Penulis: Windhy Puspitadewi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan Kedua, September 2017
Halaman: 200
ISBN: 978-602-0351-16-2
Edward Kim memiliki kemampuan memahami semua tulisan, bahkan
dari bahasa yang belum pernah dia dengar sebelumnya, melalui sentuhan. Dia
seperti Batu Rosetta berjalan. Kemampuannya itu akhirnya dia gunakan untuk
mendapatkan dengan membantu seorang professor di British Museum.
Tiba-tiba seorang pria asing datang menemuinya dan meminta
memecahkan sebuah teka-teki. Teka-teki yang berisi rahasia dari zaman
Renaissance dan petunjuk pelaku suatu pembunuhan.
My Review
Di cerita ini, teka-teki yang harus dipecahkan lebih sulit
dan lebih menantang dibanding di buku pertama, Touché, ataupun di buku kedua,
Touché Alchemist. Sejak awal, ceritanya pun cukup fokus mengungkap pelaku
pembunuhan Profesor Hamilton sekaligus mengetahui pesan rahasia dari touché di
masa lalu.
Kali ini, cerita berpindah ke Inggris. Tokoh utama kita
adalah Edward Kim yang mampu memahami tulisan hanya lewat sentuhan. Tetapi
hanya tulisan asli alias tulisan tangan atau pahatan di prasasti. Bukan tulisan
lewat komputer atau handphone atau hasil cetakan.
Kemampuannya ini membuat dia direkrut oleh Profesor Fischer
sebagai 'penerjemah rahasia' prasati dan benda-benda kuno yang tersimpan di
British Museum. Lagi-lagi, Pak Yunus mengetahui kemampuan dan keberadaan
Edward. Dia meminta bantuan Edward untuk menemukan pelaku pembunuhan Profesor
Hamilton dan menguak pesan rahasia dari touché pada zaman dulu.
Edward tidak bekerja sendiri. Ia dibantu Ellen, anak angkat
Profesor Hamilton, yang memiliki ingatan eidetic yang mampu mengingat hal dengan ketepatan yang sempurna. Edward dan Ellen sama-sama menyadari kalau mereka bisa menjadi
incaran selanjutnya si pembunuh karena mereka memiliki buku yang diinginkan
oleh si pembunuh.
Dari tiga novel Touché yang sudah saya baca, Touché Rosetta
adalah yang paling menegangkan dan paling bagus alur ceritanya. Teka-teki yang
coba dipecahkan Edward dan Ellen pun terasa lebih rumit dibandingkan yang
dialami tokoh utama di dua cerita sebelumnya.
Di cerita ini pula, Hiro muncul lagi meskipun porsinya tidak
banyak. Ini menunjukkan kalau novel kedua dan ketiga masih berkaitan. Hanya
saja kaitannya belum kelihatan karena halaman terakhir ini novel ini tertulis
‘bersambung’.
Saya kaget sekali saat membaca kata itu. Dua buku sebelumnya
tidak berakhir dengan ‘bersambung’ membuat saya yakin buku ketiga pun begitu. Ternyata saya salah.
Saya jadi ingat komentar teman saya di Instagram saat saya
menampilkan trilogi Touché ini. Dia bertanya apakah ada kelanjutan dari Touché Rosetta. Karena saat itu saya belum membaca satu pun novel Touché, saya nggak
nyambung dan sok tahu dengan menjawab kalau Touché Rosetta adalah yang
terakhir. Ternyata tidak, Saudara-Saudara!
Novel ini masih memiliki sambungan dan saya baru mendapat
sedikit titik terang tentang alasan Pak Yunus berada di setiap novel Touché.
Saya belum yakin dengan hipotesis saya, tetapi setidaknya saya mengerti mengapa
harus ada kelanjutan dari novel Touché Rosetta. Karena banyak hal yang masih
mengandung teka-teki samar dan butuh penjelasan di novel berikutnya. Selain
itu, saya berharap trio Dani, Riska, Indra muncul lagi.
Lagi-lagi, ada pertanyaan yang masih mengambang setiap
membaca novel Touché. Kali ini yang membuat saya penasaran adalah di dua novel
terakhir, mengapa tokoh utama (entah secara kebetulan atau tidak) memiliki
darah Asia?
Saya lupa di Touché Rosetta apakah dijelaskan Edward memiliki darah
Asia atau tidak, tetapi dari nama belakangnya, Kim, itu seperti nama Asia
bukan? Apakah ini kebetulan saja atau nantinya akan mempengaruhi jalan cerita di novel selanjutnya?
Yang
jelas, saya sangat menunggu-nunggu buku selanjutnya yang entah kapan akan
terbit. Namun, jika melihat tahun terbit pertama kali tiap novel Touché, saya
mendapatkan pola per tiga tahun.
Touché pertama kali terbit tahun 2011, Touché Alchemist pertama kali terbit tahun 2014, dan Touché Rosetta pertama kali terbit tahun 2017. Apakah ini artinya saya baru bisa membaca buku
keempat di tahun 2020?
Entahlah. Saya berharap Mbak Windhy bisa menerbitkan
buku selanjutnya tanpa menunggu tahun 2020 dan Gramedia tidak mengganti konsep
sampul novel ini dengan konsep baru saat buku keempat muncul. Biarkan saya mengoleksi novel Touché dengan konsep cover yang ini saja. Pleease?
Komentar
Posting Komentar