Resensi Buku: Greenglass House

Penulis: Kate Milford
Alih Bahasa: Linda Boentaram
Editor: Cahyadi H. Prabowo
Penerbit: Metamind (Imprint Tiga Serangkai)
Tahun Terbit: Cetakan 1, 2015
Halaman: 418
ISBN: 978-602-72834-4-2


Musim dingin di Greenglass House. Penginapan reyot bagi para penyelundup itu biasanya sepi di musim seperti ini, dan Milo, anak adopsi si pemilik penginapan, berencana menghabiskan liburannya di sana untuk bersantai.

Namun, pada malam pertama liburannya yang dingin itu, tiba-tiba saja bel pengunjung berbunyi. Kemudia, bel itu berbunyi lagi. Dan lagi. Dengan cepat rumah Milo sesak dengan tamu-tamu yang aneh, menyimpan rahasia, dan setiap mereka menyembunyikan cerita yang aneh yang entah bagaimana berkaitan dengan penginapa tua itu.

Ketika beberapa barang mulai hilang dan keadaan mulai memanas, Milo dan Meddy, anak sang koki, harus menguak petunjuk dan menguraikan jaringan misteri yang makin mendalam tentang Greenglass House – dan tentang mereka sendiri.

My Review

Jujur saja, saat membaca bagian awal Greenglass House saya merasa sedikit bosan, yang membuat saya membaca dan menamatkan buku lain. Akan tetapi, karena merasa sayang jika tidak dibaca dan saya pun sebenarnya cukup penasaran dengan inti cerita novel tersebut, akhirnya saya kembali melanjutkan membaca dan setelah bagian pertengahan, barulah cerita menjadi semakin menarik.

Inti ceritanya adalah tentang sejarah dan rahasia Greenglass House, rumah yang ditempati Milo dan orangtua angkatnya. Meskipun tinggal di Greenglass House sejak bayi, Milo tak banyak tahu tentang sejarah Greenglass House yang erat kaitannya dengan seorang penyelundup terkenal, Doc Holystone. Dan orang-orang yang tiba-tiba datang ke penginapan Greenglass House saat musim dingin itu adalah orang-orang yang ingin mengejar atau mendapatkan sesuatu dari sejarah Greenglass House.

Untuk sebuah cerita anak-anak, teka-teki di buku ini cukup menarik. Ditambah dengan dongeng-dongeng dan permainan  yang dilakukan oleh Milo dan Meddy yang mengesankan sebuah rumah saja bisa menjadi tempat terjadinya petualangan yang hebat. 

Ada lima tamu yang datang ke Greenglass House, Mr. Vinge, Georgie, Clem, Mrs. Hereward, dan Dr. Gowervine. Awalnya, saya tidak terlalu hafal dengan kelima tamu tersebut, apalagi mereka muncul dalam jarak yang berdekatan. Akan tetapi, seiring berjalannya cerita dan setiap tokoh mulai muncul karakter masing-masing, saya jadi hafal dan bisa membayangkan mereka. Mereka berlima memiliki tujuan yang berbeda saat mendatangi Greenglass House, tetapi intinya sama, mencari tahu sejarah Greenglass House.

Saya suka dengan dongeng-dongeng yang tersebut di buku ini, baik dongeng yang dibaca Milo di buku yang diberikan Georgie maupun dongeng yang diceritakan para tamu saat mereka berkumpul pada malam hari, dan bagaimana semua dongeng-dongeng itu berkaitan dengan sejarah Greenglass House.

Bagian akhir, ya ampuuuun, saya tidak mengira kalau selama ini saya dibodohi begitu rupa oleh Meddy. Seharusnya saya sudah bisa memperkirakan sejak awal, ada beberapa keganjilan yang terjadi, tetapi saya tidak fokus dengan keganjilan itu dan lebih tertarik dengan sejarah Greenglass House seperti para tamu yang lain. Ternyata oh ternyata… pokoknya, plot twist! Tetapi bisa jadi tidak, jika kamu cukup pintar dan jeli sejak awal membaca cerita.

Greenglass House adalah sebuah cerita yang menarik, walaupun awalnya agak membosankan. Saya sedikit menyayangkan mengapa buku ini jadi buku obral, sama seperti The Night Gardener. Menurut pengamatan sederhana saya, buku-buku middle grade yang diterjemahkan kurang laku di Indonesia. Padahal, cerita-ceritanya cukup menarik dan kompleks. Entah karena buku-buku tersebut kebanyakan tebal dan tidak banyak gambar sehingga kurang menarik perhatian anak-anak di sini atau ada alasan lain.

Komentar