Penulis:
Primadonna Angela
Ilustrator:
Yulianto Qin
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit: 2014
Halaman:
288
ISBN:
978-602-03-1027-5
“Tiap bunga punya makna tersendiri. Tiap bunga
beresonansi dengan emosi dan harapan yang ada di dalam hati. Ketika Ran membuka
Hanakotoba –bahasa bunga- untuk mengobati patah hati, seiring berlalunya hari,
tak diduganya orang lain merangkai kisah warna-warni dengan puspa yang dipajang
di tokonya.
Beberapa jiwa yang bersentuhan dengan bunga,
mendapati mereka telah diubah sepenuhnya. Demikianlah yang terjadi dalam
berbagai cerita pendek dalam Hanakotoba.”
My Review
Awalnya
nggak berniat sama sekali membeli buku ini. Dia muncul begitu saja di hadapan
mata saat saya melihat-lihat Gramedia Fair di CCM. Di antara jejeran buku-buku,
ada beberapa Hanakotoba yang salah satunya sudah lepas segel plastiknya. Saya
mengambil karena penasaran saja, tanpa ada niat untuk membeli.
Saya
membuka halaman secara asal dan menemukan kata ‘Hakim’ sebagai nama salah satu
tokoh di dalamnya. Karena alasan sentimental, saya pun melihat-lihat buku
tersebut dengan lebih teliti. Barulah saya sadar kalau Hanakotoba adalah kumcer
yang mengangkat tema bahasa bunga.
Setiap
judul di kumcer ini memakai nama bunga dengan bahasa Jepang plus huruf
kanjinya, bahkan bagian pengantar penulis dan ucapan terima kasih juga memakai
nama bunga. Setiap cerpen dilengkapi satu ilustrasi dan puisi singkat yang
menggambarkan garis besar isi cerpen tersebut.
Cerita
pertama dibuka oleh Ran, si pemilik toko bunga, dan sedikit penjelasan tentang
mengapa ia membuka Hanakotoba. Ran merasa memiliki kemampuan bangsa peri yang bisa
mengetahui perasaan atau apa yang sedang dialami seseorang lewat bunga yang
dipilih atau menarik perhatian orang tersebut. Ran percaya, kehadiran bunga dan
bahasa yang dibawanya dapat membantu kita melewati berbagai masalah.
Saat
membaca cerpen pertama dan kedua, saya sempat lupa kalau buku ini memajang logo
teenlit karena bercerita tentang seorang ibu yang mengadu suaminya berselingkuh
dan kakek penggerutu yang menyesalkan keputusan anaknya. Keduanya –tentu saja-
‘terbantu’ dengan kehadiran bunga-bunga di Hanakotoba.
Cerita
ketiga dan seterusnya tidak lagi diceritakan dari sudut pandang Ran sebagai
pemilik toko, melainkan sudut pandang orang ketiga serba tahu dan mengangkat
tema-tema yang dekat dengan kehidupan remaja, yaitu persahabatan, cinta, dan
hubungan dengan orang tua.
Karena
untuk remaja dan dalam bentuk cerpen, permasalahan yang diangkat di tiap cerita
juga bukan masalah yang ruwet sehingga butuh banyak halaman untuk penjelasan,
melainkan cerita-cerita sederhana yang tetap mengandung pesan yang bagus untuk
pembaca.
Dulu saat
remaja, saya tidak tertarik dengan novel atau kumcer teenlit karena mengira
ceritanya menye-menye, pasti nggak jauh-jauh dari pacar-pacaran, suka-sukaan,
naksir-naksiran. Akan tetapi, setelah saya membaca kumcer ini pada usia yang
bukan remaja lagi, ternyata isinya nggak melulu menye-menye, kok.
Saya malah
suka dengan berbagai masalah yang diangkat Primadonna Angela dalam
cerpen-cerpennya karena dekat banget dengan kehidupan sehari-hari. Dan setiap
cerita akan selalu bersinggungan dengan Hanakotoba. Memang tidak semua tokoh di
cerpen-cerpen itu diceritakan bertemu Ran, ada juga yang hanya diceritakan
kalau ia mampir dan akhirnya membeli bunga di Hanakotoba, tetapi setiap cerita
akan bersinggunga dengan bunga.
Ada
beberapa cerita yang jadi favorit saya, yang benar-benar sangat saya sukai,
dari keseluruhan cerpen di dalam buku ini yang hampir semuanya saya sukai.
Pertama, Sakuraso atau bunga primrose. Bercerita
tentang gadis yang jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan cowok yang salah.
Cowok yang dipacarinya memang kaya dan selalu membanjirinya dengan hadiah
mahal, tetapi segala keinginannya harus dipenuhi.
Si perempuan
nggak suka dan ingin putus, si pacar nggak mau dan mengancam akan menyebarkan
fitnah jika si perempuan berani putus dengannya. Akhirnya mereka membuat
kesepakatan, kalau si perempuan bisa datang dengan pacar baru yang lebih keren
dan lebih kaya dari si cowok, mereka boleh putus dan si cowok nggak akan sebar
fitnah. Kalau tidak, yang terjadi sebaliknya. Berhasilkah si perempuan? Apa
hubungannya dengan bunga primrose?
Saya suka
cerita ini karena berhasil bikin saya ikutan kalang kabut memikirkan apakah si
perempuan berhasil mendapat cowok yang lebih keren untuk –setidaknya- mau
berpura-pura sebagai pacarnya.
Kedua, Kiiro bara atau bunga mawar kuning. Ini
cerita tentang sahabat yang bersikap tidak seperti
sahabat. Jenna dan Jenni.
Jenni selalu menganggap Jenna adalah sahabat terbaiknya. Namun, itu berubah
saat Jenna membawa Wening saat Jenni mengajak Jenna bertemu dengan pacarnya,
Gunawan.
Satu
sekolah tahu tabiat Wening yang suka ‘mencuri’ pacar orang. Bahkan, para cewek
terpaksa menyembunyikan identitas dan keberadaan pacar mereka karena takut
‘diambil’ Wening. Jenni pun begitu. Awalnya, ia tidak memberi tahu siapa-siapa
tentang Gunawan, lalu dia bercerita kepada Jenna. Jenni tidak menyangka Jenna
malah membawa Wening. Mau tak mau Jenni pasrah kalau-kalau Gunawan berpaling
darinya.
Saya suka
cerita ini karena, yah, orang-orang rese seperti Jenna dan Wening memang ada di
kehidupan nyata dan kita memang harus berhati-hati dengan orang seperti itu.
Bukan hanya tentang orang yang suka merebut pacar orang, ya, tetapi orang-orang
yang memang nggak suka melihat orang lagi bahagia dan orang yang nggak bisa
dipercaya.
Ketiga, dan
ini yang paliiing favorit dari yang paling favorit, Tenjikubotan alias Dahlia.
Nama tokoh
utamanya Dahlia, seorang gadis SMA yang cantik dan mampu ‘mengubah’ cowok-cowok
biasa jadi keren dan luar biasa setelah berpacaran dengannya. Cowok-cowok biasa
yang hanya dipandang sebelah mata dan nggak pernah jadi incaran cewek, akan
terlihat keren dan membanggakan untuk jadi seorang pacar setelah berstatus
mantan Dahlia. Bahkan, para cewek malah bangga jika berhasil pacaran dengan
mantan Dahlia.
Sementara
itu, Dahlia memang senang mencari ‘mangsa’ baru untuk dia poles. Hubungan yang
dia jalin paling-paling hanya bertahan beberapa bulan, tiga bulan paling lama.
Setelah itu, Dahlia dengan senang hati mencari yang baru. Kenanga, sahabatnya
sampai hafal dan telah terbiasa dengan tabiat Dahlia.
Namun, kali
ini tampaknya lain. Dahlia sepertinya benar-benar tertarik dengan Tito yang benar-benar
tidak punya kelebihan apa-apa. Biasanya cowok incaran Dahlia memang tampak
biasa saja, tetapi ternyata menyimpan ‘potensi’ besar dalam dirinya. Jago
basket lah, bisa main biola lah, apa pun itu, yang jelas Tito sepertinya nggak
punya potensi apa-apa selain doyan makan. Apa Dahlia tidak salah ‘melihat’
Tito? Atau memang Kenanga yang tidak bisa melihat potensi Tito seperti Dahlia?
Saya suka
cerita ini karena manis. Manisnya gimana? Yah, pokoknya atmosfer ceritanya tuh
menyenangkan dan membahagiakan. Jadi, rasanya senang setelah membaca cerpen
ini. Dan pesan yang saya tangkap dari penulis juga manis bahwa kebaikan hati adalah
segalanya.
Bagaimana
cerpen dengan tokoh bernama Hakim yang membuat saya membeli Hanakotoba?
Hakim dan
Tania ada di cerpen berjudul Tsubaki
atau bunga camellia merah. Bercerita tentang Tania yang tergila-gila pada Hakim
karena penampilan Hakim yang keren banget, tetapi penampilan bisa menipu. Saat
akhirnya mengenal Hakim, Tania malah ingin lari darinya.
Yah,
walaupun agak kecewa karena Hakim di sini tidak sekeren Hakim dalam bayangan
saya (sepertinya saya salah kira juga seperti Tania), tetapi cerita ini punya
pesan yang benar-benar bagus. Jangan mudah tertipu dengan penampilan luar.
Cerita terakhir
ditutup dengan kisah Ran lagi, tetapi dari sudut pandang Hikage. Ran sendiri
berarti bunga anggrek dalam bahasa Jepang. Bahasa apa yang dibawa oleh bunga
anggrek? Temukan sendiri dalam Hanakotoba.
Saya
benar-benar merasa beruntung karena telah menemukan dan membawa pulang kumcer
Hanakotoba. Kalau memang ada Hanakotoba di dunia nyata, saya akan singgah dan
mengobrol dengan Ran, mencari tahu pendapatnya apa bunga yang cocok untuk saya.
Saya juga mengedit kutipan-kutipan yang saya suka dari kumcer Hanakotoba dengan gambar gratis dari Unsplash.com
“Jatuh cinta harusnya tidak mengguncang semesta. Dunia tidak perlu tahu bahwa perasaanmu sedang berbunga-bunga, rindu membuncah menggelora sehingga membuatmu merasa melihat dirinya di manapun, karena jujur salah, orang yang sedang jatuh cinta bisa jadi begitu memuakkan. Membicarakan dia, dia, dan dia. Mendiskusikan filosofi cinta dan berperilaku seolah lebih hebat daripada yang lainnya, lebih unggul, karena sedang jatuh cinta.”
“Jatuh cinta bisa membuatmu memperhatikan detail yang sebelumnya luput dari pengamatanmu. Hal-hal kecil saja, menjadi begitu memikat. Seolah sosoknya adalah misteri yang membuatmu selalu ingin tahu, apa lagi yang ada di dalam benaknya? Hatinya? Apa suatu hari nanti bisa masuk ke dalam hidupnya?”
Komentar
Posting Komentar