Penulis: Tere
Liye
Cover dan
Ilustrasi: eMTe
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit:
Agustus 2014
Halaman: 72
ISBN: 9786020307183
Kita mungkin
mengenal Tere Liye melalui novel-novelnya yang best seller dan diangkat ke layar
lebar. Saya sendiri pertama kali membaca novel Tere Liye saat kelas 2 SMP,
yaitu Hafalan Shalat Delisa. Sejak itu, saya cukup tertarik dengan
novel-novelnya yang lain. Sebut saja, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Moga Bunda
Disayang Allah, Bidadari-Bidadari Surga, dan Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin.
Sewaktu kuliah,
saya juga rajin membaca status-status yang diupdate Tere Liye di Facebook.
Namun, di saat yang sama, saya menjadi kurang tertarik dengan novelnya. Entah
mengapa. Sampai akhirnya saya belum
membaca lagi novel-novelnya. Novel Tere Liye yang terakhir saya baca berjudul
Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah.
Dikatakan atau
Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta adalah buku pertama Tere Liye yang saya baca
lagi. Setelah membaca kumpulan sajak tersebut, saya merasa ada beberapa
bagiannya yang berasal dari status-status Tere Liye di Facebook. Entah itu
perasaan saya saja atau memang benar. Yang jelas, membukukan kumpulan sajak
dari seorang penulis terkenal adalah sebuah ide cemerlang.
Ada 24 sajak
dalam buku ini. Semuanya membahas tentang perasaan. Disajikan dengan bahasa
yang sederhana sehingga mudah dicerna meski oleh orang yang tidak terlalu suka
membaca sajak atau puisi. Setiap sajak dilengkapi dengan ilustrasi yang
dianggap mewakili isi sajak tersebut.
Dari 24 sajak
yang ditulis Tere Liye di buku ini, saya menangkap benang merah untuk
keseluruhan isi buku. Isinya mengajak pembaca untuk berhenti mengumbar
perasaan. Seperti yang jelas-jelas tertera di judul, Dikatakan atau Tidak
Dikatakan, Itu Tetap Cinta.
Saya menilai
Tere Liye adalah salah satu penulis yang cukup concern terhadap dunia
pacaran anak muda. Beliau mengajak anak muda untuk lebih produktif dan
meninggalkan kesia-siaan yang lebih banyak berujung bencana seperti pacaran.
Kadang kata-katanya ditulis dengan tajam, langsung menikam para pelaku pacaran.
Kadang dengan gaya menyindir, kadang dengan gaya yang halus. Isinya semua sama,
jangan pacaran. Seperti salah satu sajak di buku ini yang saya suka dan cukup
menyentil pembaca.
Sajak Jangan
Habiskan
Kawan, jangan
habiskan air mata untuk menangisi seseorang
Yang
jangan-jangan tidak pernah menangis untuk kita.
Jangan
menghabiskan waktu untuk memikirkan seseorang
Yang boleh
jadi tidak pernah memikirkan kita.
Hidup ini
memang kadang ganjil sekali
Ada miliaran
orang, tapi kita menambatkan satu hati
Ada berjuta
kesempatan, tapi kita memilih satu saja.
Hidup ini
memang kadang rumit sekali
Ada banyak
hari esok, tapi kita tidak beranjak
Terlalu
banyak hari kemarin, tapi kita terus terbenam.
Aduhai, hidup
ini memang kadang menyebalkan sekali
Ada begitu
banyak tempat, tapi kita masih di situ-situ saja
Ada begitu
banyak pilihan kendaraan, tapi kita tidak segera naik
Masih saja di
sana. Menatap kosong kesibukan sekitar.
Sungguh,
jangan habiskan waktu kita
Untuk
seseorang yang tidak pernah tahu
Bahwa kita
menghabiskan waktu demi dia.
Dengan sampul
hard cover, buku kumpulan sajak ini layak dijadikan kado istimewa bagi siapa
saja yang sedang tenggelam dengan perasaannya.
Mencari buku-buku berkualitas? Silakan klik Satriabaca.
Komentar
Posting Komentar