Resensi Buku: Ronya Anak Penyamun

Judul: Ronya Anak Penyamun

Judul Asli: Ronja Raubertochter

Penulis: Astrid Lindgren

Ilustrasi: Ilon Wikland

Alih Bahasa: Agus Setiadi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Jakarta, November 1992

Halaman: 288


Back to almost 3 years ago, aku menemukan buku ini secara nggak sengaja di lapak buku bekas di Pasar Kenari, Jakarta. Kangen sih pengen ke sana lagi, moga bisa secepatnya bisa berburu buku jadul lagi.

Aku mau baca buku ini kok rasanya males banget. Cuma seneng pas memilikinya aja. Tapi akhirnya aku coba paksain baca juga.

Jadi, cerita Ronya ini mirip Romeo Juliet versi anak-anak. Diceritakan di sebuah hutan belantara, tinggal dua kelompok penyamun Borka dan kelompok penyamun Mattis.

Kelompok Mattis memiliki seorang anak perempuan bernama Ronya dan kelompok Borka memiliki anak laki-laki bernama Birk. Mereka berdua sebaya, tapi saling tidak mengetahui keberadaan masing-masing karena hanya tinggal di ruangan mereka saja selama masih kecil.

Ronya pertama kali ke hutan

Barulah setelah Ronya berumur sepuluh tahunan, ia diizinkan ayahnya berjalan-jalan di hutan sendiri. Tentu saja Ronya sudah diwanti-wanti agar tidak tersesat atau tertangkap makhluk gelap yg juga tinggal di hutan. Grymklo liar, wiktagerodak, gnoma kelabu, tuyul gelap, dan jangan lupa musuh mereka dari sesama kalangan penyamun yaitu kelompok penyamun Mattis.

Namun, ternyata Ronya malah bertemu dengan Birk. Karena tidak ada teman sepantaran, Ronya senang sekali bisa berkenalan dengan Birk. Mereka bertemu di hutan diam-diam tanpa memberi tahu kedua orang tua mereka yang berseteru.

Seperti yang kubilang, cerita Ronya dan Birk ini mirip Romeo-Juliet versi anak-anak, tapi tanpa adegan pura-pura mati. Yang ada, mereka berdua sama-sama kabur ke Gua Beruang untuk hidup bersama menikmati musim semi dan musim panas yang cerah di hutan.

Lucu sih, baca cerita ini, di zaman ini. Dari versi terjemahan, ada bahasa-bahasa yang nggak mungkin banget akan muncul di buku anak zaman sekarang, seperti goblok, dungu, dan kata-kata yang sekarang dianggap kasar. 

Hal lain yang menarik adalah tentang kehidupan para penyamun di hutan.  Sekelompok orang yang mencuri barang bawaan kafilah yang lewat. Kalau sekarang mungkin mirip-mirip begal kali ya.

Kelompok penyamun Borka & Mattis ini berseteru tentu saja karena memperebutkan hasil jarahan, ya. Tapi akhirnya mereka bersatu karena sama-sama dikejar tentara Wali Negeri. Mungkin seperti polisi kalau zaman sekarang.

Kupikir-pikir, meskipun ini cerita anak dan kisahnya juga lebih banyak tentang kegiatan Ronya dan Birk di hutan, tetapi dengan segala tetek bengek per-penyamun-an dan kata-kata zaman dulu yang sudah nggak relevan dengan zaman sekarang, aku nggak yakin apakah buku ini bakal dicetak ulang oleh penerbitnya.

Tuyul gelap yang berkeliaran di hutan ketika malam.




Komentar