Sudah lama
tidak menulis sesuatu bertema Listopia lagi. Kali ini saya mau cerita tentang
buku-buku berseri yang seru tetapi underrated (dan mungkin kurang laku)
sehingga seri selanjutnya tidak diterbitkan lagi oleh penerbit di Indonesia.
Jadi, dalam
perjalanan saya membaca buku (tsaaah), saya cukup sering menemukan buku
terjemahan dari luar yang berseri, terus diterjemahkan oleh penerbit Indonesia
seri pertama dan kedua, tetapi seri-seri selanjutnya tidak lagi. Sebagai
pembaca, tentu saja hal itu bikin penasaran sekaligus sedih, dong. Apalagi kalau
ceritanya seru dan benar-benar bikin penasaran dengan kelanjutannya. Bagaimana nggak
makin galau, tuh?
Akan
tetapi, saya juga cukup mafhum dengan pertimbangan penerbit yang tidak
menerbitkan lagi seri selanjutnya. Biasanya, sih, alasannya karena buku
tersebut tidak terlalu laku, tidak terlalu diminati, sehingga jangankan membeli
seri selanjutnya, buku pertama dan kedua saja jarang ada yang beli. Mungkin,
loh, ya, atau ada alasan-alasan lain yang menyebabkan buku tersebut tidak bisa
diterbitkan di Indonesia, penerbitnya gulung tikar atau ada masalah dengan
pengurusan copyright buku tersebut.
Ada beberapa
buku berseri yang sudah saya dan saya merasa buku tersebut bagusss sekali. Sayang
sungguh sayang, serinya tidak lengkap. Kebanyakan hanya sampai seri kedua dan
tinggal satu seri lagi untuk menamatkan serial tersebut. Kan, nanggung banget,
ya? Hiks!
Ini adalah
lima buku berseri yang sudah saya dan saya (masih) berharap lanjutannya akan
diterbitkan.
1.
Trilogy
Emily of New Moon, Lucy M. Montgomery
Mungkin para
pembaca lebih banyak tahu karya Lucy M. Montgomery dari Anne of Green Gables
atau The Story Girl (Gadis Dongeng). Ya, seri Anne of Green Gables memang kisah
klasik yang masih terus diterbitkan sampai sekarang. Namun, Montgomery juga
punya satu tokoh perempuan yang ceritanya tidak kalah seru dengan Anne Shirley,
yaitu Emily. Bahkan, kisah Emily ini sudah pernah diangkat ke layar televisi
juga, lho.
Emily of New Moon versi Indonesia |
Di
Indonesia, Trilogi Emily of New Moon diterbitkan oleh Penerbit Qanita. Yang
diterbitkan hanya dua seri, Emily of New Moon dan Emily Climbs. Emily’s Quest,
seri terakhir dari Trilogy Emily tidak diterbitkan. Kemungkinan besar karena
dua buku sebelumnya kurang laku. Waktu itu saya beli dua buku Emily saja dalam
kondisi buku obral.
Emily Climbs versi Indonesia |
Sangat disayangkan
memang. Padahal, isi ceritanya bagus sekali. Mungkin karena gambar sampulnya kurang menarik dan kurang menonjolkan
novel klasik, jadi tidak banyak pembeli yang tertarik. Saya juga awalnya kurang
yakin dengan kisah Emily. Hanya karena buku murah, saya pun membelinya. Ternyata
isinya jauuuh lebih baik dari sampulnya.
The
Penderwicks, Jeanne Birdsall
Saya
pertama kali baca The Penderwicks tahun 2008. Pertama kali terbit di negara
asalnya tahun 2005. The Penderwicks ini novel anak-anak, tentang empat
Penderwicks bersaudara yang semuanya anak perempuan. Buku pertamanya bercerita
tentang petualangan Rosalind, Skye, Jane, dan Batty menghabiskan libur musim
panas di Arundel.
Ceritanya
sangat seru dan saya tidak tahu kalau kisah The Penderwicks ada lanjutannya
sampai saya tidak sengaja melihatnya di Goodreads. Memang kisah The Penderwicks
tidak bersambung seperti Trilogi Emily, jadi baca satu buku saja tidak apa-apa.
Namun, mengapa harus merasa cukup satu jika ada petualangan-petualangan lain
yang bisa dibaca? Iya, nggak? Hehehe.
Apakah mungkin ini karena novel anak-anak kurang laku di Indonesia? Menurut pengamatan awam saya, anak-anak di sini lebih suka buku bacaan yang lebih banyak gambarnya ketimbang novel (yang lebih banyak teksnya). Mungkin GPU menerbitkan seri pertama saja karena animo pembaca yang kurang dengan novel anak-anak kali, ya? Siapa tahu.
Yang jelas, serial The Penderwicks ditutup sampai seri kelima yang baru terbit tahun 2018 lalu. Namun, kalau melihat komentar-komentar di Goodreads, untuk buku kelima malah kurang bagus. Hmmm...
- The Thirteen Trilogy, Michelle Harrison
Ada yang
pernah baca atau setidaknya lihat buku ini?
Mungkin ini
salah satu trilogy yang bagus tetapi kurang laku dan kurang terkenal. Underrated-lah
pokoknya. Padahal, ceritanya seru banget.
Tentang seorang
gadis bernama Tanya yang mampu melihat fairy dan acapkali diganggu kehidupannya
oleh para fairy. Petualangan dan misterinya dapet banget. Benar-benar bagus. The
Thirteen Trilogy terdiri dari The 13 Treasures, The 13 Curses, dan The 13 Secrets. Semuanya seru dan saling bersambung. Jadi, baca bukunya harus
berurutan.
Dua seri
pertama The Thirteen Trilogy diterbitkan oleh Penerbit Dastan yang dulu banyak
menerbitkan buku-buku fantasi terjemahan. Sekarang Penerbit Dastan sepertinya
sudah tidak ada, ya? Saya cukup sedih dengan hal itu dan lebih sedih lagi saat
tahu seri ketiga dari Thirteen Trilogy belum diterjemahkan.
Namun,
kabar baiknya, saya pernah beberapa kali melihat The Thirteen Trilogy versi
Bahasa Inggris ada di rak-rak khusus buku impor di toko buku. Mudah-mudahan
suatu saat nanti ada penerbit yang tertarik menerbitkan kembali The Thirteen
Trilogy secara lengkap dan dengan sampul yang bagus.
- The Books of Beginning, John Stephens
Sama seperti
dua buku sebelumnya (Trilogi Emily dan The 13 Trilogy), saya beli dua buku dari
Trilogy The Books of Beginning saat obralan. Bisa dipastikan kalau trilogy ini
juga kurang laku atau kurang memikat pembaca. Padahal, lagi-lagi, ceritanya
tidak kalah bagus dan seru dengan kisah-kisah fantasi lainnya.
Buku pertama
Books of Beginning adalah The Emerald Atlas. Bercerita tentang tiga bersaudara
(Kate, Michael, dan Emma) yang ditinggalkan kedua orang tua mereka dan ternyata
mereka ditakdirkan sebagai pemilik Buku-Buku Permulaan. Seperti apa, di mana,
dan mengapa Buku-Buku Permulaan itu sangat penting dan diinginkan banyak pihak,
mereka tidak banyak tahu.
Ide utamanya
sekilas memang klise. Namun, petualangan yang dialami ketiga anak tersebut seru
sekali dan penulis sangat piawai menggambarkan adegan demi adegan yang membuat
saya tidak bosan dan terus membaca sampai tamat.
Sayang sekali
Penerbit Gramedia Pustakan Utama hanya menerbitkan dua buku, yaitu The Emerald
Atlas dan The Fire Chronicle. Buku ketiganya, The Black Reckoning, entah akan
diterbitkan atau tidak. Akan tetapi, saya belum putus harapan suatu saat nanti
buku ketiga itu akan diterbitkan.
- The Sea of Trolls, Nancy Farmer
Sama seperti
The Penderwicks, saya juga tidak tahu kalau kisah Jack dan adiknya, Lucy, adalah
sebuah tirlogi sampai saya melihatnya di Goodreads.
The Sea of
Trolls diterbitkan oleh Penerbit Matahati yang sudah gulung tikar juga. Sungguh
sangat disayangkan mengingat penerbit tersebut banyak menerbitkan buku-buku
terjemahan yang bagus dan menarik. Bahasa terjemahannya juga nyaman dibaca.
Saya beli
The Sea of Trolls tanpa sengaja dan tanpa tahu apa-apa tentang buku tersebut. Sepulang
kuliah, saya melewati kios-kios buku yang berjejer di sepanjang jalan pulang. Mata
saya tiba-tiba menangkap buku ini dan saat saya baca sinopsisnya, saya merasa
tertarik. Ternyata ceritanya memang bagus. Meskipun tebal, tetapi bikin
penasaran sampai akhir cerita.
Dua seri
selanjutnya adalah The Land of Silver Apples dan The Island of Blessed. Saya belum
baca keduanya, tetapi melihat sinopsis mereka di Goodreads, sepertinya menarik.
Mudah-mudahan, suatu saat nanti ada penerbit yang menerbitkan ketiganya di
Indonesia.
Last but
not least, ada satu buku berseri lagi yang ingin saya cantumkan meskipun di
judul saya hanya menulis lima. Buku berseri yang satu ini mungkin tidak terlalu
terkenal, tetapi menurut saya, adalah sebuah karya fantasi yang bagus dari
penulis Indonesia. Dan cukup berbeda dengan lima buku berseri yang sudah saya
cantumkah, yang buku terakhirnya sudah ada di luar negeri hanya belum
diterjemahkan di Indonesia. Buku yang ini saya tidak tahu apakah sudah
diterbitkan atau ceritanya masih ada di dalam kepala si penulis, hehehe.
Yaitu, The Death to Come dan The Grey Labyrinth karya Tyas Palar. Bercerita tentang
penyihir-penyihir di masa lampau di Eropa. Saya sangat menikmati dua buku
tersebut dan saya berharap buku ketiganya, The Age of Misrule (yang dicantumkan
di halaman belakang buku kedua) dapat terbit. Meskipun harapan itu sepertinya sangat
sulit untuk menjadi nyata mengingat saya tidak tahu apakah Penerbit Imania
masih ada dan penulisnya, Tyas Palar, masih tertarik untuk menerbitkan karyanya?
Ah, semoga
ada keajaiban untuk buku-buku berseri yang tak selesai ini.
Bagaimana denganmu?
Apakah ada
buku berseri yang tak selesai (entah tidak lanjut diterbitkan oleh penerbit
Indonesia atau malah penulisnya yang tidak melanjutkan) yang membuatmu penasaran
dan merasa digantung?
Komentar
Posting Komentar