Resensi Buku: The Leap (Lompatan)



Penulis: Jonathan Stroud
Penerjemah: Jonathan Aditya Lesmana
Editor: Primadonna Angela
Tahun terbit: Oktober 2011
Halaman: 240
ISBN: 978-979-22-7606-0


Charlie kehilangan sahabatnya, Max, di kolam penggilingan gandum. Awalnya, Max berada di atas pohon memakan buah plum. Kemudian dia menatap kolam di bawahnya dan melompat ke dalamnya. Saat Charlie berusaha menyelematkan Max, ia melihat Max dibawa oleh wanita-wanita berambut panjang ke dalam kolam. Charlie tak sempat menyelamatkan Max saat itu. Namun, ia yakin ia dapat membawa Max kembali. Sayangnya, tak ada yang mempercayai cerita Charlie. Semua orang sadar Max telah meninggal karena tenggelam di kolam. Hanya Charlie yang percaya kalau Max belum meninggal.

My Review

Jujur saja, waktu pertama kali membaca buku ini saya pikir Charlie adalah bocah laki-laki seperti Max. Karena itu, saya merasa agak aneh dengan persahabatan mereka yang terasa begitu spesial. Ternyata setelah baca beberapa bab, ketahuan kalau ternyata si Charlie ini anak perempuan. Nama aslinya Charlotte, tetapi sangat jarang orang memanggilnya dengan nama ini. Oke, pantas saja.

Pantas saja persahabatan antara dia dan Max terasa begitu istimewa di mata Charlie. Bahkan Charlie tidak percaya kalau Max meninggal dan malah meyakini dia dibawa oleh wanita di kolam dan Charlie harus mengejarnya sebelum Max berjalan terlalu jauh.

Lembar demi lembar, pembaca dihadapkan pada POV Charlie dan James, kakak lelaki Charlie. Di POV Charlie, kita mendapati kisah Charlie berusaha mengejar Max di mimpi-mimpinya. Sementara itu, di POV James kita diceritakan tentang hal yang terjadi pada Charlie dari mata orang lain, kali ini abangnya.

Entah ini berpengaruh atau tidak, membaca kisah fantasi seperti ini di umur segini, membuat  saya  lebih berpihak pada James yang menganggap Charlie hanya berkhayal karena tidak mampu menerima kenyataan bahwa sahabatnya telah meninggal. Ya, semua yang dialami Charlie, bahkan yang paling terasa riil sekalipun, bagi saya itu adalah salah satu cara alam bawah sadar Charlie menerima kenyataan kalau sahabatnya telah tiada. Bukan meninggal, karena mungkin itu terlalu menyakitkan, tetapi dibawa oleh makhluk tak jelas dan akhirnya berjalan-jalan di hutan sampai menemukan Festival Raya.

Selama membaca, saya berharap ada sesuatu yang ‘wow’ selain kegelisahan Charlie dan mimpi-mimpi anehnya. Paling tidak, saya berharap ada sesuatu yang terjadi, entah flashback atau bukan, antara Charlie dan Max. Di cerita ini, Max benar-benar seperti ‘hantu’. Hanya ada dalam pikiran dan kenangan Charlie.

This book isn’t my favorite. Saya juga tidak berekspektasi terlalu tinggi saat melihat buku ini. Sekadar penasaran dengan karya lain Jonathan Stroud selain Bartimaeus Trilogy. Walaupun begitu, saya cukup suka dengan karakter James. Seperti kakak lelaki pada umumnya, dia juga  agak kesal pada Charlie yang bertingkah aneh dan tidak bisa menerima kenyataan. Tetapi dia juga perhatian dan mengkhawatirkan kondisi Charlie yang semakin lama memang semakin aneh.

Endingnya, ehm… agak antiklimaks buat saya. Tetapi okelah. Cukup membuat saya menutup buku ini dengan kesimpulan saya sendiri.

Komentar

  1. Bukunya terbitan lama. Saya malah belum kenal dengan karya Jonathan Stroud satu pun. PR supaya saya menjajal lebih banyak buku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, buku lama memang. Yang bartimaeus sepertinya lebih seru untuk dicoba.

      Hapus
  2. Sering lihat buku ini di obralan tapi entah kenapa kok belum tertarik membelinya. Dari ulasanmu, kayaknya memang ceritanya kurang menarik ya. Beginilah kalau sudah terpesona sama Barty dan Lockwood, yang lain lewat ha ha ha

    BalasHapus
    Balasan
    1. khusus The Leap memang kurang menarik sih. Tetap lebih oke Barty. Saya malah belum baca Lockwood, hehehe....

      Hapus

Posting Komentar