Resensi Buku: Heartwarming Chocolate

Penulis: Prisca Primasari

Penyunting: Dila Maretihaqsari

Penerbit: Bentang Pustaka

Tahun Terbit: Cetakan Pertama, September 2016

Halaman: 223

ISBN: 978-602-291-139-5

 
                     
Viola amat menggilai minuman cokelat dingin buatan kedai Marzipan. Minuman cokelat itu adalah penghiburannya setelah seharian bekerja di Anyelir’s Shoes sebagai desainer sepatu. Masalahnya, akhir-akhir ini Olav, adiknya, selalu saja meminum minuman tersebut tanpa menyisakan sedikit pun untuk Viola. Bahkan meski Viola sudah menyembunyikannya!


Nahas bagi Viola, ketika suatu pagi ingin membeli minuman cokelat, ditemukannya kedai Marzipan tutup. Viola tentu saja tidak percaya. Ia bahkan tetap berdiri di depan kedai Marzipan berharap itu semua hanya bercanda, atau paling tidak sampai pemiliknya datang sehingga ia bisa bertanya mengapa kedai cokelat favoritnya bisa tutup.


Saat menunggu itulah, Viola bertemu dengan Auden. Seorang pemuda yang sama-sama menggilai cokelat Marzipan, dan mengenal Bu Elisa, pemilik kedai Marzipan. Karena Viola begitu penasaran mengapa Marzipan tutup, Auden pun menawarinya untuk bertemu langsung dengan Bu Elisa.


Saat sudah bertemu, Viola protes mengapa kedai Marzipan harus tutup padahal minuman cokelatnya sangat enak. Tanpa disangka, Bu Elisa malah menantang  Viola dan Auden untuk membuat minuman cokelat mereka sendiri. Ya, jika mereka begitu menyukai cokelat, mengapa tidak membuatnya sendiri?


Viola terkejut, tetapi juga merasa tertantang. Mungkinkah ia, perempuan yang bahkan sama sekali tidak bisa memasak, bisa membuat minuman cokelat seenak buatan Bu Elisa?


My Review



Membaca Heartwarming Chocolate, seperti judulnya, terasa sangat manis. Bercerita tentang kehidupan biasa seorang gadis biasa-biasa saja bernama Viola dan kedai minuman cokelat kesayangannya. Petualangan Viola menemukan resep minuman cokelat buatannya sendiri mengantarkannya pada hal-hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, yaitu hubungannya dengan Auden dan hubungannya dengan kedua orangtuanya yang sudah lama bercerai.


Saya suka dengan kisah Viola dan Auden yang berjalan pelan-pelan tanpa dipaksakan. Bagaimana kecanggunggan mereka berubah menjadi keakraban setelah beberapa kali pertemuan. Saya juga suka dengan hubungan kocak kakak-adik antara Viola dan Olav. Saya membayangkan Olav itu adik cowok gendut yang menyebalkan tetapi sebenarnya baik dan menyayangi kakak perempuannya. Hanya saja, buat saya nama Olav itu agak aneh ya dipakai oleh orang Bandung. Mungkin nama Viola masih bisa diterima. Nama Auden juga saya bisa terima –walau agak terpaksa—karena orang tua Auden menamakannya seperti nama seorang sastrawan, W.H. Auden. 


Selain masalah nama, saya suka hampir semua bagian di novel ini. Sebuah novel ringan, sederhana, dengan mengangkat tema seputar permasalah keluarga. Hubungan dengan orang tua, hubungan dengan adik. Dan ternyata semua itu bisa dipulihkan dengan segelas minuman cokelat.


Omong-omong, hal yang paling saya suka dari hubungan Auden dan Viola adalah saat Auden memanggil Viola ‘Teh’ (panggilan kakak perempuan di suku Sunda) sedangkan Viola merasa panggilan itu membuatnya terasa sangat tua, hehehe.


Novel Heartwarming Chocolate cocok dibaca saat hujan turun sambil menyesap minuman cokelat hangat.



PS: Terima kasih untuk Hana Bilqisthi karena telah menghadiahiku buku ini. XOXO

Review ini untuk 
kategori Contemporary Romance

Komentar