Resensi Buku: Kedai Bianglala

Penulis: Anggun Prameswari
Penyunting: Anin Patrajuangga
Penerbit: Grasindo
Tahun Terbit: 2014
Halaman: 178
ISBN: 978-602-251-364-3



“Kunamai ini Kedai Bianglala, karena buku ini semacam kedai yang menyajikan beragam cerita roman pop, yang warna-warninya mirip bianglala, penuh rasa dan rona.”

Saya baru pertama kali membaca karya Anggun Prameswari walaupun sudah sering mendengar namanya dan karya-karyanya beberapa kali diulas oleh para blogger buku. Baru selesai cerpen pertama saja, saya langsung suka dan berniat membaca semua cerpen di dalamnya.

Seperti yang disebut oleh penulis, cerita-cerita di dalam kumcer ini beragam rasanya, tetapi menurut saya, kebanyakan isinya miris dan tragis. Cerpen-cerpen di dalamnya juga tidak semua tentang cinta kepada lawan jenis, ada kepada orang tua dan anak.

Cerita yang paling mengenaskan bagi saya adalah Lara Hati Lara dan Cincin Kawin untuk Arin. Kalau yang cukup manis ada Dewi Sri dan Tanah Kenangan. Sedangkan yang paling saya suka adalah Merindu Hujan dan (Bukan) Cerita Romantis di Kota yang (Tidak) Romantis.

Saya paling suka dengan diksi-diksi yang digunakan penulis, begitu indah dan pas untuk cerpen. Bikin saya kangen menulis cerpen. Tema yang diangkat sederhana dan mungkin sering terjadi di keseharian kita, tetapi penulis menyajikannya dengan cara yang indah.

Cerpen-cerpen di sini bukan cerpen koran, jadi jangan harap mengangkat tema yang berat dengan bahasa dan kiasan yang abstrak atau filosofis. Beberapa cerpen di buku ini pernah terbit di majalah wanita, jadi bahasa dan bahasannya nggak ribet dan nggak mengawang-awang, tetapi pesan moralnya tetap dapat. Tentang selingkuh dalam pernikahan, tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, tentang cinta yang tidak berlanjut ke pelaminan, tentang pernikahan tanpa cinta, tentang pernikahan yang berakhir, dan hal-hal semacam itu.

Bagaimana dengan cerpen Kedai Bianglala yang menjadi judul untuk kumcer ini? Kedai Bianglala bercerita tentang kenangan seorang anak perempuan dengan ayahnya di sebuah kedai es krim zaman dulu yang bernama Kedai Bianglala. Cerita yang cukup manis, meskipun bukan yang penuh kebahagiaan atau membuat kita berbunga-bunga.

Bagi yang menyukai kisah-kisah cinta yang menyentuh, cocok banget baca kumcer ini. Juga bagi yang suka membaca cerpen bernuansa kehidupan urban masa sekarang. Saya mungkin tidak terlalu pandai mengulas kumcer Kedai Bianglala, tetapi yakinlah kumcer ini sangat layak untuk dibaca.

Berikut isi cerita Kedai Bianglala:

1.       Dosa-Dosa yang Manis
2.       Merindu Hujan
3.       Dongeng Cinta Dua Wanita
4.       KM 40
5.       Cinta Tertinggal di Bangku Panjang
6.       Mengecup Engkau
7.       Perempuan Setengah Mati
8.       Kenangan Kembang Sepatu
9.       Dewi Sri dan Tanah Kenangan
10.   (Bukan) Cerita Romantis di Kota yang (Tidak) Romantis
11.   Sepasang Mata Kenangan
12.   Kedai Bianglala
13.   Akad Nikah
14.   Kupu Menari di Pagi Hari
15.   Lara Hati Lara
16.   Cincin Kawin untuk Arin
17.   Karma
18.   Giwang
19.   Laron dan Kunang-Kunang
20.   Wanita Bergaun Merah

Komentar