Judul: The Secret of a Heart Note
Penulis: Stacey Lee
Penerjemah: Sugmund Sorge
Penerbit: Spring
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, September 2018
Halaman: 348
The Secret of a Heart Note memiliki tema yg sangat menarik & jarang ditemukan. Saya teringat dgn Ibu Suri Dewi Lestari yg pernah bilang kalau novel dgn tema utama indra penciuman itu masih jarang.
Di sini, tokoh utamanya, Mimosa, memiliki kemampuan mencium yg tidak dimiliki oleh orang biasa. Bukan hanya mencium bau, tetapi juga perasaan.
Mimosa bisa mencium seperti apa bau rasa marah, bau rasa kecewa, jatuh cinta, berharap, dan lain-lain. Kemampuan itu berasal turun-menurun dari nenek moyangnya yg berprofesi sebagai aromateur. Aromateur bekerja menggunakan berbagai macam tumbuhan lalu membuat eliksir untuk 'membantu' orang-orang yang membutuhkan.
Masalah dimulai saat Mimosa disuruh ibunya menuangkan eliksir milik Mr. Frederics utk Ms. Di Carlo. Ia malah menuangkan eliksir tersebut ke gelas kopi Ms. Sawyer, yg mana itu adalah ibu dr Court Sawyer, cowok keren yg diam-diam disukai Mimosa. Padahal, sebagai aromateur, Mimosa dilarang jatuh cinta atau ia akan kehilangan kemampuan mencium seperti yg terjadi kepada bibinya, Bryony.
Dari satu masalah ke masalah lain. Mimosa berusaha membereskannya selagi mempertanyakan jati dirinya sebagai keturunan aromateur dan hubungannya yg cukup pelik dgn ibunya.
Well, dari tema dan premis sebenarnya cukup menarik. Tapi, entah kenapa, saya merasa alur cerita di buku ini berjalan lambat, dan ... sorry to say, kentang alias kena tanggung.
Kenapa ya? Saya juga bingung, sih. Mungkin karena konflik-konflik di sekitar Mimosa itu seolah berlomba-lomba minta perhatian, sehingga nggak ada yg bener-bener stand out, yang membuat saya sampai peduli banget gitu. Malah sebenernya saya cukup suka bagian Mimosa dgn bibinya. Tapi ya, segitu aja di cerita.
Untuk masalah-masalah di cerita ini sih sebenernya standar masalah remaja amrik yg biasa saya tonton di film-film. Bagian yg sedikit menggelitik adalah bagian Kali dan masalah identitasnya. Ini kan termasuk buku baru ya. Maksudnya, sudah 2010an ke atas, bukan lagi 90an ke bawah. Masa sih hal-hal kayak gitu masih tabu di sana?
Ya sudah. Menurut saya, buku ini cukup menarik walau bukan yg paling mengesankan. Kalau penasaran ingin tahu seperti apa bau rasa curiga, bau rasa dendam, bau rasa bahagia, mungkin bisa coba membaca buku ini.
Komentar
Posting Komentar