saya bisa menebak akan bercerita tentang apa )

Komentar