Penulis: Guillaume Musso
Penerjemah: Yudith Listiandri
Penyunting: Selsa Chintya
Penerbit: Spring
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Oktober 2017
ISBN: 978-602-6682-08-6
Semua itu terjadi di bandara John
F. Kennedy, New York. Madeline baru saja menghabiskan liburan bersama pacarnya,
Raphael, dan hendak pulang kembali ke Paris. Sementara itu, Jonathan menjemput
anaknya, Charly, untuk menghabiskan liburan Natal bersamanya di San Fransisco.
Restoran di bandara itu penuh
sesak. Madeline dan Jonathan sama-sama memburu satu-satunya meja kosong yang
masih tersisa. Mereka bertubrukan dan saling memarahi seperti yang bisa
dipastikan akan terjadi. Malas berdebat dengan Madeline, Jonathan pun memilih
pergi bersama Charly, tanpa menyadari bahwa ia salah mengambil ponsel.
Ketika Madeline telah tiba di
Paris dan Jonathan di San Fransisco, mereka baru sadar kalau ponsel mereka tertukar.
Kesamaan jenis dan bentuk ponsel membuat mereka tidak menyadari bahwa ponsel
yang mereka bawa bukanlah ponsel milik masing-masing.
Jonathan dan Madeline pun
bersepakat untuk saling mengirim ponsel ke alamat masing-masing. Namun, sebelum
itu, mereka tak bisa menahan godaan untuk tidak membongkar isi ponsel tersebut.
Melihat foto-foto, agenda, percakapan, email, pesan suara, dan segala sesuatu
yang biasa disimpan orang di ponsel mereka. Masing-masing ponsel itu menyimpan
rahasia yang ditutup rapat oleh pemiliknya. Rahasia yang membawa mereka berdua
ke dalam penyelidikan penuh kejutan dan bahaya.
Berhasilkah Madeline dan Jonathan
mengungkap rahasia tersebut? Apakah ponsel mereka akan kembali ke tangan
masing-masing?
My Review
Ketika melihat sampulnya dan
membaca sinopsis di bagian belakang bukunya, yang pertama ada di pikiran saya
adalah sebuah kisah romansa yang berawal dari tertukarnya ponsel. Begitu juga
saat membaca bab pertama novel ini, saya semakin yakin bahwa novel ini adalah
novel romantis penuh cinta. Mungkin kedua tokoh utama kita akan melalui jalan
yang rumit dulu sampai akhirnya mereka berdua bertemu lagi dan saling jatuh
cinta. Begitulah dugaan saya.
Ternyata saya salah besar. Novel
Call from an Angel tidak seromantis kelihatannya. Semakin dibaca, pembaca
semakin dibawa ke dalam rahasia misterius yang menegangkan.
Pada bagian permulaan, Musso
menceritakan secara umum keseharian dua tokoh utama kita, Madeline dan
Jonathan. Madeline, perempuan Inggris yang tinggal di Paris dan sehari-hari
bekerja sebagai floris. Ia memiliki pacar bernama Raphael yang sangat ia
sayangi dan menyayanginya.
Jonathan, seorang duda beranak satu,
mantan chef terkenal di Amerika. Tadinya ia memiliki bisnis kuliner yang sangat
maju dan berkelas, tetapi semua itu berakhir karena pengkhianatan istrinya,
Francesca. Setelah bercerai dengan Francesca, Jonathan meninggalkan hiruk pikuk
dunia gastronomi yang telah melambungkan namanya, lalu membuka restoran kecil
sederhana bernama French Touch.
Peristiwa tertukarnya ponsel
mereka di bandara, membuat Jonathan dan Madeline mengulik kehidupan pribadi
masing-masing. Mereka membongkar rahasia yang dikubur rapat-rapat oleh pemilik
ponsel dan tanpa disangka, rahasia itu malah membawa mereka pada sebuah takdir
yang lain.
Secara keseluruhan, jalan cerita
novel ini benar-benar tidak disangka-sangka. Seharusnya saya sudah bisa menebak
gaya Musso, mengingat saya telah membaca Girl on Paper yang juga memiliki plot
twist tak terduga. Namun, Call from an Angel bukan hanya memiliki plot twist
tak terduga, melainkan Musso seolah-olah sengaja membiarkan pembaca mengira ini
novel romansa biasa, lalu diam-diam, pelan-pelan, membawa pembaca pada konflik
yang benar-benar mengejutkan.
Musso berhasil membuat saya
penasaran dengan siapa Madeline dan Jonathan sebenarnya. Takdir apa yang
membuat mereka terhubung satu sama lain dan apa yang akan terjadi pada mereka
akhirnya.
Dalam novel ini, Musso menekankan
tema masa lalu yang akan selalu menghantui kita selama kita tak benar-benar
melepaskannya. Masa lalu itu akan terus menghantui kita, mengikuti ke mana kita
pergi, mengendalikan kita dalam membuat keputusan yang mungkin saja merusak
masa sekarang bahkan masa depan kita.
Dengan latar waktu bulan
Desember, gambaran Paris dan New York di musim salju, berbagai macam bunga di
toko bunga Madeline, beraneka macam makanan enak karya Jonathan, dan kasus
misterius yang menegangkan, Call from an Angel sangat cocok menjadi teman
liburan akhir tahunmu.
Giveaway!
Kamu bisa mendapatkan novel Call
from an Angel yang keren dan seru ini secara cuma-cuma dari Penerbit Spring
dengan syarat yang mudah sekali. Silakan mampir ke blog-blog peserta blogtour
yang ada di banner dan follow IG Penerbit Spring.
Penerbit Spring akan mengadakan
lomba photoqutoe dari kutipan-kutipan yang tertera di resensi setiap blogger.
Karena blog ini adalah blog terakhir dalam rangkaian blogtour, lebih baik kamu
segera kunjungi IG Penerbit Spring supaya tahu detil perlombaannya.
Selamat mengikuti giveaway.
Semoga beruntung!
Kutipan-Kutipan
“Mengapa sejak usia muda, manusia selalu mengabaikan saran para ahli?” p. 83
“… Cinta itu seperti candu. Awalnya, kau pikir bisa mengendalikannya, tapi kemudian, suatu hari kau sadar bahwa candu itulah yang mengendalikanmu.” p. 114
“Aku selalu menghadapi hidup dengan berani, selalu berdiri tegak dengan hal yang kupercayai. Aku selalu berjuang dalam setiap pertarungan, menulis takdirku sendiri dan menciptakan kesempatanku sendiri, tapi hari ini berbeda. Aku harus menghadapi musuh yang tangguh: diriku sendiri. Musuh utama. yang paling berbahaya.” p. 227
“Kalau kau benar-benar merasa ingin lebih baik, kau harus menyingkirkan hantu masa lalu yang terus membebanimu.Hantu seharusnya tidak terlalu berat, kan?Tidak, tapi rantai yang mereka seret di belakang mereka sangat berat.” p. 198
“Kadang-kadang cinta itu menghancurkan, tapi kadang juga mengkristal dalam karya seni yang menakjubkan.” p. 215
Komentar
Posting Komentar