Penulis: Erlin Natawiria
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: Falcon Publishing
Tahun Terbit: Cetakan Pertama,
Desember 2016
Halaman: 226
ISBN: 978-602-60514-3-1
Miya, gadis berusia 27 tahun, tak
percaya melihat puing-puing reruntuhan rumahnya yang habis dibakar api. Selain
kehilangan tempat tinggal, Miya juga kehilangan Papa dan Mamanya. Padahal,
beberapa hari yang lalu ia baru saja bertengkar dengan Mama karena Miya selalu
sibuk bekerja dan jarang di rumah. Sekarang kedua orang tuanya telah pergi dan
Miya harus tinggal di rumah Amaya, kakak ibunya.
Rumah Amaya yang besar tidak
menjadikan kehidupan Miya lebih baik. Miya malah merasa tinggal di kamp militer
karena tidak terbiasa dengan peraturan dari Amaya yang sangat disiplin dan
keras. Seandainya ia punya lebih banyak uang, ia akan tinggal di indekos saja.
Masalahnya, ia juga dipecat dari kantornya setelah peristiwa kebakaran itu dan
semua barang-barang kebutuhannya untuk melamar kerja di tempat baru telah habis
dilalap api. Bagaimana Miya melanjutkan hidupnya?
My Review
Erlin Natawiria adalah salah satu
penulis yang saya kenal dari Storial.co. Waktu itu saya tak sengaja membaca The
Playlist dan penasaran dengan ceritanya (di Storial, The Playlist hanya bab
awal karena sudah diterbitkan menjadi buku). Saat berjalan-jalan di UI Islamic
Bookfair 2018 lalu, saya melihat Lara Miya dan tertarik untuk membelinya.
Seperti dugaan saya, saya
menyukai gaya bercerita Erlin Natawiria. Hampir setipe (bukan berarti persis)
dengan gaya penulis favorit saya, Windry Ramadhina. Dari awal cerita, saya
sudah dibuat terharu (walaupun belum sampai termehek-mehek) dengan kesedihan
Miya yang ditinggal orang tuanya.
Akan tetapi, saya tidak terlalu
suka karakter Miya. Menurut saya dia agak menyebalkan. Masa orang tua minta supaya
lebih sering di rumah saja dia tidak mau. Dan apa yang dia dapat? Dia malah
dipecat dari kantor tempatnya bekerja. Kalau kata orang, sih, kualat.
Erlin bisa menggambarkan
penyesalan Miya dengan baik. Tetapiii, tingkah Miya yang semaunya belum berhenti
sampai di situ. Saat tinggal bersama Amaya, Uak-nya, Miya susah diatur. Kalau
saya jadi Miya mungkin sedikit sebal juga sih diatur-atur seperti itu, apalagi
Amaya terlihat biasa saja padahal dia baru kehilangan adik kandung
satu-satunya.
Namun, ternyata Amaya memiliki
maksud yang baik kepada Miya. Hanya saja, caranya yang terlalu keras kepada
Miya, membuat Miya merasa seperti anak kecil yang disuruh-suruh ketimbang sebagai
perempuan dewasa.
Dibanding Miya, saya lebih suka
dengan karakter Amaya yang tegas, disiplin, dan memiliki kemauan kuat. Saya
juga suka dengan persahabatan Miya dan kawan-kawannya di agensi iklan, terutama
Melissa yang memanggil teman-temannya dengan nama makanan. Saya tidak tahu
mengapa Melissa memanggil Miya dengan julukan Cinnamon Roll, Nana dengan
sebutan Ramyeon, dan Arian dengan sebutan Bacang, tetapi lucu saja setiap kali
ada percakapan dari Melissa. Saya juga suka dengan karakter Raeka, anak buah
Amaya yang sangat loyal kepada dia dan nantinya akan bersinggungan dengan
konflik hidup Miya.
Alur cerita Lara Miya juga
menarik, dibuka dari kesedihan Miya ditinggal orang tuanya, setelah itu
kesedihan (dan kefrustasian) Miya karena dipecat kerja, lalu tinggal di rumah
Amaya, dan seterusnya yang membuat saya penasaran, kira-kira si Miya bakal
terus ngeselin sampai akhir atau enggak, Miya bakal berubah apa enggak. Selain
itu, masalah yang terjadi di Sokka Wedding Organizer milik Amaya juga cukup
membuat penasaran, walaupun saat di bagian penyelesaian rasanya seperti,
“Sudah, begini doang?”
Apakah ini novel romace? Ya, bisa
dibilang ini novel romance. Tetapi kadar romantisnya itu bukan yang memenuhi
seluruh cerita karena fokus utamanya kan pada kesedihan Miya. Kadar romantisnya
cukup dan itu malah membuat novel jadi novel yang manis.
By the way, saat lihat sampul
novel ini, saya penasaran mengapa gambarnya permen lollipop yang retak.
Ternyata lollipop adalah permen kesukaan Miya yang selalu dia makan terutama
saat sedang stress. Miya juga suka dengan ayam goreng tepung restoran siap saji
(entah restoran cepat saji yang mana) yang bikin saya ngiler ingin makan juga.
Saya berharap tahun ini
kesampaian baca The Playlist dan semoga Erlin terus menerbitkan novel-novel
baru yang lebih keren dari sebelumnya.
Series Blue Valley ini sudah lengkap saya beli awal bulan ini. Tapi entah kapan saya akan mulai membacanya.
BalasHapuswah, saya malah baru punya dua, Lara Miya dan Melankolia Nina. ditunggu reviewnya untuk buku yang belum saya punya, siapa tahu saya jadi tertarik beli judul lainnya :D
Hapus