Novel yang Mengangkat Tema Kesehatan Mental Seorang Ibu

Masih hangat di pemberitaan tentang seorang ibu yang tega mengg*r*k ketiga anaknya. Entah karena depresi, bisikan gaib, atau alasan lain, alasan sebenarnya masih simpang siur dan yang paling tahu hanya Tuhan dan ibu tersebut. 

Bukan membenarkan tindakannya. Akan tetapi, kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya dialami oleh orang lain. Apa yang dia rasakan, apa yang dia pikirkan, dan kita juga tidak bisa menyamaratakan kekuatan mental dan fisik karena setiap orang itu berbeda. 

Salah satu alat yang bisa membantu mengasah kepekaan kita terhadap kesehatan mental adalah dengan membaca buku yang mengangkat tema tersebut. 

Beberapa buku di bawah ini, menurut saya cukup bagus menggambarkan kondisi mental seorang ibu. 

1. Silsilah Duka, Dwi Ratih Ramadhany

Cerita dibuka dengan adegan yang tragis. Seorang ibu nekat bunuh diri dengan minum tinta untuk membatik karena tidak tahan dengan tekanan dari ibu mertuanya. 

Silsilah Duka adalah novel yang kompleks dan padat dengan isu berat. Tetapi, tetap mampu membuat pembacanya simpati kepada para tokoh cerita dan terus membaca lembar demi lembar sampai habis. 

Seperti judulnya, inti cerita ini adalah tentang kedukaan yang dirasakan oleh perempuan, yang terjadi turun-temurun bagai lingkaran setan. 

2. Hush Little Baby, Anggun Prameswari


Logo di sampul novelnya memang urban thriller, tetapi buku ini berhasil menggambarkan seperti apa rasanya menjadi seorang ibu yang tak siap menjadi ibu karena tidak pernah diasuh oleh ibunya. 

Ruby baru saja melahirkan seorang anak perempuan yang lucu, Gendhis. Tetapi, ia tidak mau mengurusnya, tidak mau menggendongnya, tidak mau menyusuinya. Ibu mertuanya yang dominan, turun tangan mengasuh Gendhis dan terus menganggap Ruby tidak becus menjadi ibu. 

Novel ini mengandung plot twist yang cukup mengagetkan. Perempuan-perempuan di cerita ini, memiliki masalah pelik mereka masing-masing. 

3. Rumah Lebah, Ruwi Meita


Tokoh utamanya seolah-olah Mala. Seorang gadis kecil berumur 6 tahun yang punya berbagai teman tak kasat mata. Mala sering menceritakan 'teman-temannya' itu kepada ibunya, Nawai. Tentu saja, Nawai khawatir dengan keadaan Mala. 

Awalnya, Nawai berpikir kalau semua cerita Mala hanya khayalan anak kecil semata. Tetapi, ketika terjadi hal-hal yang menunjukkan kalau orang-orang yang diceritakan Mala itu benar-benar ada, Nawai mulai ketakutan. Apakah Mala melihat hantu? Apakah Mala anak indigo? 

Tokoh utamanya sebenarnya Nawai. Si ibu rumah tangga yang sering linglung dan sering didera kantuk luar biasa sehingga tak ingat apa-apa. Dia si pemilik rumah lebah. 

Itulah ketiga novel yang isinya juga mengangkat tentang kondisi kesehatan mental seorang ibu. Semoga semakin banyak buku-buku yang mengangkat isu kesehatan mental (dan banyak juga yang baca) agar kita semakin peduli dan perhatian dengan sesama. 





Komentar