Resensi Buku: The Legend of Sleepy Hollow & Other Horror Stories

Penulis: Washington Irving, dkk.
Penerjemah: Mariana Renata dan Berliani M. Nugrahani
Penyunting: Dyah Agustine
Penerbit: Qanita
Tahun Terbit: Cetakan 1, November 2015
Halaman: 316
ISBN: 978-602-1637-93-7


Ichabod Crane, pemuda miskin yang bekerja sebagai guru di desa terpencil Sleepy Hollow, berniat meminang gadis tercantik dan terkaya di desa, Katrina van Tassel. Penduduk desa memperingatkan Ichabod tentang hantu Penunggang Kuda Tanpa Kepala yang merajai Sleepy Hollow, namun Ichabod tidak gentar. Suatu malam, sepulangnya dari pesta di rumah Katrina, Ichabod menyaksikan sendiri penampakan sosok mengerikan itu. Dia sedang berusaha meloloskan diri dari kejaran sosok itu ketika sesuatu dilemparkan ke arahnya. Sebuah kepala yang terpenggal….

My Review

Sebenarnya saya bukan orang yang tertarik apalagi menyukai kisah-kisah horror. Akan tetapi, karena embel-embel klasik, saya penasaran, seperti apa, sih, kisah horror klasik itu? Yang jelas, pasti tidak akan kisah tentang pocong, kuntilanak, genderuwo, dan sebagainya, kan? Karena hal itulah, saya memberanikan diri membeli dan membaca buku ini.

Well, pertama kali membaca nama tokoh utamanya, saya hampir tertawa. Lucu banget nggak, sih? Ichabod. Saya tidak tahu bagaimana melafalkan nama tersebut secara benar, jadi saya membacanya seperti pelafalan orang Indonesia, I-CA-BOD. 

Seperti halnya kisah-kisah klasik yang pernah saya baca, penggambaran kehidupan Ichabod dan tempat tinggalnya diceritakan cukup panjang dan lengkap. Adegan ketemu hantu tanpa kepala-nya itu sudah menjelang akhir cerita dan setelah dibaca rasanya nggak seram-seram amat. Apalagi setelah menamatkan cerita ini, saya berkesimpulan kalau hantu tanpa kepala itu hanya bikinan rival Ichabod agar Ichabod tidak berhasil mendapatkan Katrina van Tassel. Kira-kira seperti itulah.

Selain kisah Hantu tanpa Kepala di Sleepy Hollow, masih ada beberapa cerita horror lainnya dalam buku ini. Saya akan membahasnya secara singkat satu per satu.

The Fall of the House of Usher, Edgar Allan Poe: 

Ini bikin merinding. Menurut saya dari sekian cerita horror di buku ini, ini yang seram, sih. Tentang seorang teman dari anggota keluarga Usher yang melihat kehancuran rumah keluarga Usher perlahan-lahan. Yang bikin bulu kuduk meremang adalah saat menggambarkan kondisi adik perempuan dari keluarga Usher tersebut.

Rappaccini’s Daughter, Nathaniel Hawthorne: 

Ini termasuk kisah yang seram juga, tetapi bukan karena sosok hantu, melainkan sosok Rappaccini sendiri yang misterius sekaligus menakutkan dan menggunakan putrinya dan kebun bunganya untuk mencapai tujuannya. 

The Castle of Amontillado, Edgar Allan Poe: 

Tentang dua orang kakek-kakek di tempat penyimpanan anggur. Ini juga bukan tentang hantu, mirip dengan yang punya Hawthorne dari sisi kejahatan manusia.

The Turn of the Screw, Henry James:

Ini cerita yang paling panjang, paling nggak jelas, dan berakhir dengan DNF karena saya benar-benar nggak minat menamatkan cerita ini. Bisa dibilang setengah sisa buku adalah untuk cerita ini yang dibagi ke dalam beberapa babak atau bagian. 

The Turn of the Screw bercerita tentang seorang guru perempuan yang datang untuk mengasuh kakak beradik laki-laki dan perempuan, tetapi kakak beradik itu berkelakuan aneh seperti dihantui sesuatu, terus pengasuh mereka sebelumnya juga aneh kelakukannya. Jujur, saya tidak mengerti dengan cerita ini dan bagi saya alurnya terlalu bertele-tele. 

Sayang sekali sebenarnya. Jika saja cerita The Turn of the Screw diganti dengan cerita lain, yang semodel Rappaccini’s Daughter atau The Fall of the House of Usher, yang ceritanya tidak terlalu panjang dan bahasanya tidak terlalu bertele-tele, mungkin saya akan sangat menyukai buku kumpulan kisah horror abad 18 ini.

Baiklah, sebelum menutup resensi ini, saya akan mengutip salah satu paragraph yang menarik dari cerita The Legend of Sleepy Hollow.

“Aku mengaku tidak tahu banyak tentang bagaimana hati wanita bisa dipikat dan direbut. Bagiku hati wanita selalu menjadi teka-teki dan sumber kekaguman. Sebagian di antaranya, sepertinya hanya memiliki satu titik lemah atau pintu masuk; sementara sebagian lainnya memiliki seribu jalan dan dapat diraih dengan seribu cara. Untuk menaklukkan jenis yang pertama, diperlukan keahlian luar biasa, tetapi sifat kepemimpinan yang lebih besar dibutuhkan untuk merebut jenis yang kedua, karena seorang pria harus mempertahankan bentengnya di setiap pintu dan jendela.”

Untuk para wanita, benar nggak, nih perkataan Ichabod yang membagi dua tipe wanita berdasarkan cara hatinya direbut? Dan kamu masuk jenis yang pertama atau yang kedua?



Kalau saya…. yang kedua sepertinya, hahaha.

Komentar