Penulis:
Windry Ramadhina
Penyunting:
Christian Simamora dan Ayuning
Penerbit:
Gagas Media
Tahun Terbit:
Cetakan Pertama, 2015
Halaman:
305
ISBN:
978-602-291-139-5
Faye Muid, fotografer muda dengan hasil foto yang selalu
menakjubkan. Diyan Adnan, pemimpin perusahaan Adnan, muda, tampan, dan
terkenal. Tanpa rasa cinta sedikit pun, keduanya setuju dijodohkan oleh orang
tua masing-masing.
Faye karena sudah berjanji kepada papanya, Ahmad Muid, untuk
mengikuti apa pun kemauan Papa agar permintaannya berkuliah di jurusan
fotografi disetujui. Sedangkan Diyan, sebagai anak pertama dan tumpuan harapan keluarga
Adnan, tidak pernah bisa menolak permintaan papanya, Tyo Adnan.
Sebenarnya tidak sulit menyukai Diyan. Ia lelaki yang dipuja
banyak perempuan karena ketampanan, kekayaan, dan kemampuannya menjalankan
perusahaan. Faye juga bukan perempuan biasa-biasa saja. Namun, keduanya
terjebak dalam perjodohan tanpa rasa yang semakin lama mendorong mereka
mempertanyakan perasaan mereka sendiri. Benarkah keputusan mereka menerima
perjodohan tersebut? Bagaimana dengan hati dan cita-cita mereka masing-masing?
My Review
Orange adalah novel pertama karya Windry Ramadhina yang
konon katanya cukup laris di pasaran sehingga diputuskan untuk dicetak ulang
dengan berbagai tambahan. Saya sendiri, setelah membaca beberapa karya Windry,
merasa penasaran dengan Orange dan punya ekspektasi cukup tinggi dengan novel
ini.
It turns out,
tidak terlalu mengecewakan tetapi juga tidak terlalu menakjubkan. Bisa
dibilang, perjodohan karena bisnis bukanlah barang baru. Profesi fotografer
juga bukan profesi langka. Dan tipe cowok seperti Diyan Adnan juga cukup sering
muncul di novel-novel romance. Intinya, yah, ceritanya biasa saja.
Saya sendiri malah jatuh kasihan pada Faye. Sebenarnya,
diam-diam ia menyukai Diyan Adnan. Tetapi Diyan masih memendam cintanya pada
Rera, mantan kekasihnya yang kini tinggal di Paris. Di sisi lain, Zaki Adnan,
adik Diyan, diam-diam menyukai Faye. Agak seperti sinetron, ya? Begitulah…
Di dalam novel Orange, saya malah bersimpati dengan Rei.
Asisten sekaligus sepupu Diyan yang selama ini bekerja keras menjaga reputasi
Diyan. Namun, dihancurkan sendiri oleh Diyan. Dan Diyan juga tampak tidak
terlalu peduli dengan Rei. Iya sih, Diyan digambarkan sebagai lelaki yang
dingin dan workaholic. Tetapi tetap saja, seharusnya nggak sebegitu cuek dengan
asistennya sendiri, dong.
Kemudian, saya sedikit aneh dengan status jeruk di novel
ini. Katanya Faye suka sekali dengan buah jeruk, dan hampir ke mana-mana
membawa seplastik jeruk. Tetapi sepanjang cerita, hanya beberapa adegan yang
menggambarkan hubungan Faye dengan jeruknya. Awalnya, saya membayangkan, banyak
filosofi buah jeruk keluar dari sudut pandang Faye. Sayangnya, saya hanya
menemukan bahwa jeruk itu berasa asam manis seperti kehidupan, yang sebenarnya
juga sudah banyak orang tahu, ya?
Komentar
Posting Komentar