Cerita tentang Rayap yang Menyerang Buku

Assalamualaikum, apa kabar?

Sudah lama banget nggak update blog ya, padahal di postingan terakhir bilangnya mau mulai review buku lagi, wkwk. Yah, begitu, deh. Janji tinggal janji. ~ Janji-janjimu janji busuk…~ (Mudah-mudahan nggak ada yang tahu lagu ini, hehehe).

Sesuai dengan judul pada post kali ini, saya akan cerita pengalaman yang amat sangat menyedihkan sebagai pencinta dan penimbun buku. Apalagi kalau bukan buku-buku koleksi diserang rayap! Ya ampun, seumur-umur mengoleksi buku, baru kali ini buku-buku saya diserang rayap. Biasanya, paling parah ya jamuran di pinggir halaman atau bercak kuning gitu. Rayap nggak pernah!

Cerita ini bermula pada H-2 Ramadhan. Sudah sejak lama saya ingin mengecat ulang kamar belajar yang juga dipakai untuk menyimpan koleksi buku, sekalian merapikan dan menyortir barang-barang di dalamnya. Eksekusi merapikan dan menyortir barang sudah dilakukan secara mencicil beberapa hari sebelum H-2 Ramadhan ini. Jadi, pada H-2 Ramadhan tinggal mengecat dinding kamar saja.

Proses pengecatan cuma berlangsung sehari karena kamarnya kecil dan setelah cat kering, saya kembali meletakkan barang-barang yang ada di kamar sekaligus sedikit mengubah posisi rak buku. Dari yang sebelumnya berada di sebelah kanan kamar menjadi di bagian depan kamar (berhadapan dengan pintu).

Ya, setelah itu, saya pikir aman-aman saja (karena sebelumnya pun tidak ada rayap), saya tidak menengok kondisi rak buku saya. Terlebih pada bulan April-Mei itu saya kena reading slump parah yang berimbas pada malas bikin review juga. Jadilah, rak buku itu benar-benar tidak ditengok sepanjang bulan Ramadhan.

Sebenarnya sempat ditengok, sih. saya sempat mengambil dua buku pada minggu pertama Ramadhan, baca bagian awalnya saja, terus diletakkan kembali di tempat semula. Dan saat itu belum ada tanda-tanda kedatangan rayap.


Buku Pitaloka yang kusayangi :(

Nah, pas H-2 Lebaran, entah mengapa saya ingin membaca Harry Potter and Prisoner of Azkaban. Ketika buku tersebut saya ambil, saya kaget melihat bagian pinggir buku/halaman penuh dengan tanah. Saya langsung panik dan membongkar rak buku tempat saya menyimpan buku HP tadi.

Saya memang sempat cemas banyak buku yang dirayapi setelah melihat tanah yang ada di buku HP tadi. Akan tetapi, saya nggak menyangka kalau yang terjadi jauh lebih buruk. Banyak buku yang rusak parah, bolong dan berlubang sampai ke tengah sehingga tak mungkin dibaca lagi.

Buru-buru semua buku yang ada di rak buku tersebut dikeluarkan lalu rak buku tersebut digeser. Ternyata benar, bagian belakang rak buku sudah seperti sarang rayap. Omong-omong, rak buku yang saya pakai itu rak buku sederhana tiga susun yang bahannya dari serbuk kayu dipress. Rak buku seperti ini memang murah dan tidak terlalu berat, tetapi kekurangannya tidak tahan air dan tentu saja rayap!

Rasanya hancur sekali melihat buku-buku yang digerogoti rayap. Ada buku favorit saya, ada buku yang belum saya baca, ada buku yang niatnya saya ingin jual kembali di marketplace. Ada lima buku yang rusak sangat parah sehingga mau tak mau saya buang.


Beberapa buku (sekitar belasan) yang pinggirnya sudah digerogoti, tetapi masih bisa dibaca. Untuk yang seperti itu masih saya pertahankan. Ada juga yang baru terkena pinggirannya saja dan karena sebagian besar buku koleksi saya sudah disampul plastik, yang kena pinggirannya itu kena ke sampul plastik saja dan akhirnya saya lepas sampulnya.

Mengingat saya baru mengganti posisi sekitar sebulan, sedangkan pada posisi sebelumnya aman-aman saja, saya pun berasumsi memang saya yang salah menempatkan rak buku. Kebetulan posisi rumah saya itu berada di atas tanjakan. Bagian samping rumah, yang bersisian langsung dengan kamar belajar dan tempat saya menaruh rak buku, posisinya lebih rendah dari jalan. Jalan di samping rumah, posisinya lebih tinggi, sehingga sekitar satu meter di dalam kamar itu kalau di luar adalah tanah di bawah jalan. (Mudah-mudahan mengerti penjelasan saya yang agak belibet ini, ya, hehehe).

Ditambah lagi, minggu terakhir Ramadhan itu curah hujan di daerah saya cukup tinggi. Mungkin saja itu menambah kelembapan tanah dan udara sehingga memudahkan rayap berkembang biak. (Saya tidak terlalu tahu tentang perkembangan rayap dan sebagainya, tetapi perkiraan saya sih karena itu, hehehe). Jadilah, rak buku yang baru digeser sebulan itu diserang rayap.

Sampai saat ini pun saya masih merasa sedikit sedih mengingat koleksi buku saya yang ternoda karena rayap. Namun, mau bagaimana lagi. Menyesal pun tidak akan memperbaiki apa-apa.

Setelah musibah ini saya jadi berpikir ulang tentang penimbunan buku yang saya lakukan. Apalagi di tengah wabah Corona yang melanda dunia dan entah kapan bisa benar-benar usai. Sepertinya saya akan berpikir masak-masak jika ingin membeli buku baru. saya juga berusaha tidak akan mudah tergoda dengan iming-iming diskon besar atau obral.

Karenaaa… yah, sering dibilang orang-orang; begitu banyak buku, begitu sedikit waktu. Kadang malas juga, sih. (seperti saat ini, hehehe). Ya, kan, nyesek juga ya, beli buku, bukunya belum dibaca sama kita, eh, udah keduluan sama rayap. Rasanya seperti sia-sia.

Selain itu, saya juga akan memastikan buku-buku yang saya beli (terutama buku fisik) adalah buku yang benar-benar ingin saya baca dan simpan. Bukan buku sekali baca atau bahkan saya masih ragu apakah akan menyukai buku tersebut atau tidak.

Mengapa? Ya, supaya nggak terlalu banyak buku di rumah.

Gara-gara ini juga, saya jadi berpikir, apakah saya harus mulai menerapkan metode Marie Kondo untuk buku? Hanya ada 20 buku di rumah yang benar-benar saya sukai. Aduuuh, tetapi itu terlalu berat. Atau mungkin seperti orang Jepang yang menerapkan hidup minimalis itu, melepaskan hampir semua buku koleksinya?

Bagaimana mungkin seperti itu, sedangkan wishlist seolah tak kunjung habis? :D

Jalan tengahnya adalah lebih selektif memilih buku yang akan dibeli dan mulai melirik buku digital alias ebook. Selama ini saya masih agak malas membaca ebook karena mata saya cepat lelah melihat ke layar dan membuat kecepatan membaca saya menjadi sangat berkurang. Kalau baca ebook tuh mesti yang seru banget sehingga bisa nahan-nahan mata perih, hehehe.

Jika dibuat per poin, pelajaran yang saya dapat dari serangan rayap adalah berikut ini:

  1. Tidak semua buku harus saya miliki. (padahal saya kan aliran ingin memiliki banget). Saya masih bisa pinjam teman, pinjam perpus, dan semacamnya.
  2. Jangan mudah tergiur diskon atau obral. Kalau saya nggak terlalu tertarik atau nggak yakin buku itu bakal jadi buku yang ingin saya baca secepatnya dan saya simpan selamanya, lebih baik nggak usah dibeli. Bahkan meski harganya amat sangat murah.
  3. Cek kondisi rak buku secara reguler. Pastikan rak buku berada di tempat yang aman, kering, dan cukup terkena cahaya matahari. Usahakan secara berkala menjemur/mengangin-anginkan buku agar tidak terlalu lembap.
  4. Jangan menunda menyampul buku! Sudah terbukti menyampul buku mampu mengurangi risiko kerusakan parah dari berbagai hal yang bisa menyerang buku.
  5. Jangan terlalu berat atau menunda-nunda menjual/menghibahkan buku yang saya yakin tidak akan dibaca lagi, meski saya menyukai isi buku tersebut. segera jual atau hibahkan kepada orang yang mau buku tersebut agar jumlah buku yang harus dijaga dan dirawat sedikit berkurang.

Ya, kira-kira seperti itulah. Ada yang mau menambahkan? Atau ada yang punya pengalaman sama seperti saya, koleksi bukunya diserang rayap juga? :D

Komentar

  1. Saya belum pernah mengalami buku sampai rusak dimakan rayap. Tetapi saat membaca artikel ini, saya bergegas melihat kardus yang isinya buku, yang belum saya pindahkan saat pindahan dari kosan. Alhasil, beberapa buku sudah berjamur, terutama buku yang menempel di kardus, yang kardusnya menempel ke dinding. Dindingnya lembab jadi mempercepat tumbuhnya jamur. Otomatis saya langsung menjemur semua buku saya supaya kembali kering. Semoga cara ini bisa membunuh jamur yang kadung sudah menempel di kertas buku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Koleksi buku memang harus ditengok secara berkala, terutama yang disimpan di tempat-tempat tertutup. :)

      Hapus
  2. Benar Mbak, rasanya hancur sekali saat melihat buku-buku dimakan rayap karena saya juga pernah mengalami hal itu, huhu. Yang kena buku favorit jadul pulak, tak ada lagi yang jual, bukunya juga rusak parah sampai tak bisa dibaca lagi.

    Positifnya, buku yang jadi korban cuma dua, tapi tetap saja, nyesek, hiks.

    Waktu itu saya masih kecil dan mama yang melihat saya sedih banget karena peristiwa itu membujuk ayah untuk membelikan lemari kaca besar khusus untuk menampung semua buku-buku saya, ehehehe. Awet sih sampai sekarang, setidaknya lemari kaca aman dari rayap. Tapi masih belum aman dari jamur atau bercak kuning.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Patah hati banget ya mbak kalau ngeliat buku koleksi rusak. tetapi alhamdulillah mbak jadi dibelikan lemari baru :D

      Hapus
  3. Duh, ikut sedih kak lihat bukunya hancur dimakan rayap. Apalagi kalau itu buku favorit. Kena jamur atau kertasnya bercak-bercak aja sudah nyesek. Saya setuju dengan poin kesimpulan yang kakak tulis. Sejak baca dan nonton tentang minimalisme, saya mulai berpikir untuk menahan diri belanja buku (meski sulit) agar tbr yang ada habis. Terus saya mau melepas beberapa koleksi buku di rak yang kira-kira gak bakal saya baca ulang atau yang bukan favorit saya.

    BalasHapus
  4. Aaa i feel u mbakk...tapi kalau case aku adalah bukunya berjamur bahkan ada 1 buku yg udh agak keriting di 2 sisi karena hole jamurnya lumayan besar berbentuk lingkaran gitu. Buku kan ga murah ya, untik sekelas novel bisa sampai 99K perbukunya. Memang pas awal2 koleksi buku aku tuh awam banget tentang merawat buku2 tersebut, alhasil aku taruh diatas meja dan meja itu berdempetan sama tembok yg lumayan lembab n dingin. Aku sadarnya udh telat pas diliat lah kok jd berjamur :( nah bodohnya aku yg udh berjamur aku gabung sama yg masih sehat, alhasil nyebar semua lah itu mana parah2 banget. Mana banyak diantaranya buku favorit aku. Kalau berjamur kan selain bentukannya ga bersih dan bikin ilfil juga aromanya udh ga sedep 😆😣😣😣 Nah sekarang sih aku akalinnya semua buku2 aku taruh diplastik klip masing2 satu, mencegah biar buku g lembab dan buku yg berjamur ga nyebar ke buku yg masih sehat trs buku2 itu aku simpen di lemari tingkat yg dr plastik yg bentuknya box2 gitu. Smg aja kejadian ini g keulang lg dan buku2 kondisinya ga makin parah cozz rasanya sakit banget liat buku2 itu berjamur :(

    BalasHapus

Posting Komentar