Penulis: Mitch Albom
Judul Asli: The Five People You Meet in Heaven
Penerjemah: Andang H. Sutopo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan Keenam, Desember 2012
Halaman: 208
ISBN: 978-979-22-7002-0
Eddie bekerja di taman hiburan
hampir sepanjang hidupnya, memperbaiki dan merawat berbagai wahana. Tahun-tahun
berlalu, Eddie merasa terperangkap dalam pekerjaan yang dirasanya tak berarti.
Hari-harinya hanya berupa rutinitas kerja, kesepian, dan penyesalan.
Pada ulang tahunnya yang ke-83,
Eddie tewas dalam kecelakaa tragis ketika mencoba menyelamatkan gadis kecil
dari wahana yang rusak. Saat mengembuskan napas terakhir, terasa olehnya
sepasng tangan kecil menggenggam tangannya. Ketika terjaga, dia mendapati
dirinya di alam baka. Dan ternyata Surga bukan Taman Eden yang indah, melainkan
tempat kehidupan manusia di dunia dijelaskan oleh lima orang yang telah
menunggu. Lima orang yang mungkin orang-orang yang kita kasihi, atau
orang-orang yang tidak kita kenal, namun telah mengubah jalan hidup kita tanpa
kita sadari. (dari blurb “Meniti Bianglala)
My Review
Kisah ini dibuka oleh bab yang
berjudul “Tamat” karena memang di situlah tokoh utama kita, Eddie, meninggal.
Paragraf demi paragraf mendeskripsikan momen-momen terakhir, hitung mundur
akhir kehidupan Eddie sampai akhirnya dia meninggal.
Setelah membaca dua buku Mitch
Albom, Selasa Bersama Morrie dan Sehari Bersamamu, saya tertarik untuk
membaca ceritanya lagi. Karya Mitch Albom memiliki keistimewaan tersendiri buat
saya. Ceritanya selalu membuat saya merenungkan kembali makna kehidupan yang
seringkali lepas dari pikiran kita, termasuk cerita ini.
Saya sudah suka dengan bagian
pembuka dari Mitch Albom yang menerangkan alasan ia menulis buku ini. ia
menulis untuk pamannya, yang memiliki nama yang sama dengan tokoh utama kita,
untuk memberi tahu kalau pamannya dan orang-orang yang merasa keberadaannya
tidak penting di dunia, menyadari betapa mereka sangat berarti dan disayangi.
Mitch Albom juga menjelaskan bahwa ia menghormati setiap kepercayaan tentang
surga yang diyakini orang-orang. Karena sekali lagi, ini hanyalah cerita fiksi
dan saya setuju sekali dengan hal itu. Maksudnya, tentu saja yang saya yakini
adalah setelah mati kita bertemu Malaikat Munkar dan Nakir, tetapi saya menyukai
cerita ini karena membuat saya semakin yakin bahwa apa yang telah terjadi dalam
hidup kita mengandung hikmah yang kadang kita mengetahuinya, sering pula kita
tidak pernah mengetahuinya.
Begitu juga dengan kisah hidup
Eddie yang diceritakan Mitch Albom di sini. Setelah kematian Eddie, cerita
bergerak maju mundur saat Eddie bertemu dengan satu per satu orang yang
menunggunya di alam baka dan momen-momen ulang tahun Eddie, dari dia kecil
hingga tua.
Saya dapat merasakan kekesalan
Eddie terhadap ayahnya, penyesalannya karena terjebak menjadi pekerja di wahana
hiburan Ruby Pier, persis seperti ayahnya, dan hatinya yang selalu
bertanya-tanya apakah gadis kecil yang ia coba selamatkan itu benar-benar
selamat atau tewas seperti dirinya. Saya juga ikut dibuat ngeri saat Eddie
mengenang saat-saat ia menjadi tentara Amerika di masa perang.
Cerita yang disampaikan Mitch
Albom mengalir dengan lembut, tidak bertele-tele tetapi juga tidak terlalu
ngebut. Saya juga berhasil dibuat penasaran, sama seperti Eddie, menebak siapakah
orang berikutnya yang akan ditemui Eddie dan apa hubungannya dengan kehidupan
Eddie. Dan dia bagian akhir, saya hanya bisa bergumam, “Oh, jadi begitu….”
Secara keseluruhan, saya sangat
menyukai cerita ini. Pesan yang disampaikan Mitch Albom benar-benar terasa
menancap di hati, terutama di bagian akhir. Benar-benar akhir yang…indah.
Komentar
Posting Komentar