Resensi Buku: Ketika Mas Gagah Pergi


Penulis: Helvy Tiana Rosa
Penyunting: Tomi Satryatomo
Penerbit: Asma Nadia Publishing House
Tahun Terbit: Cetakan Ke-16, Desember 2015
Halaman: 258
ISBN: 978-602-96725-3-4


Bagi yang suka membaca novel islami pada era akhir 90an dan awal 2000an, pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Helvy Tiana Rosa. Kumpulan cerpennya yang berjudul Ketika Mas Gagah Pergi merupakan salah satu kumcer yang fenomenal pada masa itu. Saya termasuk yang beruntung pernah membacanya pada awal 2000an. Saat itu saya membaca kumcer Ketika Mas Gagah Pergi edisi kedua, ada tambahan novelet Gadis Bening.


Bertahun kemudian, saya tidak sengaja melihat buku berjudul Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali. Penulisnya masih Helvy Tiana Rosa, saya pun langsung membaca buku tersebut (entah itu buku punya siapa, saya membaca di mana, saya benar-benar lupa, yang jelas saya langsung mengambil buku tersebut dan membaca cerpen pertamanya).


Di dalam cerita Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali, ada tambahan cerita, yaitu Gita bertemu dengan lelaki misterius yang mengingatkannya dengan Mas Gagah. Gita sering sekali bertemu dengan lelaki itu tanpa tahu siapa dia sebenarnya. Aslinya, cerita tambahan ini adalah sebuah cerpen berjudul Lelaki Tak Bernama”.

Nah, di dalam kumcer Ketika Mas Gagah Pergi terbitan Asma Nadia Publishing House yang terbaru, dua cerita itu langsung dijadikan satu. Karena ini terbitan baru, tentu saja ada sedikit pengubahan dibanding versi pertamanya yang ditulis tahun 1992. Saya tidak bisa menunjukkan secara spesifik apa saja yang diubah, karena saya sendiri pun lupa versi awal 2000an seperti apa, tetapi rasa-rasanya membaca lagi cerpen Ketika Mas Gagah Pergi versi terbaru ini sangat berbeda dengan saat saya membacanya dulu.


Entah kenapa, saya merasa tidak terlalu ‘masuk’ ke dalam cerita tersebut. Bisa jadi karena sudah tahu alur dan endingnya seperti apa atau mungkin karena hal lain. Yang jelas, saya ingat, dulu ketika pertama kali membaca Ketika Mas Gagah Pergi, saya menangis ketika sampai di bagian akhir. Benar-benar merasa sesak dan …  ah, pokoknya sedih banget, deh.

((PARAGRAF INI MENGANDUNG SPOILER!))

Seingat saya, pada edisi 2000an, sebelum Mas Gagah ‘pergi’, dia mengikuti daurah di Bogor, lalu kecelakaan. Di versi terbaru, Mas Gagah ‘terjebak’ dalam kerumunan massa yang beringas ingin menghancurkan rumah ibadah.  Akan tetapi, bagian di rumah sakitnya tetap sama. Bagian Gita mengenang Mas Gagah juga masih sama.

“Mas Gagah, Gita akhwat bukan, sih?”

Duh, percakapan itu dulu bikin hati nyesss banget. Apa karena dulu saya baca cerpen itu saat masih SD dan masih punya Big Brother Complex yang bikin saya kepengin punya kakak laki-laki? Jadi, pas bagian Mas Gagah ‘pergi’ tuh rasanya beneran seperti kakak kandung sendiri yang pergi. 

Atau mungkin karena dulu saya sedang suka-sukanya membaca novel atau kumcer islami dengan tipikal seperti ini? (dulu saat era FLP berjaya, nuansa dan ‘warna’ karya-karya yang terbit mirip-mirip, sebelum Ayat-Ayat Cinta menginvansi dan membelokkan trend novel islami).

Review ini sepertinya kebanyakan curhat, yah? Hahaha, maklumlah, kalau buku nostalgia memang seperti itu. 

((END of SPOILER))

Omong-omong, saya juga menyadari kalau 13 cerpen lain di buku ini tidak semuanya berasal dari kumcer KMGP edisi lama. Beberapa diambil dari buku kumcer Helvy Tiana Rosa yang lain. Saya tahu karena saya punya dan pernah baca kumcer Helvy Tiana Rosa yang lain itu, hehehe. Mungkin dipilih berdasarkan cerita yang masih cukup relevan dengan era 2010an. 

Berikut daftar cerpen di dalam buku Ketika Mas Gagah Pergi edisi terbaru.

  1. Ketika Mas Gagah Pergi
  2. Selamanya Cinta
  3. Jalinan Kasih dari Gerbong Kereta Api
  4. Diary Adelia di Salsabila
  5. Rapsodi September
  6. Lelaki Berhati Cahaya
  7. Diary Saliha
  8. Titian Pelangi
  9. Selagi Ada Kesempatan
  10. Mami
  11. Pattimura
  12. Antara Yudi dan Tia
  13. Jilbab Pendekar
  14. Ketika Cinta Menemukanmu
Dulu, cerpen favorit saya selain Ketika Mas Gagah Pergi adalah Lelaki Berhati Cahaya dan Antara Yudi dan Tia. Cerpen ‘Antara Yudi dan Tia’ aslinya bukan dari kumcer KMGP edisi lama, tetapi dari buku kumcer ‘Titian Pelangi’ yang ceritanya juga dimasukkan ke dalam edisi ini.

Kumcer Helvy Tiana Rosa kental dengan ‘dunia’ UI, Depok, dan Jakarta. Kebanyakan cerpen HTR mengambil tokohnya mahasiswa UI. Mas Gagah anak UI, Gita juga akhirnya kuliah di UI. Yudi dan Tia kuliah di UI. Mungkinkah karena penulisnya dulu mahasiswa UI?

Well, after all, Ketika Mas Gagah Pergi adalah kumcer yang memiliki tempat tersendiri di hati saya dan mungkin banyak orang lainnya. (Halooo, generasi awal pembaca KMGP!) Walaupun saya kurang suka dengan cover movie yang dipakai di buku ini, tetapi Ketika Mas Gagah Pergi adalah kumcer yang sangat layak dibaca setidaknya satu kali seumur hidup. 

Saya belum menonton filmnya. Hamas Syahid Izuddin cukup cocok memerankan tokoh Mas Gagah, tetapi tetap saja berbeda dengan bayangan Mas Gagah milik saya, jadi… saya belum berniat menggantinya dengan sosok beliau, hehehe.

Kumcer Ketika Mas Gagah edisi pertama
 

Komentar