Penulis: Ghurmullah al-Ghamidi
Penerjemah: Shofw el-Fikry, Lc.
Editor: Fiedha L’ Hasiem
Penerbit: Tinta Medina
Tahun Terbit: Cetakan kedua,
April 2015
ISBN: 978-979-045-8000-0
Setelah Lapis-Lapis Keberkahan, Aku
Bukan Budak Gaji adalah salah satu buku yang saya menyesal baru membacanya
tahun ini. Padahal, beli buku ini dari tahun 2017. Ternyata bukunya bagus
banget, asli!
Aku Bukan Budak Gaji adalah buku
terjemahan dari Arab Saudi dengan judul asli “Lan Akuuna ‘Abdan Lirraatib”. Buku ini bukan
sekadar ‘how-to-be-rich-book’ tetapi lebih kepada buku panduan dan pengembangan
diri. Bagi yang awam sekali dengan tema finansial, buku ini bisa menjadi buku
pertama yang dibaca untuk menuju buku-buku atau pengetahuan selanjutnya di bidang
tersebut.
Mengapa saya sebutkan begitu?
Karena buku ini mengawali penjelasannya dengan pertanyaan paling mendasar, ‘Mengapa
Anda ingin kaya?’
Kira-kira apa alasan kita ingin
kaya? Apakah agar bisa memiliki rumah megah, mobil mewah, dan dapat liburan ke
sana kemari? Apakah agar bisa merawat dan mendidik anak-anak kita (dan mungkin
kita sendiri juga anggota keluarga lainnya) sampai ke pendidikan tinggi? Apakah
agar mudah melakukan segala sesuatu yang kita inginkan di dunia?
Di dalam buku ini dijelaskan bahwa
tujuan utama kita bukan semata-mata menjadi kaya, tetapi bebas finansial.
“Salah satu tujuan yang paling penting dalam kehidupan Anda adalah bebas finansial. Jika sudah sampai pada kebebasan finansial, Anda dapat hidup sesuai dengan kehendak Anda dan bukan hidup tanpa pilihan. Bebas finansial artinya Anda memiliki sejumlah uang yang cukup sehingga Anda merasa aman dan memiliki pola pikir cara menghasilkan uang.”
Apa manfaatnya bagi kita jika
kita sudah mencapai status bebas finansial?
“Kebebasan finasnial dapat memberikan waktu yang cukup untuk beribadah kepada Allah, bersedekah dalam segala bentuk kebaikan, bersilaturahim, dan membantu orang-orang yang membutuhkan.”
Dari hal paling mendasar ini,
kita diajak untuk menelaah lebih lanjut tentang perbedaan kaya dan miskin,
khususnya dalam dunia finansial. Kaya dan miskin bukan sekadar tentang gaji
atau pendapatan yang kita miliki, tetapi lebih kepada apa yang bisa kita
tabungkan.
Jadi, orang yang kita anggap kaya
karena memiliki rumah megah, mobil mewah, dan rutin pelesir ke luar negeri
belum tentu orang kaya sungguhan jika dia tidak memiliki tabungan dan malah
banyak utang (dengan kartu kredit misalnya). Sementara itu, orang dengan
pendapatan biasa-biasa saja atau malah rendah, bisa jadi dia adalah orang kaya
karena setiap bulan mampu menabung tidak kurang dari sepuluh persen pendapatannya.
Inilah perbedaannya.
Hal lain yang dibahas buku ini
adalah ilmu dasar akuntansi. Tenang saja, pemaparan ilmu akuntansi di buku ini
sederhana dan mudah dipahami, kok, bahkan oleh saya yang sejak dulu tidak suka
dengan ilmu akuntansi, hehehe. Ternyata oh ternyata, ilmu akuntansi (paling
tidak dasarnya) sangat penting diketahui setiap orang (yang ingin kaya).
Setelah menjelaskan tentang
dasar-dasar akuntansi, penulis menjelaskan tentang gaya hidup yang sering
terjadi di kalangan masyarakat, terutama masyarakat menengah ke atas. Memiliki
gaji tetap yang tinggi tidak menjamin seseorang bebas dari utang. Kuncinya
adalah pada gaya hidup. Sebesar apa pun gaji yang kita dapat, akan selalu ada
pengeluaran. Oleh karena itu, semua kembali kepada diri kita sendiri, mampukah
kita mengontrol diri agar pengeluaran kita lebih kecil dari pendapatan yang
kita terima dan rutin menabung tidak kurang dari sepuluh persen?
Dari sini, penulis mengajak kita
untuk bersama-sama mencapai jalan kebebasan finansial, yaitu dimulai dari diri
sendiri dulu. Kita diajak untuk melihat kebiasaan kita, keinginan dan tujuan
kita, bagaimana kita mengelola waktu, dan seberapa penting diri kita untuk kita
sendiri. Kemudian, penulis melanjutkan dengan pertanyaan, “Apakah Anda
bersungguh-sungguh ingin mewujudkan Hari Kebebasan Finansial Anda?”
Secara keseluruhan, buku ini
lengkap sekali membahas dasar-dasar menuju kebebasan finansial. Mulai dari
alasannya, langkah-langkahnya, ilmu-ilmu yang harus kita cari, juga menyitir
ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw. yang menguatkan kita dalam
melangkah menuju hari bebas finansial.
Selain itu, buku ini juga
menuliskan kisah-kisah orang sukses dalam dunia finansial agar kita belajar
dari kesuksesan mereka. Tebak siapa tokoh pertama yang kisahnya dituliskan
dalam buku ini? Ya, Abdurrahman bin Auf r.a.. seorang pengusaha sukses, salah
satu Assabiqunal Awwalun, dan sudah dijamin Rasulullah saw. akan menjadi
penghuni surga. Inginkan kita seperti beliau?
Dari segi fisik buku, terjemahan
buku ini sangat nyaman dibaca, pembahasannya mudah dipahami, ada ilustrasi yang
membantu menjelaskan pemaparan penulis, ada kata-kata penting yang dicetak
tebal dan dibesarkan untuk menjadi pengingat, dan ada daftar pertanyaan untuk
dijawab dan direnungi.
Akhir kata, Aku Bukan Budak Gaji
adalah sebuah buku yang sangaaattt bagus dan sangat wajib dibaca oleh siapa
saja yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik dalam hidupnya. Buku
ini bisa menjadi gerbang pertama untuk mendalami lebih lanjut ilmu finansial.
Komentar
Posting Komentar