Resensi Buku: Aksara Hujan


Penulis: Ariqy Raihan
Penyunting: Fenisa Zahra
Penerbit: Mediakita
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2018
Halaman: 200


Saat melihat buku Aksara Hujan di rak toko buku dan melihat nama penulisnya, saya teringat dengan tulisan di Storial.co. Ya, saya mengenal Ariqy Raihan lewat platform menulis tersebut. Saya lupa pernah membaca tulisannya yang berjudul apa, tetapi saya ingat kalau tulisannya bagus dan saya suka. Karena alasan itu dan karena sedang ingin beromantis-romantis ria, saya memilih untuk membawa pulang buku ini.

Blurb di sampul belakang terasa sangat puitis dan menarik hati. Hujan memang identik dengan puisi, perasaan yang terpendam, dan segala hal yang tak mampu disampaikan. Saya sudah menyiapkan diri untuk membaca kumpulan puisi atau tulisan yang membuat diri ini menjadi melankolis.

Sayang sekali, saat membaca Aksara Hujan, kesan puitis itu tidak begitu terasa. Entah mengapa, kata-kata puitis yang muncul di buku ini tidak terlalu mengena. Saya malah seperti sedang mendengar curhatan teman kuliah yang memendam cintanya dalam-dalam kepada seseorang. 

Dulu waktu saya kuliah, saya sempat mengikuti beberapa blog atau akun tumblr yang berisi puisi atau prosa-prosa romantis penuh makna khas mahasiswa. Sebut saja Azhar Nurun Ala, Kurniawan Gunadi, dan Ijonk (Muhammad Adi Nugroho). Entah karena waktu itu masih mahasiswa dan merasakan hal yang sama atau karena tulisan mereka yang memang bagus, rasanya mengenaaaa banget. Hal yang tidak saya dapatkan di buku ini. 

Bukan berarti isi buku ini jelek atau payah, tetapi apa yaa, seperti ada sesuatu yang kurang. Bagi saya sih kurang mengena. Saya tidak tahu apakah itu karena sekarang saya bukan mahasiswa lagi dan sudah lama meninggalkan perasaan-perasaan itu atau karena hal lainnya.

Isi dari Aksara Hujan sendiri adalah kumpulan curhatan 'Aku' dari bulan Februari 2015 hingga Desember 2016. Benang merahnya tentu saja tentang Hujan. Hujan dan pencarian akan ‘seseorang’ yang dapat melengkapi hidup. 

Ketika ‘seseorang’ itu muncul bersama Hujan, si Aku malah tak sanggup mengungkapkan dan akhirnya tenggelam dalam diam. Kemudian, si Aku merasa gamang memilih antara yang sudah lama ditinggalkan dan tak pernah menaruh perhatian atau dengan yang sering muncul dan mengusik pikiran.

Sebagai perempuan, jujur saya sedikit gemas dengan si ‘Aku’. Terlepas tulisan ini murni khayalan atau berangkat dari kisah nyata yang ‘dipoles’, saya benar-benar gemas dengan lelaki yang diam-diam saja padahal menyimpan rasa pada seorang perempuan dan malah tenggelam dalam kebingungannya tanpa pergerakan apa-apa.

Ya, kalau beneran suka dan yakin, cobalah usahakan supaya bisa bersanding dengannya di pelaminan, hehehe. (Maaf ya, para cowok. Ini sebenarnya ujaran jujur dari seorang perempuan.) Ya, tetapi saya juga berusaha memahami bahwa melangkah lebih jauh ke jenjang pernikahan juga butuh pertimbangan dan persiapan yang panjang.

Nah, kan, malah nyambung-nyambung ke pernikahan segala. Intinya, sih, saya berekspektasi cukup tinggi dengan buku ini karena saya membaca tulisan Ariqy di Storial.co itu bagus. Selain Aksara Hujan, ada Senja Pertama dan Lampion Senja karya penulis yang telah diterbitkan. Mudah-mudahan karya selanjutnya lebih mantap lagi.

Komentar

  1. Halo mba ratih, aku lagi berselancar di internet dan menemukan ini. Pertama terima kasih sudah membaca Aksara Hujan dan tulisan-tulisan lainnya di Storial.co milikku hehe.

    Yaa, alasan mengapa ada tanggal ialah bahwa Aksara Hujan itu sesungguhnya tema perjalananku sendiri. Aku bertumbuh bersama Aksara Hujan dari tahun ke tahun.

    Apa yang tersaji 2015-2016 ialah titik tulisan yang berbeda tentunya dengan apa yang disajikan di 2017 hingga sekarang, karena itu Aksara Hujan saat ini sudah masuk jilid ketiganya (2018) dan baru akan selesai saat aku telah menemukan.


    Percaya, deh, mba, dalam perspektif lelaki, ada sekelompok yang enggak gampang menyatakan perasaan haha. Dan aku mencoba untuk representasi itu.

    Btw, thanks untuk reviewnya, aku senang sekalii :D hope we can have a time to discuss more.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo juga Ariqy! Senang sekali mendapat komentar darimu di blog ini. Terima kasih sudah membaca ulasan saya. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Yang jelas, saya membaca tulisan2mu di Storial.co dan kebanyakan ide-idenya keren. Semoga mereka juga akan jadi buku nantinya. Saya akan sangat senang sekali jika suatu saat kita bisa berdiskusi :)

      Hapus
    2. Sure, kenapa enggak?

      Wah cerita apa saja di Storial?

      Hapus
  2. meski tidak memberikan kelebihan dari novel tersebut, tapi menurutku mba ratih memberikan pelajaran bahwa jangan pernah menyerah untuk menulis, meski selalu di kritik oleh orang lain. dengan adanya kritikan tersebut kita tidak selamanya benar, ada kesalahan yang harus kita benahi lagi. belajar dari kesalahan supaya bisa mengerti makna kehidupan.

    BalasHapus

Posting Komentar