Resensi Buku: Ahmad dan Domba Kecilnya

Penulis: Wikan Satriati
Editor: Andriyati
Ilustrator: Eorg
Penerbit: Republika
Tahun Terbit: Cetakan 1, September 2016
Halaman: 52



Nabi Muhammad saw. memberikan teladan kejujuran dan kesederhanaan hidup yang mengagumkan. Kisah-kisah dalam buku ini menceritakan keteladanan tersebut. sebagian melalui tokoh-tokoh manusia biasa. Sebab, tindakan luar biasa yang dilakukan Nabi bukanlah sesuatu yang tak terjangkau, melainkan bisa dialkukan oleh siapa pun, termasuk anak-anak. Alangkah indahnya jika keteladanan itu bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

My Review

Buku terakhir yang saya baca dari Seri Belajar Islam dengan Cara Menyenangkan karya Wikan Satriati. Buku ini diterbitkan untuk Indonesia Membumi, yakni sebuah inisiatif dari KPK dan Ikapi dalam memberantas korupsi melalui literasi. Buku-buku yang diterbitkan untuk Indonesia Membumi mengangkat tema-tema budi pekerti yang baik yang antikorupsi.

Buku Ahmad dan Domba Kecilnya fokus kepada tema kejujuran dan kesederhanaan. Cerita-cerita yang ada di dalam buku ini membawa pesan dua tema tersebut.

Dari segi cerita, masih berasa ‘nyastra’, masih indah, masih menghangatkan hati, seperti dua buku sebelumnya. Dalam catatan penulis, penulis menyampaikan kisah-kisah di dalam buku ini terinspirasi dari kepribadian mulia Nabi Muhammad saw.. beberapa cerita memang berkenaan langsung dengan kisah Nabi Muhammad saw., tetapi beberapa cerita lain adalah cerita fiksi yang terinspirasi dari kisah Nabi Muhammad saw..

Masih seperti dua buku lainnya juga, di buku yang terinspirasi dari akhlak mulia Nabi Muhammad saw., jarang sekali nama Nabi Muhammad disebut secara langsung, melainkan lebih ke julukan atau rujukan. 

Misal, di dalam kisah Di Bawah Cahaya Bulan Purnama, disebut sang Kakak suka bercerita tentang ‘bocah yatim piatu yang ikut pamannya berdagang di negeri-negeri padang pasir’. Di kisah selanjutnya, Perniagaan Terindah, hanya menyebut si kemenakan dan pamannya. Namun, jika kita sudah mengenal Nabi Muhammad saw. dan kisah hidupnya, kita tentu tahu siapa yang dimaksud si kemenakan dan si bocah yatim piatu dalam dua cerita tersebut.

Cerita yang paling saya suka di buku ini adalah kisah Si Gembul. Tentang anak gembul yang doyan sekali makan tetapi harus melaksankan ibadah puasa. Lucu ceritanya, pesannya sangat bagus untuk anak. 

Sekali lagi, cerita-cerita dalam buku indah dan penuh makna. Akan tetapi, lebih baik jika orangtua membaca dulu cerita-cerita tersebut lalu didongengkan kepada anak. Orangtua bisa menjelaskan di akhir cerita, kalau ‘si bocah yatim piatu’, ‘si kemenakan’, ‘Sang Pemimpin’, yang disebutkan dalam cerita-cerita di buku ini adalah orang yang sama, yang memiliki kepribadian mulia, Nabi Muhammad saw..

Komentar