Penulis: Windhy Puspitadewi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan ketiga, Juni 2017
Halaman: 224
ISBN: 978-602-03-4612-0
Hiro Morrison, anak genius keturunan Jepang-Amerika, tak
sengaja berkenalan dengan Detektif Samuel Hudson dari Kepolisian New York dan
putrinya, Karen, saat terjadi suatu kasus pembunuhan. Hiro yang memiliki
kemampuan membaca identitas kimia dari benda apa pun yang disentuhnya akhirnya
dikontrak menjadi konsultan bagi Kepolisian New York.
Suatu ketika pengeboman berantai terjadi dan kemampuan Hiro
dibutuhkan lebih dari sebelumnya. Pada saat yang sama, muncul seseorang yang
tampaknya mengetahui kemampuan Hiro. Kasus pengeboman dan perkenalanya dengan
orang itu mengubah semuanya hingga kehidupan Hiro menjadi tidak sama lagi.
My Review
Setelah membaca Touché yang pertama, saya pikir saya akan
bertemu dengan Dani, Riska, dan Indra lagi di buku kedua. Ternyata saya salah.
Selain tidak bertemu lagi dengan mereka bertiga, latar cerita juga sudah tidak
lagi di Indonesia melainkan di Amerika.
Seperti yang sudah diceritakan di Touché pertama, setelah
petualangan yang dialami Dani, Riska, dan Indra, Pak Yunus kembali ke Amerika.
Di Amerika inilah Pak Yunus bertemu dengan Hiro Morrison.
Kali ini kekuatan sentuhan yang diangkat adalah kekuatan
membaca identitas kimia. Kemampuan ini ternyata sangat bermanfaat dalam menguak
kasus-kasus pembunuhan atau kasus kriminal lainnya.
Karena, selain dapat
melacak zat-zat kimia, jika Hiro menyentuh lebih lama suatu benda, ia juga dapat
membaca DNA yang tertinggal di sana. Ditambah dengan kemampuan otaknya yang
genius, tidak sulit bagi Hiro untuk menemukan siapa yang dia cari.
Dari awal hingga sekitar pertengahan buku, pembaca
disuguhkan dengan cerita kemampuan Hiro dalam memecahkan beberapa kasus
pembunuhan. Sampai tiba-tiba Detektif Hudson mendapat kiriman paket aneh dan di
saat yang sama terjadi kasus pengeboman di tempat publik. Hiro pun diminta untuk
mencari tahu siapa pelaku pengeboman tersebut.
Berbeda dengan Touché pertama yang sangat clueless,
di Touché Alchemist saya dapat dengan mudah menebak pelaku pengeboman. Mungkin
karena kali ini saya membacanya dengan serius atau memang pelakunya mudah
ditebak, hehehe. Yang jelas, tebakan saya benar.
Meskipun pelakunya mudah ditebak, saya tetap menikmati novel
ini karena penokohan Hiro dan Karen yang cukup kuat. Hiro yang genius, sombong,
narsis, Detektif Hudson yang pasrah diperlakukan semena-mena oleh Hiro karena
kemampuan Hiro sangat dibutuhkan dalam pekerjaannya, dan Karen yang tampak
biasa-biasa saja, tetapi percakapannya dengan Hiro lucu juga.
Saya juga cukup menikmati cara Hiro mencari tahu pola
pengeboman yang dilakukan si pelaku. Ya, masuk akal lah ya. Hanya saja,
lagi-lagi tersimpan satu pertanyaan yang menggantung.
Apa benar, hanya karena
alasan ‘itu’ (rahasia karena nggak mau spoiler), si pelaku sampai bikin
pengeboman segala? Memang sih, di situ diceritakan bom yang dia buat tidak
benar-benar untuk melukai orang karena tidak menyimpan benda tajam dan
sebagainya, tetapi tetap saja kan ada orang-orang yang tewas dan terluka?
Iya sih, penjahat yang nggak punya hati memang nggak peduli
dengan nasib orang-orang yang nggak bersalah. Tetapi, kenapa nggak langsung
bunuh orang yang menjadi sasaran si pelaku saja?
Dengan kepintarannya (novel
ini mengesankan si pelaku pengeboman ingin menunjukkan kepintarannya), bukankah
tidak sulit membuat alibi dan menyembunyikan identitas dirinya sendiri? Jika
pun terungkap, toh yang penting orang yang dia tuju sudah mati, tidak mungkin
bisa dihidupkan lagi, kan?
Yah, mungkin memang benar kalau si pelaku cuma ingin pamer
kepintarannya. Tetapi tetap saja, buat saya terasa mengganjal. Saya merasa
seharusnya ada alasan kuat mengapa si pelaku tidak sampai membunuh orang yang
dia tuju dan ‘hanya’ melakukan pengeboman di berbagai tempat.
Satu lagi yang masih terasa mengganjal bagi saya adalah
kemunculan Pak Yunus di kehidupan Hiro. Iya, sih, dia mungkin ingin bertemu
dengan berbagai touché di dunia, tetapi kemunculannya di cerita ini tuh seperti
cuma untuk menunjukkan kalau dia tahu Hiro adalah seorang touché, terus sudah,
selesai begitu saja. Saya merasa seharusnya ada sesuatu yang dicari atau
diinginkan Pak Yunus dari Hiro. Entahlah, mungkin saya akan dapat penjelasannya
di buku keempat.
Apa pun itu, kisah Touché Alchemist ini cukup menarik dan
menghibur. Dan terasa ada kemajuan dibanding buku pertamanya.
Btw, saat edisi pertama Touche Alchemist keluar, sampulnya mengikuti konsep sampul Touche edisi kedua. Akan tetapi, saat itu saya juga belum tergerak untuk membelinya. karena membayangkan isi buku ini akan banyak membahas rumus-rumus kimia yang tidak terlalu saya mengerti. Ternyata, meskipun mengangkat tentang kimia, penjelasan kimia di dalam novel ini tidak terlalu rumit dan masih bisa dimengerti oleh anak ilmu sosial seperti saya, hehehe.
Komentar
Posting Komentar