Book Haul Mei-Oktober 2019


Asssalamu’alaikum, apa kabar? Semoga selalu sehat dan baik, ya.

Rasanya sudah lama nggak posting book haul, terakhir book haul dari bulan Januari -April. Niatnya mau bikin postingan book haul empat bulan sekali, yang berarti seharusnya ada postingan book haul Mei – Agustus 2019, tetapi karena malas dan nggak mood, baru sekarang posting book haul lagi. Ya sudah, dirapel saja, deh. Dari bulan Mei – Oktober 2019. Sisa dua bulan lagi, mudah-mudahan sih nggak nambah timbunan, nanti masuknya ke postingan akhir/awal tahun saja, hehehe.

Bulan Mei saya tidak membeli buku sama sekali karena merasa sudah banyak membeli buku di bulan April. Niatnya mau puasa beli buku sampai bulan September. Boro-boro sampai September, bulan Juni sudah beli buku lagi. Gara-gara pas libur Lebaran jalan-jalan ke toko buku dan tidak bisa menahan godaan beli buku lagi.

Bulan Juni saya membeli buku:


  1. Notasi, Morra Quatro
  2. Test Pack, Ninit Yunita
  3. Too Cold to Handle, Sofi Meloni
  4. Kucing yang Terlalu Serakah, Satou Wakiko
  5. Hanakotoba, Primadonna Angela



Alhamdulillah, hampir semua sudah diresensi. Maaf nggak melampirkan foto karena malas photoshoot, hahaha. Selain Too Cold to Handle, semua buku yang saya beli di bulan Juni adalah buku diskonan (as always).

Bulan Juli saya puasa beli buku lagi, lalu kembali ‘berbuka’ pada bulan Agustus. Pada bulan tersebut saya berkunjung ke Out of The Boox di daerah Lenteng Agung, Jakarta.

Buku-buku yang saya beli adalah:


  1. Reem, Sinta Yudisia
  2. Polaris Fukouka, Sinta Yudisia
  3. The Jacatra Secret, Rizki Ridyasmara
  4. Gadis yang Memetik Bintang, Wikan Satriati
  5. Ahmad dan Dombanya, Wikan Satriati
  6. Melangkah dengan Bismillah, Wikan Satriati
  7. Takhta Nirwana, Tasaro GK
  8. How to Sell Your Art Online, Cory Huff


Sebenarnya saya punya cerita sendiri tentang acara Out of the Boox ini. Jadi, sebelum dilangsungkan di daerah Lenteng Agung, OOTB ini sering diadakan di Bandung, ya, di pusat gudangnya Mizan. Saya dan suami penasaran banget ingin ke sana, tetapi qadarullah, belum kesampaian karena satu dan lain hal.

Eh, pas lihat Instagram, ternyata ada OOTB di Jakarta. Alhamdulillah, langsung meniatkan untuk datang ke sana. Untuk letak tempat cukup mudah diakses, dari Stasiun Lenteng Agung, kami naik angkutan online. Sebenarnya angkutan umum pun bisa, naik bus jurusan apa gitu (saya lupa), tetapi biar nggak ribet kami naik angkutan online.

 

Tempat OOTB di Lenteng Agung nggak terlalu besar, sebenarnya. Tetapi cukup nyaman dengan adanya beberapa tukang jajanan yang murah dan enak, plus ada toilet, mushala, dan playground mini. Nah, yang menyebalkan adalah musik pengiringnya. 

Memang sesuatu yang wajar menyetel lagu di tempat perbelanjaan, tetapi yang diputar lagu-lagu Korea yang sangat mengentak dengan volume yang kencang (terlalu kencang malah bagi telinga saya), sehingga lagu-lagu tersebut malah terasa mengganggu.

Saya sempat kesssaaal sekali dengan panitia yang menyetel lagu Korea tersebut (salah satu lagu Korea yang disetel lagu Blackpink yang ngehits banget) karena benar-benar mengganggu konsentrasi saya yang sedang memilih buku. Saya juga kesusahan mengobrol dengan suami karena suara kami saingan dengan suara lagu. 

Saya bukan pecinta lagu Korea, terutama lagu yang mengentak-entak seperti itu. Jadi, saya benar-benar benci banget saat lagu-lagu Korea tersebut diputar. Sangat merusak konsentrasi dan mengganggu kenyamanan berbelanja buku. 

salah satu sudut di OOTB

Setelah kami selesai belanja, kami duduk-duduk dulu di pelataran depan sambil menikmati jajanan, barulah saat itu lagu yang diputar berubah menjadi lagu-lagu yang lebih lembut. Lagu-lagu top 40 yang tidak terlalu mengentak. Hufft.

Lanjuuut… bulan September, saya hanya membeli satu buku, yaitu The Book Club. Buku ini saya beli di obralan Gramedia di CCM. Menurut saya obralannya agak nanggung, sih, masih banyak buku-buku yang harganya tidak terlalu ‘obral’ bagi saya. :D

Bulan Oktober alias bulan ini saya datang ke dua obralan Gramedia lagi. Yang pertama, Buka Gudang Gramedia di Gramedia Depok. Oiya, pada bulan Oktober ini banyak Gramedia yang sedang melangsungkan Buka Gudang Gramedia, termasuk di pusatnya, Palmerah.

ngeblurrr

Maunya sih langsung meluncur ke Palmerah, tetapi apa daya karena jarak tempuhnya yang jauh, kami ke Gramedia Depok saja. Buka Gudang di sini bukan obralan yang benar-benar obral (serba sepuluh atau duapuluh ribu), tetapi semua harga buku di situ didiskon 50%. Jadi, tinggal menghitung harga di barcode dikurangi 50%.

Novel-novel yang dijual masih banyak yang cukup baru (bukan yang jadul-jadul banget) dan lumayan populer, seperti buku Just One Day dan Just One Year karya Gayle Forman dan novel-novel YA karya penulis lokal. Saya beli dua buku, A Hole in The Head dan All the Bright Places

Sudah lama saya ingin membaca karya Jennifer Niven yang ini, tetapi karena harganya lumayan, saya bersabar menunggu. Dan akhirnya kesabaran pun terjawab sudah, saya dapat setengah harga dari harga asli. Saya juga sudah lama penasaran dengan karya-karyanya Annisa Ihsani. Teka-Teki Terakhir sudah saya baca dan saya resensi, tinggal A Hole in the Head.

Masih di bulan yang sama alias baru saja terjadi minggu kemarin, saya beli buku lagi. Kali ini di Gramedia Ekalokasari. Padahal, nggak ada niat sama sekali beli buku pas ke sana (karena kami memang ada keperluan ke sana), eh, ternyata saat kami sedang berjalan di dalam mall, terlihatlah pojok obralan Gramedia. Seperti biasa, saya pun langsung nyangkut dan memilih beberapa buku.

Buku-buku yang diobral harganya sepuluhribu semua. Sepertinya Gramedia sudah benar-benar desperate untuk menghabiskan stok buku mereka sehingga diobral sampai sebegitu murah. Saya membeli tiga buku, Kemolekan Landak, Burial Rites, dan Cerita Cita Indonesia (Kumpulan Esai).

Kemolekan Landak sudah lama ada di wishlist. Jadi, pas tahu harganya sepuluhribu saja, saya sempat nggak percaya dan bertanya ke pramuniaga. Ternyata benar sepuluhribu! 


Sedangkan Burial Rites malah nggak pernah masuk WL sama sekali. Tertarik pun tidak. Tetapi karena obral sepuluhribu dan merasa kasihan dengan buku tersebut, akhirnya saya beli. Sebelum beli, saya sempat cek sebentar di Goodreads dan beberapa review memberi 4-5 bintang untuk buku ini. Yah, semoga saja saya suka.

Terakhir, Cerita Cita Indonesia, sebenarnya nggak pernah masuk WL juga. Ya, lagi-lagi karena diskon dan karena pernah membaca resensi seorang blogger yang menyampaikan kalau dia suka buku ini karena isinya bagus (saya lupa siapa blogger yang meresensi, hehehe), saya pun membeli buku tersebut.

Panjang juga ternyata cerita book haul saya. :D

Tahun 2019 tinggal dua bulan lagi, kurang lebih. Entahlah, apakah pada bulan November dan Desember saya akan kembali tergoda membeli buku lagi atau tidak. Terutama buku-buku diskonan. 

Untuk timbunan alias TBR alias to be read alias buku yang belum dibaca, masih banyak. Sepertinya saya tidak akan sanggup membaca semua buku tersebut sebelum 2019 berakhir. Lagi pula, jumlah buku yang saya baca tahun ini sudah melebih target.  SHOMBONG AMAT (gaya Mandra).


Ya sudah, ini beberapa TBR dari buku nonfiksi yang belum juga saya baca. Kenapa nonfiksi saja? Karena harapan saya, sebelum 2019 berakhir saya lebih banyak membaca buku nonfiksi.

Bagi saya, membaca buku nonfiksi tuh butuh mood yang lebih bagus dan semangat yang lebih kuat dibanding baca buku fiksi. Jadi, buku nonfiksi yang dibaca tahun ini memang masih sedikit ketimbang buku fiksi. Begitulah….

Bagaimana denganmu? Berapa buku lagi yang ingin kamu baca sebelum 2019 berakhir?

Komentar