Assalamualaikum,
apa kabar?
Sudah lama tidak
posting, kali ini saya mau sharing tentang Puasa Beli Buku atau istilah
kerennya Book Buying Ban. Bagi para pecinta (dan penimbun) buku, istilah ini
pasti familiar. Book Buying Ban atau Puasa Beli Buku adalah momen di mana para
pecinta buku menahan diri dari godaan diskon buku besar-besaran, buku obralan
yang berserakan, dan buku baru terbit yang wara-wiri di instagram.
Kenapa? Biasanya
sih karena timbunan buku yang belum dibaca sudah setinggi gunung. Yang jadi
pertanyaan, apakah itu akan berhasil? Apakah para pecinta (dan penimbun buku)
itu mampu menahan diri dari berbagai godaan yang selalu menghadang?
Well, kalau
melihat-lihat dari curhatan para pecinta buku di Instagram atau di blog sih,
ada yang gagal dan ada yang berhasil. Alasannya macam-macam. Saya juga sering
meniatkan diri untuk puasa beli buku, tetapi gagal terus. Lagi-lagi, kenapa?
Godaan
pertama adalah buku murah dan diskon besar. Meskipun
sebesar-besarnya diskon buku paling sekitar 20-25% sih. Godaan paling berat buat
saya adalah buku murah alias obralan. Dulu saya sering menyambangi basement
Gramedia Depok yang sering menjual buku obral. Tempat paling nggak aman buat
yang mau puasa beli buku. Tetapi saya tetap ke sana dan paling tidak membawa
satu dua buku pulang ke rumah. Sekarang, lantai basement itu dipakai sebagai
lahan parkir dan toko. Walaupun sedih karena nggak ada buku murah lagi, saya
bersyukur juga dompet saya aman, hehehe.
Godaan lain
selain buku murah dan diskon besar adalah window shopping di situs-situs
penjualan buku. Atau situs penulis yang jualan buku dengan iming-iming
merchandise, tanda tangan, edisi terbatas, harga yang lebih murah, dan
sebagainya. Saya pun pernah kalah di bagian ini. Yang tadinya nggak mau beli
buku, jadi tergoda, dan yah begitulah. Akhirnya beli buku juga.
Bulan
Oktober kemarin, saya dengan bangga mengumumkan kalau saya berhasil puasa beli
buku. Alhamdulillah, senangnya. Saya juga nggak nyangka, sih. Awalnya malah
nggak kepikiran untuk puasa beli buku. Sudah ada niatan untuk main ke toko buku
yang selalu ngasih diskon, tetapi nggak sempet-sempet. Tahu-tahu sudah bulan
November. Dan sampai saat saya menulis ini, saya belum juga mengunjungi toko
buku yang dimaksud. Hehehe….
Karena itu, saya
jadi berpikir, apa saya melanjutkan puasa beli buku sampai Desember nanti, ya?
Mungkin antara akhir tahun 2017 atau awal tahun 2018, baru beli buku lagi. Atau
sekalian tunggu sampai bulan April nanti pas Islamic Book Fair? Hmm… kalau itu
sepertinya terlalu lama. Saya mau melihat dulu apakah puasa beli buku bulan
November ini berhasil.
Alasan saya
puasa beli buku sebenarnya sederhana saja. Saya belum punya rak buku yang layak
untuk menyimpan buku-buku saya. Saya hanya punya satu rak susun plastik yang
sangat tidak cocok untuk menyimpan buku. Sebagian besar buku-buku saya ada di
rumah orang tua. Buku-buku yang ada di rumah saya adalah buku-buku yang saya
baru beli setelah menikah. Itu pun jumlahnya jauh lebih sedikit ketimbang
buku-buku yang saya beli sejak kuliah.
Selain tidak
punya rak, cukup banyak buku yang belum saya baca. Kalau dihitung-hitung,
dengan asumsi satu bulan membaca 4 buku, mungkin buku-buku di timbunan saya
bisa sampai bulan Februari atau Maret 2018. Walaupun
sepertinya sulit, saya tertantang untuk mencoba cara Marie Kondo mengenai
timbunan buku.
Buku yang kau punya adalah buku yang kau yakin akan membacanya langsung setelah membelinya. Jika tidak, sebaiknya lupakan saja.
Nah, kali ini
saya ingin berbagi tips agar berhasil puasa beli buku alias book buying ban.
1. Tidak pergi ke toko buku atau tempat mana pun yang menjual buku.
(terutama yang menjual buku murah).
2. Tidak membuka situs toko buku online, baik yang berbasis
website, Instagram, Facebook, pokoknya semua, deh. Jangan pernah sekali pun.
3. Mengabaikan cuitan, update-an, postingan, atau apa pun yang
berkenaan dengan promosi buku. Terutama dari akun-akun yang sifatnya personal.
(misalnya dari sales buku, editor, promotor, atau penulis buku tsb.) Mengapa?
Karena yang personal biasanya lebih mudah meruntuhkan niat kita puasa beli
buku. Dia bisa dengan sangat halus merayu kita hingga akhirnya kita tergoda dan
mengatakan, “Iya, saya beli bukunya.”
4. Ingat selalu timbunan yang kamu miliki. Kalau bisa foto timbunan
tersebut dan lihat kembali foto itu setiap kali godaan ingin membeli buku baru
muncul. Saya belum mencoba langkah ini, (belum sampai tahap melihat foto), saya
hanya membayangkan buku-buku yang menumpuk di rumah dan itu sudah cukup membuat
saya sadar kembali dari keinsafan.
5. Buat jadwal membaca dari buku-buku yang sudah ada. Jika jumlah
buku yang kamu miliki bisa kamu baca hingga dua tahun ke depan, itu sudah lebih
dari cukup menjadi alasan untuk puasa beli buku.
6. Untuk menghibur diri, buatlah daftar buku yang ingin kamu beli.
Saya suka mengumpulkan foto-foto buku yang ingin saya beli, berikut nominal
harganya. Jika godaan ingin membeli buku itu kumat, saya menghibur diri dengan
melihat foto-foto wishlist saya dan menyemangati diri sendiri bahwa akan tiba
waktunya saya memiliki buku-buku tersebut. Seperti pepatah bilang, semua akan
indah pada waktunya. Hehehe...
7. Puasa beli buku bukan puasa menerima buku. Jadi, sama sekali
nggak haram meminta dibeliin buku ke orang terdekat, (pasangan, sahabat,
adik-kakak, dll) asal jangan keseringan. Boleh juga aktif ikutan giveaway dan
kuis-kuis berhadiah buku yang bertebaran di media sosial. Siapa tahu di sana
ada buku yang berjodoh denganmu, ya kan?
Nah, itulah sedikit tips puasa beli buku
dari saya. Mudah-mudahan bermanfaat dan berhasil dilakukan.
Bagaimana denganmu? Pernah mencoba puasa
beli buku juga? Mengapa? Ceritain dong caranya…
Thank you so much!! 🙏🙏🙏
BalasHapusThis is what I need!! I'll try to do your suggestions
You're welcome. Good luck, semoga berhasil puasa beli bukunya yaa :)
Hapus