Penerjemah: Tia Setiadi
Penyunting: Addin Negara
Penerbit: Diva Press
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, April 2015
Halaman: 208
Menggali Sumur dengan Ujung
Jarum; Segenggam Kisah dan Ceramah Para Maestro Sastra Dunia. Seperti judulnya,
buku ini berisi kumpulan cerita dan pidato para peraih Nobel Sastra.
Ini kali pertama saya mencoba
membaca buku sastra yang ‘nyastra banget’ buat saya. Jujur saya, sampul buku
ini berhasil membuat saya penasaran apa saja sih cerita-cerita tersebut dan
seperti apa sebetulnya tulisan-tulisan para peraih Nobel Sastra.
Cerita pertama dan kedua dari
Gabriel Garcia Marquez yang sempat membuat saya ingin menaruh kembali buku ini
dan melupakan keinginan membacanya. Saya sama sekali tidak paham apa maksud
Marquez dalam ceritanya yang berjudul “Eva dalam Tubuh Kucingnya” dan “Sepasang
Mata Anjing Biru”. Tetapi karena tidak semua isi buku ini dari Marquez dan saya
terlanjur penasaran dengan seluruh isinya, saya lanjutkan kembali membaca.
Di cerita ketiga, saya cukup suka
dengan “Pencarian Avveroes” karya Jorge Luis Borge meski bukan favorit saya.
Cerita keempat, ada Orhan Pamuk dengan karyanya yang berjudul “Kerabat Jauh;
Seorang Pemuda Membeli Sebuah Dompet untuk Tunangannya”. Isi ceritanya sudah
cukup diwakili oleh judul yang panjang tersebut. Salah satu cerita yang cukup
menarik bagi saya dan pesannya pun dapat saya tangkap.
Cerita kelima ada “Suatu Hari
yang Dingin” dari William Saroyan. Meskipun baru di buku ini saya mendengar (dalam
hal ini membaca) nama William Saroyan, inilah cerita favorit saya di buku ini. Kisahnya sungguh sederhana, tentang penulis yang berusaha menulis apa yang dia pikirkan di hari yang amat sangat dingin dan dia tidak punya
pemanas kecuali dengan membakar buku-buku koleksinya.
Lima bagian selanjutnya adalah
esai dan pidato dari Jorge Luis Borges, Orhan Pamuk, Naguib Mahfouz, dan Seamus
Heaney. Saya paling suka dengan pidato Orhan Pamuk yang berjudul “Koper Ayah
Saya”. Di situ, Orhan Pamuk bercerita tentang kegelisahannya akan koper ayahnya
yang dititipkan kepadanya dan berisi tulisan-tulisan sang ayah. Saya juga suka
dengan esai “Kebutaan” milik Borges dan pidato “Anak Dua Peradaban” karya
Naguib Mahfouz.
Walaupun tidak mendalami ilmu
sastra dan jarang baca buku sastra, saya tetap senang telah membaca buku ini.
Komentar
Posting Komentar